PAGI YANG ANEH

100 5 0
                                    

Pagi ini lukas tengah sibuk memasak beberapa mie instan kuah, masakan paling sederhana yang pastinya sangat digemari semua orang.

Tak lupa pula ia membuat segelas susu dan teh hangat dengan setengah sendok gula, sembari mendengarkan musik favoritnya. Kesibukannya pagi ini adalah rutinitas yang biasa dilakukan lelaki itu, bahkan bisa dikatakan ia memang sudah lihai dalam menguruskan diri sendiri.

Namun kebisingan yang dilakukannya pagi ini membuat Abil tersentak dari tidurnya, sebab kebetulan kamar abil memnag berada dekat dengan dapur dan kebetulan juga anak itu bukanlah sosok yang sulit dibangunin.

Ia memang mencerminkan kebiasaan Azka, lelaki yang kerap sekali mudah terbangun setiapkali lukas kecil menangis ketakutan setiap tengah malam.

"Papa..!!!" Jerit Abil yang mengawali pagi dengan tangisan kembali, lukas yang merasa tak bisa tenang langsung melepaskan Celemeknya dan mematikan musik dihandphone sembari berjalan memasuki kamar abil.

Lelaki itu bisa melihat jelas abil yang terduduk di atas ranjangnya, ia terlihat berkeringat seakan baru saja mengalami mimpi buruk tentang ayahnya.

"Diamlah! Kau bisa membangunkan tetangga kalau teriak-teriak gitu" Keluh Lukas yang mulai memperlihatkan wajah kesal, tetapi tetap saja abil takkam tahu apa yag saat ini tengah dirasakan lukas sebab ia hanyalah anak berusia 10 tahun yang masih polos dan juga ia mengalami kebutaan yang takkam pernah tahu bagaimana ekspresi wajah lukas yang sudah kusut bercampurnya amarah.

"Aku mau pulang!" Keluhnya lagi, bukannya kasihan lukas malah menjadi jauh lebih kesal akan sikap Kekanak-kanakan abil.

Ia mulai membanding-bandingkan dirinya dengan abil yang sangat berbeda jauh, baginya kehidupan masa kecilnya jauh lebih menyedihkan dari anak itu tetapi kenapa pula abil malah jauh lebih menyusahkan daripadanya.

"Ayo makan!!! Aku sudah masak" Lukas langsung menyerahkan tongkat bantu untuk penyandang tuna netra pada abil, namun tetap saja sejak kemarin abil menolak menggunakan tongkat itu makanya ahmad hanya memberikannya pada lukas dan meminta lukas untuk menuntun Abil .

"Aku gak mau pakai itu!!!" Keluh Abil lagi, ia masih bersikukuh kepada prinsipnya dan tangannya berusaha mencari keberadaan Lukas.

"Hey, kau harus pakai ini supaya gak kesulitan jalan! Masa kau mau menyusahkanku terus..!!!" Lukas langsung memberikan tongkat itu ketangan Abil, namun anak itu tetap keras kepala dan malah membuang tongkatnya.

"Terserahmu aja lah nak, yaudah ayo makan!!!" Lukas malah mengambil kembali tongkat tersebut dan pergi kemeja makan.

Ia bahkan tak berniat membantu abil untuk menuntunnya kemeja makan, meskipun tak bisa dipungkiri kalau sesekali lelaki itu mendongak sekilas kearah abil, ia berusaha memastikan kalau abil tak menabrak apapun saat berjalan kearah meja makan.

Abil tak banyak mengeluh kali ini, ia memilih merangkak kearah dapur sembari meraba-raba sesuatu yang ada didepannya dengan tangan sampai tangan kanannya dapat merasakan kaki meja yang ada dihadapannya.

Ia langsung berdiri dan meraba kursi makan dan segera menjatuhkan diri diatas kursi.

"Ini sarapanmu!" Lukas meletakkan piring berisi mie dihadapan Abil, " ini susumu!" Dan segelas susu disamping piring, kemudian ia menyantap santai sarapan paginya sembari membaca pesan yang ada dihandphone.

"Mama gak bolehin abil makan mie" Ucapnya yang langsung mendorong piring menjauh dari hadapannya, lukas hanya bisa tersenyum kesal saja lalu mengambil piring itu lagi.

"Ya sudah kalau kau gak mau makan, aku juga gak memaksa kok" Ia langsung menuangkan mie tersebut kepiringnya dan menyantap kembali sarapan pagi.

Abil hanya berdiam diri saja sembari meneguk beberapa tegukan susu, ia sebenarnya sangatlah lapar tetapi ia enggan melanggar peraturan rumah yang selalu diterapkan mendiang mamanya.

"Kau itu tinggal samaku sekarang, harusnya turut sama aturanku bukan orang tuamu" Celoteh tajam Lukas, Abil hanya menundukkan kepala saja sebab baginya tak ada guna menegakkan kepala yang tidak terlihat apapun selain kegelapan, bahkan ia sendiri tak pernah tahu wajah pamannya itu .

"Mama dan papa masih hidup kok, suatu hari nanti mereka bakal jemput Abil" Bantah Abil .

"Terserahmulah, capek lama-lama ngomong sama bocah" Lukas sudah merasa kenyang memakan semua emosi yang dirasakannya, ia langsung menyudahi sarapannya dan meneguk segelas teh hangat.

"Oh iya, mulai besok kita bakal pergi ke perkebunan jadi hari ini kita bisa beres-beres keperluan masing-masing"

"Abil gak punya baju banyak, baju Abil ada dirumah semua" Ia bermaksud menjelaskan kalau seluruh barang-barang nya memang ada dilondon dan saat dipindahkan ke Indonesia atas permintaan terakhir azka yang memang ingin dirawat dirumah sakit di Indonesia dan menjalani operasi untk terakhir kalinya, membuat ahmad tak sempat membawa banyak barang milik azka maupun abil, bahkan ia juga harus repot-repot mengambil cuti kerja untuk mengurusi seluruh pemakaman bela beserta keluarga besarnya dengan uang tabungan Azka dan biaya ganti rugi pemilik gedung.

"Ahmad gak membelikanmu baju?" Tanya Lukas dengan mata yang melotot, Abil hanya menggelengkan kepalanya saja .

"Paman Ahmad lagi sibuk mengurusi papa dan hal lainnya, jadi itu wajar" Bela Abil yang merasa tak terima saat lukas mencoba menyepelekan Ahmad.

"Padahal udah kubilang jangan menyusahkanku, Hufft...aku Bahkan gak perduli apa yang sedang dikerjakannya" Gumam Lukas yang sangat kesal, ia melihat jam dihandphonenya.

"Yaudah hari ini kita ke mall!" Perintah Lukas, tetapi bukannya senang malahan Abil merasa tak suka.

"Abil gak mau ke mall!!!" Jeritnya tiba-tiba.

"Jangan mulai lagi bertingkah deh, memangnya apa yang salah dari mall?"

"Mall itu gedung besar, dia jahat udah ngambil mata abil!!!" Ia mulai histeris dan tak berhenti menggelengkan kepalanya seakan mengisyaratkan kalau ia masih sangat trauma.

"Kamu itu gak bisa ngelihat bukan karena salah mall, tapi salah papamu yang gak bisa menjaga kamu" Lukas bukannya meredakan ketakutan abil malah menyudutkan semua kesalahan tersebut kepada kakaknya.

"Paman bohong!!! Papa gak mungkin lihat abil menderita!!!"

"Kalau papamu memang pria yang bertanggungjawab, dia gak bakal membiarkanmu sendirian didunia ini!!!!" Bentak Lukas, ia bahkan sampai memukul meja makan sampai kaca yang membaluti meja itu sedikit retak.

"Papa gak bakal suka marah-marah kayak paman!!!!" Abil berusaha menahan tangisnya, tetapi ia cukup terkejut dengan suara keras lukas dan membuat ia perlahan menangis kembali .

"Diamlah!!!! " Protes Lukas yang sudah risih dengan tangisan abil, "Dasar cengeng"

Lukas memijat lehernya mulai terasa pegal, ia merasa sudah tak kuat lagi untuk bersikap sabar menghadapi abil.

Dengan penuh kekesalannya, lukas Langsung menggendong Abil menuju mobil.

Ia tak memperdulikan abil yang masih mengenakan pakaian tidur yang ia kenakan dari kemarin, memang sih dirinya sudah mandi dengan setelan baju kaos dan celana jeans coklat namun masalahnya tanpa berpikir panjang ia langsung membawa paksa abil yang saat itu masih mengenakan pakaian tidur. Padahal biasanya lukas benci berdekatan dengan orang yang belum mandi, namun sepertinya kali ini ia memutuskan prinsipnya sejenak dengan menggendong abil kedalam mobil sampai Abil meronta-ronta kesal.

LANGIT BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang