TEMAN LAMA

26 2 0
                                    

"Paman, besok hari apa ?" Tanya abil.

"Minggu, emangnya kenapa?" Lukas tidak terlalu memperhatikan abil yang sudah ada disebelahnya, ia terlalu sibuk menyusun berkas laporan diatas ranjang.

" Kita jalan-jalan ke kota yuk? "

"Enggak bisa bil, paman masih banyak kerjaan dan lagian kau juga sudah banyak tugas rumah dari buk guru kan?"

"Iya, tapi kan udah ada 4 bulan kita disini tapi belum pernah jalan-jalan sama sekali"

"Kalau gak besok menanam lagi, gimana? kan tanaman waktu itu berantakkan?"

"Abil pengennya jalan - jalan bukan menanam"

"Yaudah kalau gitu minggu depan, gimana?" Lukas mengelus kepala abil, anak itu hanya bisa mengangguk saja akan keputusan pamannya itu bersamaan pula dengan suara handphone lukas ayng berdering dan membuat lukas buru - buru mengangkatnya sembari berjalan menjauh dari abil keluar kamar.

"Halo bun, ada apa bun?" Tanya lukas setengah berbisik, tanpa sadar kalau saat itu abil masih bisa mendengarkan pamannya sedang bertelepon dengan sang nenek karena memnag semenjak abil tidak dapat melihat membuat pendengarannya lumayan tajam . Tanpa disadari lukas, abil sudah berdiri diambang pintu menyaksikan lukas yang sedang menelepon membelakangi abil tanpa menyadari keberadaan anak itu.

"Bunda mau nanyak luke, entah kenapa malam ini bunda pengen lihat album foto mu dan azka waktu bayi jadi kira-kira kamu masih ingat gak dimana kamu letak waktu pindahan rumah ?" Tanya Bunda, lukas tertegun sejenak .

"Coba bunda suruh mbok lihat di gudang bun, kayaknya terselip disana! Beritahu lukas, "Lagian bunda gak usah keseringan lihat foto dia, dia bahkan gak pernah perduli dengan bunda"

"Kmau gak boleh gitu, mungkin aja azka sedang sibuk makanya belum sempat pulang ke indonesia. Kan kamu tahu azka udah janji sama bunda bakal kembali"

"Ya udah bun, sekaarng bunda istirahat aja dan masalah foto nanti lukas coba bilang ke mbok ya"

"Ya sudah, kamu juga jangan keseringan bergadang ya"

"Baik bun" Lukas langsung mematikan panggilannya dan betapa terkejutnya dia ketika menyadari keberadaan abil.

"Itu nenek ya , paman?" Tanya Abil.

"Ini... " Lukas cukup ragu untuk mengatakannya , sebab dimata dia kalau azka bukanlah lagi anak dari bundanya dan bukan juga saudaranya jadi dalam persepsi lukas bahwa abil bukanlah cucu dari bunda. Dilain sisi, ia juga tak mau bundanya tahu tentang kematian Azka yang malah akan mengguncang kesehatan bunda.

"Abil boleh gak teleponan sama nenek?" Tanya Abil,tetapi lukas langsung mengalihkan topiknya.

"Bil , setelah paman pikir - pikir ada baiknya besok kita jalan - jalan ke kota ya" Ucapnya yang langsung berubah pikiran , padahal sebelumnya ia sempat menolak permintaan abil.

Tadi paman bilang gak bisa, kenapa sekarang berubah pikiran?"

"Karena paman mau buat abil bahagia, bolehkan?" Tanyanya berusaha mengalihkan perhatian abil.

"Makasih paman" Abil memeluk lukas erat - erat, ia memang hanyalah anak kecil yang mudah sekali dialihkan perhatiannya selayaknya anak - anak lainnya dan rasanya hal ini sungguh melegakan bagi lukas.

"Ya udah , sekarang abil bantuin paman buat nyusun berkas laporan yuk biar cepat selesai" Abil mengangguk senang dan menurut saja, keduanya mulai terlihat akrab seiring berjalannya waktu seperti seorang ayah dan anak atau lebih tepatnya bisa digambarkan seperti dua orang sahabat karib.

***

Pagi ini sesuai janji lukas kemarin, akhirnya mereka berangkat juga untuk liburan ke kota rantau yang jaraknya sekitar 2 jam-an dari kebun dan rencana mereka yang berniat menghabiskan waktu seharian disana juga terwujud dimana keduanya lebih banyak menghabiskan waktu dizona permainan, mulai dari main game diarena permainan sampai melakukan photobooth dan rasanya saat ini abil sangatlah puas menghabiskan waktunya dengan lukas yang tentu saja sangat jarang terjadi karena kesibukan Lukas akhir - akhir ini.

LANGIT BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang