Suasana Malam yang mulai gelap gulita tidak membuat lukas menurunkan kecepatan mobilnya, ia masih fokus memperhatikan jalan sampai-sampai ia telah melewatkan waktu makan malam. Hal ini bukan semata-mata keinginannya melainkan memang tuntutan dari perusahaan yang memang memintanya untuk mulai bekerja besok hari jadi mau tak mau ia harus segera sampai dirumah sebelum jam 7 pagi.
Untungnya setelah cukup lama ia berkendara sendirian, akhirnya mobil pria itu memasuki kawasan perkebunan tepat pukul 3 subuh , ia bisa melihat sekelilingnya ditanami pohon-pohon sawit yang menjulang tinggi mengelilingi sekitar dan beberapa pos-pos satpam yang menjaga pintu masuk perkebunan dengan papan besar yang memperlihatkan nama perusahaan perkebunan itu.
Raut wajah lukas yang tadinya ketus mendadak tersenyum puas saat mobilnya melewati pos masuk itu, ia merasa kalau saat ini mimpinya benar-benar terwujud dan menjadi nyata. Kini ia telah menjadi seorang manajer diperkebunan seperti impiannya selama ini.
"Mohon maaf pak, apa bapak manajer baru disini ya?" Tanya salah satu satpam yang menjaga pos masuk 3 yang baru saja dilewati lukas, sebelumnya mobil lukas hanya dibiarkan masuk saja berbeda saat dipos 3 mobilnya langsung diberhentikan oleh beberapa satpam yang berjaga dan sekedar informasi saja kalau kepala satpam yang bertugas diperkebunan ini atau pria yang tengah mengajak lukas berbicara ini adalah seorang pensiunan tentara RI.
"Iya benar" Jawab datar lukas seperti biasanya, sembari melirik sesekali pada Abil yang masih tertidur pulas.
"Selamat datang pak Lukas! " Ia menyalam tangan lukas dengan senyuman Ramahnya yang masih terkesan tegas dan berwibawa.
"Kalau gitu biar saya antarkan keperumahan Staff pak" Beliau langsung menyalakan mesin keretanya dan mengisyaratkan lukas untuk segera mengikutinya.
Lukas tak banyak tanya ataupun komplain, ia hanya menurut saja dan mengikuti Bapak satpam itu, untungnya lokasi perumahan staff tidak terlalu jauh dari pos masuk setelah ia melewati kawasan perumahan PKS yang memang cukup terang.
"Wah perumahan staff cantik-cantik banget!" Puji Lukas, ia sama sekali tidak berhenti mengagumi segala yang dilihatnya dimata, ia terlihat benar-benar mencintai pekerjaannya kali ini dan terlihat jelas diraut wajahnya itu.
Perumahan Staff terlihat berbeda dengan perumahan PKS yang baru saja dilihatnya itu, dimana setiap Rumah Staff memiliki ukuran yang sangat besar dengan struktur bangunan yang berbentuk elegan dan mewah dan setiap rumah memiliki taman hijau yang rapi dan indah serta terdapat pondok kecil dan kolam ikan disebelah rumah ditambah lagi terdapat Lapangan Badminton di pusat perumahan dan lampu jalan disetiap depan rumah.
"Sudah Sampai pak, oh iya tadi Pak Baim pesan kalau besok senin bapak boleh izin istirahat saja jadi hari selasa saja bapak masuk kantornya" Bapak satpam membantu Menurunkan Tas pakaian dan koper yang ada dibagasi mobil lukas.
"Gak usah repot-repot, saya usahakan besok untuk datang kerja lagian masih ada beberapa jam lagi kok" Lukas masih saja memperlihatkan sikap menyebalkannya itu dikawasan baru ini.
"Oh gitu pak, yaudah ini kuncinya ya pak dan kalau boleh tahu bapak udah tahu lokasi kantor?"
"Oh iya, kantornya dimana ya?" Tanya Lukas.
"Bapak lurus aja, nanti bapak belok ke kanan untuk ke kantornya dan kalau belok kiri itu nanti bapak balek lagi ke perumahaan pks dan jalan mau keluar ke perkebunan serta jalan keafdeling"
"Hmm..,kalau supermarket atau ATM ada?"
"Itu disebelah perumahan PKS pak"
"Sekolah?"
"Itu juga ada didekat perumahan PKS pak, tapi kalau perumahan pks kan turun kebawah lagi sedangkan sekolah itu nanti Bapak naik lagi keatas jadi pas dipersimpangan PKS bapak langsung belok kiri dan naik keatas"
"oh begitu, yaudah kamu boleh pergi"
"Baik pak" Bapak satpam hanya bisa menelan ludah saja melihat sikap menyebalkan lukas, bahkan kebaikan beliau ini sama sekali tak mendapatkan ucapan terimakasih dari lukas.
Lukas malah sibuk membawa barang kedalam rumah dan membiarkan bapak satpam menghilang dari pandangannya, cukup lama ia memasuki barang keruang tamu yang berukuran lebar dengan fasilitas televisi dan sofa yang telah menghiasi Ruang Tamu.
Rasanya ia terlalu lelah untuk berberes-beres saat ini, jadi ia sengaja meletakkan barang-barangnya itu diatas Sofa saja, sebelum akhirnya ia menggendong Abil kedalam rumah dan mengunci mobil serta pintu rumah. Tanpa pikir panjang lelaki itu memilih acak kamar untuk abil dan menggeletakkan abil diatas ranjang dengan hati-hati dan tak lupa ia menyelimuti abil yang masih tertidur nyenyak.
"Hufft..." Ia menghela nafas , dan berdiri berkacak pinggang menatap sekujur ruangan kamar abil.
"Sudah kuputuskan, mulai detik ini aku akan berusaha berikap sewajarnya saja denganmu dan lagian kau gak berhak menerima kemarahanku atas perbuatan ayahmu" Gumam Lukas, kini hatinya mulai sedikit membaik setelah menghabiskan sedikit waktu untuk berserah diri kepada tuhan.
"Ya sudah, lebih baik aku rebahan sebentar saja!" Lukas meninggalkan kamar Abil dan membiarkan lampu kamarnya menyala saja karena ia sudah terlalu lelah untuk sekedar mematikan saklar lampu tersebut.
Dan sekali lagi Lukas memilih kamar secara acak, sebab memang kamar yang ada dirumah ini berjumlah 4 jadi ia tak mempunyai waktu untuk memeriksanya satu persatu dan tanpa pikir panjang lagi ia langsung menyalakan AC dan merebahkan diri diatas ranjang .
Sejenak Lukas menatap langit-langit kamar dan membisu untuk beberapa saat, ia masih tidak percaya kalau impiannya benar-benar terwujud saat ini. Ia pikir bakal butuh waktu yang sangat lama untuk menjadi seorang manajer diperkebunan tetapi ternyata tuhan berkendak lain padanya . Ia merasa sangat bersyukur atas kehidupannya sekarang yang sangat berbeda jauh saat ia masih kecil.
"Padahal sebelumnya aku menyalahkanmu, ternyata aku salah ya tuhan" Gumamnya lagi, kini air matanya menetes perlahan-lahan dan senyuman lembut menghiasi wajahnya.
"Setelah setahun kerja , aku bakal bawa bunda dan bibi tinggal disini! " Ucapnya lagi, lalu ia memeriksa handphonenya untuk berjaga-jaga bahwa tidak ada pesan yang terlewatkan olehnya karena saat itu ia terlalu fokus diperjalanan sekaligus hanya sekedar menghabiskan waktu menunggu waktu subuh daripada nanti ia ketiduran dan terlambat bekerja.
Lukas sibuk memainkan sosial media, sampai tak sengaja sebuah postingan dari gadis yang pernah menjadi tunangannya muncul jelas di beranda sosial medianya. Lukas menatap serius wajah gadis itu yang semakin terlihat cantik dan menawan dan membuat lukas tampak bahagia.
"Sepertinya aku tak perlu menyesal lagi karena telah meninggalkanmu, kau tampak bahagia di foto" Gumam lukas lagi, lalu merefresh postingan beranda sampai waktu segera berlalu dan adzan subuh berkumandang jelas ditelinganya .
"Waktunya sholat! come on lukas...bukan saatnya untuk mengantuk dan menyia-nyiakan waktu mudamu" Gumam lukas yang disusul oleh langkah kakinya menuju kamar mandi yang ada didalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BIRU
General Fiction~TAMAT~ Lukas tumbuh menjadi seorang pemuda kasar yang masih memendam kebencian terhadap kakaknya, entah penyebab apa yang membuat hati pemuda itu terasa kaku untuk sekedar memaafkan Sang kakak. Hingga sang takdir ikut mempermainkan kehidupannya , p...