"Paman..." Lirih Abil yang membuat Lukas terbangun dan langsung bangkit dari tidurnya.
"Kamu kenapa? butuh minum? atau lapar?" Tanya Lukas yang masih setengah sadar.
"Abil mau minum"
"Yaudah, sini paman bantu duduk ya!" Lukas menyandarkan abil di gagang ranjang dan tak lupa juga ia mengecek suhu abil yang mulai kembali normal.
"Ini diminum sampai habisnya airnya" Ia memberikan segelas air pada keponakanya itu, tak menunggu lama segelas air telah ludes diminum abil.
"Sekarang kamu mau balik tidur, atau mau apa lagi?"
"Abil mau ketoilet"
"Bisa sendiri?"
"Bisa kok, tongkat abil mana?" Lukas langsung memberikan tongkat bantu pada abil dan sesekali memantau langkah abil yang sedikit lunglai , bahkan saking khawatirnya ia sampai mengikuti abil didepan toilet dan menunggu anak itu kembali kekamar.
"Kamu udah baikan?" Tanya Lukas.
"Hmm...makasih ya paman, abil janji bakal rajin minum air deh dan bakal jaga kesehatan supaya gak ngerepotin paman lagi" Ucapnya yang membuat bulu kuduk lukas sedikit merinding, ia hanya bisa berdehem saja tanpa tahu mau membalas ataupun memberikan respon apa pada anak itu.
"Pelukan paman itu kayak pelukan papa, rasa kangen abil jadi berkurang sama papa" Abil berjalan menaiki ranjang kembali dan menyelimuti dirinya.
"Pantas papa selalu ..." Belum sempat abil menyelesaikan kalimatnya, mendadak lukas langsung menegur abil.
"Kamu baru saja baikan, mendingan sekarang tidur!"
"Baik paman" Abil hanya mengangguk saja dan membaringkan dirinya, ia juga tak mau lagi membantah ucapan lukas yang telah bersikap baik padanya kali ini.
"Paman kalau mau balik kekamar juga boleh, abil udah gak apa-apa kok tidur sendirian sekarang" Abil kembali membelakangi lukas yang ada disebelah kanannya sembari terduduk bersandar diranjang,
"Hmm...ntar lagi aja" jawaban singkat lukas, ia juga tak tega membiarkan abil tidur sendirian malam ini , namun perasaan gengsinya untuk berterus terang sangatlah besar.
"Paman, kenapa tadi siang gak pulang? maafin abil ya udah buat ruang tamu berantakkan soalnya abil gerah kalau gak mandi"
"Banyak urusan kantor" Lukas melirik pada abil, "lain kali jangan diberantakin lagi ya" sambungnya.
"Iya paman, oh iya abil boleh cerita?"
"Emangnya mau cerita apa? Udah malam jangan lama-lama " Tukas lukas yang mulai mengantuk , tetapi ia berusaha untuk tetap terjaga.
"Abil penasaran wajah paman itu kayak mana? Soalnya dulu kan abil belum pernah ketemu sama paman "
"Mirip sama kakekmu"
"Kakek? Abil juga belum pernah ketemu sama kakek dan nenek dari papa " Lirih Abil yang mulai memelas.
"Memangnya ayahmu gak ngasih tahu tentang kakekmu?"
"Belum, Papa selalu marah kalau abil bahas kakek"
"Harusnya aku yang marah sama papa bukan dia" Umpat Lukas didalam hati .
"Udah siap ceritanya? " Tanya lukas sekali lagi berusaha untuk menyudahi pembicaraan yang mulai mengarah pada Kakaknya itu.
"Belum, abil masih mau ngobrol banyak sama paman soalnya aku takut sifat paman hari ini akan berubah seperti kemarin-kemarin dan jujur abil sangat suka dengan paman lukas yang baik seperti sekarang" Ucapan Abil membuat lukas tertegun sekali lagi , ia tak bisa membayangkan bahwa perlakuannya kemarin-kemarin itu sangatlah kasar sampai membuat keponakannya itu tidak suka padanya dan sepertinya ia telah salah memberikan kesan awal yang buruk pada anak laki-laki usia 10 tahun yang baru saja terkena musibah.
"Tidurlah, paman janji bakal tidak kasar lagi samamu" Ucap Lukas tanpa pikir panjang.
"Janji?" Abil memberikan jari kelingkingnya pada lukas, sejenak Lukas hanya terdiam saja dan ragu untuk menerima janji kelingking pada abil namun setelah cukup lama ia berpikir panjang akhirnya ia meraih jari kelingking abil dan menyepakati janjinya.
"Kecuali jika kamu bandel dan nakal" Sambung Lukas.
"Makasih ya paman"
"Hmm..."
"Paman, abil boleh nanyak gak momen tersedih dihidup paman itu apa?"
"Memangnya kau apa?" Tanya balik Lukas yang sengaja menghindar duluan karena tak mau membahas masa lalunya pada snag keponakan.
"Momen tersedih bagi abil itu pas kemarin aku bangun tapi semuanya terasa gelap, asing dan sendirian didalam ruangan rumah sakit" Setelah usai mengatakan itu, Abil memeluk erat gulingnya dan berusaha menahan kesedihannya .
Lukas yang mendengarkan ucapan abil barusan semakin kasihan dan tak tahu harus berbuat yang gimana lagi selain hanya terdiam saja, Bahkan yang tadinya ia ingin mengelus rambut abil sontak langsung diurungkannya .
"Ngantuk nih, tidur yuk?" Lukas berusaha mengalihkan topik sebelumnya agar tidak semakin membuat keponakannya itu bersedih dengan kenyataan yang memang sulit bakal diterima oleh anak seusianya saja, bahkan untuk orang dewasa saja masih belum bisa memaafkan segala bentuk masa lalu suram yang dialaminya apalagi untuk Abil yang masih berusia 10 tahun pastinya hal itu adalah hal yang sulit dilupakan dan bakal menjadi sebuah traumatik yang berkepanjangan.
"Iya paman, abil juga udah mulai ngantuk"
"Hmm..kalau gitu kamu tidur duluan biar nanti paman bakal balik kekamar "
"Paman mau nungguin abil sampai abil tertidur ya?"
"Mungkin, tapi untuk hari ini aja" Jawab lukas ragu dan merasa sedikit gengsi.
"Makasih ya paman" Jawab singkat abil, ia langsung memejamkan matanya dan tertidur pulas dengan cepat tanpa menunggu hitungan detik . Sepertinya memang dari tadi ia sudah mengantuk hanya saja ia tak ingin momen kebersamaannya dengan Lukas menjadi hilang karena rasa kantuknya yang tidak seberapa.
Kini hubungan keduanya mulai membaik seiring berjalannya waktu, tidak ada lagi lukas yang acuh kepada sang keponakan ataupun abil yang suka melawan pada lukas.
Kini yang tersisa hanya Lukas dan abil yang berusaha membangun kehangatan Antara keponakan dan paman bagi keduanya, semoga saja seiring berjalannya waktu hubungan keduanya bisa benar-benar membaik.
"Selamat tidur paman! Semoga mimpi indah!" Lirihnya sembari tetap memejamkan mata.
"Dan semoga aku benar-benar bisa menjadi keponakan yang nyata Dimata paman" Sambungnya lagi, seakan-akan ia sedang mengigau saja dengan kondisi setengah sadar dan ngantuk berat.
"Makasih paman sudah berpura-pura menjadi papa dan memenangiku"
"Kau memang Keponakanku kok, jangan khawatir" Gumam Lukas dari dalam hati dan hanya bisa memasang wajah datar saja. Dengan sedikit keberanian, ia mengelus rambut abil dan membiarkan anak itu tertidur pulas tanpa menyadari kalau sebenarnya lukas masih tetap terjaga dan menemani abil semalaman.
Tentunya sekali lagi lukas bergadang, bukan karena ia tidak mengantuk tetapi ia takut dan khawatir kalau sewaktu-waktu abil kembali sakit ataupun membutuhkan sesuatu darinya . Entah kenapa malam ini jiwa perhatian lukas mulai terlihat walaupun masih secara tersembunyi dibelakang Abil. Ia benar-benar sudah mulai bisa menerima kehadiran abil dihidupnya , tidak seperti saat pertama kali mereka bertemu yang mana saat itu hanya ekspresi kebencian saja yang diperlihatkan Lukas pada anak malang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BIRU
Ficción General~TAMAT~ Lukas tumbuh menjadi seorang pemuda kasar yang masih memendam kebencian terhadap kakaknya, entah penyebab apa yang membuat hati pemuda itu terasa kaku untuk sekedar memaafkan Sang kakak. Hingga sang takdir ikut mempermainkan kehidupannya , p...