Lukas berlari terburu-buru memasuki kawasan SMA yang memang berada disebelah kawasan SMP dengan tujuan untuk menemui kakaknya , ia terlihat sangat marah dan merasa kesal seakan-akan kakaknya telah melakukan sesuatu hal yang salah. Dengan langkah yang cepat sembari menggenggam beberapa poster ditangannya, ia berusaha mencapai kelas azka yang berada di ujung lantai pertama tanpa memperdulikan tatapan siswa lain yang menatap jijik kearahnya.
"Kak Azka!!!!" Teriak lukas begitu memasuki ruang kelas Azka, saat itu azka hanya terduduk lemas dikursinya sembari menundukkan kepalanya dengan wajah datar.
Lukas yang kehilangan kesabaran langsung melemparkan poster itu kehadapan Azka, dan melempar meja yang menghalanginya dengan keras tanpa perduli apapun.
"Apa benar isi dari Poster itu? Kalaupun memang benar, apa perlu banget ya di tempelkan kesemua mading sekolah ? Tanya lukas yang sudah sangat geram, azka hanya diam saja dan bangkit dari kursinya. Ia bisa melihat tinggi lukas yang kini sudah setinggi bahunya dan tatapan lukas yang dipenuhi kebencian.
"Iya, kau memang bukan adikku" Jawab Azka datar, ia tak menunjukkan ekspresi apapun selain wajah datar tanpa dosanya, Lukas yang cukup geram langsung mendaratkan kepalan tangannya kewajah azka yang malah nahasnya langsung ditangkis oleh Azka.
"Jangan mendaratkan tanganmu kewajahku, memang itu kenyataannya luke jadi kau gak perlu marah sama sekali" Perkataan azka barusan langsung disambut setuju oleh beberapa teman kelas Azka yang kebetulan ada didalam kelas dan beberapa murid SMA yang memenuhi pintu kelas.
"Anak hasil perselingkuhan ngapain marah? Lagian kau harusnya bersyukur orang tua Azka mau mengasuhmu!!!" Ujar Fian yang merupakan Salah satu teman sekaligus saingan kelas azka yang tampak tersenyum menyaksikan momen ini disusul juga oleh Ujaran-ujaran kebencian dari beberapa murid lainnya.
"Aku membencimu, lukas... Aku sangat membencimu, jadi pergilah dari hadapanku!!!!" Bentak Azka yang langsung menekuk keras tangan lukas sebelum akhirnya mendaratkan pukulan kewajah lukas.
"Kau harusnya bersyukur menjadi adikku, bukan malah melakukan hal bodoh seperti ini !!! Memangnya aku gak punya hak mempermalukanmu? Harusnya kau bersyukur mengetahui kebenaran ini jadi aku gak perlu buang-buang waktu menyembunyikan semuanya darimu!!!!" Teriak azka yang sudah meluap, ia bahkan semakin kesal saat melihat lukas menatapnya penuh kebencian.
Lukas yang sudah tak lagi dapat mengontrol emosinya, dan suara tawa setiap orang mulai menggema ditelinganya membuat ia memukul kembali azka dengan brutal , namun anehnya azka sama sekali tidak menghindar atau melawan kali ini Seakan-akan ia tengah membiarkan lukas meluapkan kebencian padanya.
"Lawan dong azka, masa kau biarkan adik tirimu memukulmu seenaknya!!! Apa perlu kami bantu, AZ?" Ucapan ari membuat wajah lukas menjadi semakin membara dan dengan cepat ia memukul lukas sampai terjatuh dan mulai melakukan kekerasan fisik berulangkali sampai lukas tergeletak dilantai kelas dengan wajah yang banyak berlumuran darah dan lebam-lebam.
"Memang apa salahnya mengatakan kebenaran? Palingan kau hanya dipermalukan dan dikucilkan beberapa tahun ini jadi kau gak ada hak buat marah padaku!!!" Teriak azka yang terus-menerus memukul lukas sampai membuatnya babak belur.
Lukas yang merasa kesakitan spontan berteriak mengeluarkan rasa sakitnya, kini bukan hanya sakit diluar akibat pukulan fisik saja yang ia rasakan, namun luka didalam hati semakin parah setiapkali ia mendengarkan perkataan azka yang tidak berhenti memprovokasinya.
"Harusnya kau sadar kenapa papa gak pernah memujimu, karna dia malu punya anak sepertimu!!!!" Teriaknya lagi yang menambah semangat dan antusias para siswa lain, tak ada satupun siswa yang menghentikan perkelahian mereka saat itu seakan-akan naluri kemanusiaan mereka telah hilang begitu saja. Setidaknya hal itulah yang pertama kali dilihat oleh lukas, padahal saat itu dirinya telah merintih kesakitan dengan tatapan mata yang butuh pertolongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BIRU
General Fiction~TAMAT~ Lukas tumbuh menjadi seorang pemuda kasar yang masih memendam kebencian terhadap kakaknya, entah penyebab apa yang membuat hati pemuda itu terasa kaku untuk sekedar memaafkan Sang kakak. Hingga sang takdir ikut mempermainkan kehidupannya , p...