Day 2

103 8 0
                                    

"Cel"
"Astaga Cleo!!"

Aliqa terkejut saat melihat Aliqa yang tengah tertidur di meja kerjanya. Meja itu terlihat penuh dan berantakan oleh leptop, kertas dan beberapa buku.

Sebelumnya Cleo sudah mengirim pesan pada Aliqa untuk bisa membangunkannya dan juga menunggunya untuk ke kampus bersama. Awalnya Aliqa pikir Cleo memintanya untuk ikut ke kampusnya karena hanya ingin mengantarnya, namun ia jadi ragu sendiri melihat keadaan saudaranya sekarang.

"Pah, filenya udah di kirim ke email aku gak?"
"oh udah sayang semalem langsung papa kirim"
"oke, aku pinjem printernya ya pah"

"Aliqa tunggu bentar ya aku mau ngeprint dulu"
Cleo berlari ke ruang kerja papahnya. Sementara itu keluarganya saling menatap heran. Amar berusaha menjelaskan apa yang terjadi, namun alasannya masih tidak masuk akal bagi mereka.

Sekitar lima belas menit kemidian, Cleo terengah engah menghampiri Aliqa yang sudah menunggunya di depan.

"udah?"
"udah, maaf ya aku lama"
"iya gak papa, masih keburu ko"
"Al, boleh minta bantuan lagi gak?"
"apa lagi Cel?"
"Kamu yang nyetir ya, aku cape banget nih" wajah Cleo memelas meminta bantuan, ia benar benar lelah. Daripada membahayakan nayawa mereka berdua Aliqa menyetujui permintaan saudaranya.

Di dalam mobil, Cleo bergerak gusar. "kamu kenapa si Cel? Gusar gitu?"
"aduh Al diem, aku lagi ngehafalin rumus"
"rumus apaan?"
"sttttt diem" perintah Cleo menutup mulut Aliqa.

Tidak ingin berujung keributan Aliqa memilih diam. Cleo yang gusar dengan mantra yang tidak Aliqa mengerti tiba tiba hening. Cleo tertidur pulas, Aliqa sampai menggelengkan kepalanya, bisa bisanya Cleo secepat itu tertidur.

"Cel bangun! Udah sampe!"
"Hah udah sampe?"

Cleo menatap dirinya di cermin, merapihkan rambutnya yang masih berantakan. Diikatnya sembarangan ke belakang, mengambil masker dan kacamatanya. Lalu ia melihat benda yang mungkin ia bisa pakai.

"Al, itu scarf kamu aku pake ya?"
"hah? Buat apa?"
"udah sini aja dulu, lepasin cepet"
"Cel baju aku terlalu kebuka kekampus kaya gini"
"lagian kenapa kamu pake baju tanpa lengan gitu sih? Udah sini cepetan"
"ya kan aku pake scarf  buat nutupin"

Cleo melepas outware nya, "nih pake. Udah ah aku keluar dulu ya"

Tanpa babibu Cleo memakaikan scarf Aliqa menjdi kerudung. Untung saja ia bertemu aalah satu mahasiswi berkerudung yang memberinya peniti. Cleo berdalih penitinya hilang, padahal memang tidak punya.

Penampilannya kini sudah cukup berbeda, bukan cukup tapi sangat berbeda. Kerudung, kacamata, masker, membuatnya terlihat seperti orang lain.

Setelah menghubungi Chiko untuk menanyakan keberadaanya Cleo langsung masuk ke kelas dan mengumpulkan tugas milik Angga. Chiko bilang dosen itu cukup cuek sehingga tidak mungkin akan curiga.
Dan benar saja Cleo lolos dengan mudah.

Pada awalnya Chiko bahkan tidak mengira itu adalah Cleo. Ia baru tahu saat Cleo mengirimnya pesan, memberitahu keberadaanya di bangku paling belakang. Saat Chiko menoleh ke belakang, ia sampai mengeceknya beberapa kali sampai Cleo harus menyebutkan ciri-cirinya.

'gilaaaaa lu cle, gua sampe gak tau itu lu' tulis Chiko di kolom chatnya.

Kuis berlangsung, otak Cleo sudah seperti terbakar dan siap meledak. Ia mengambil nafas mengumpulkan semangat. Beberapa kali ia memukul mukul kepalanya berharap otaknya jadi encer, tapi tetap saja beku.

Untung saja ia mengingat beberapa hal yang ia pelajari saat mengerjakan tugas bersama papahnya. Setidaknya ia yakin nilainya tidak akan nol, walaupun tetap saja ia khawatir akan hasil yang buruk.

ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang