ARTI SEORANG TEMAN

38 2 0
                                    

"Kau masih ngambek?" Tanya Lukas yang baru saja pulang dari kantor, seperti biasanya pekerjaan adalah nomor satu bagi lukas sehingga tak ada alasan baginya untuk membolos kerja walaupun ia tahu saat itu abil sedang mengurungkan diri dikamar, namun lagi-lagi lukas tidak terlalu ambil pusing dan malahan ia pergi kembali kekantor begitu waktu istirahatnya telah berakhir yang mana saat itu sekitaran pukul dua siang.

"Ini udah sore loh" Teriaknya dari arah dapur, ia meneguk segelas air dingin dari kulkas dan mencuci wajahnya di wastafel.

"Ayo kita bicarakan lagi kalau masih ada yang mengganjal dihatimu, aku gak suka dicuekin loh" Gumam Lukas yang kini sudah berada didepan pintu kamar abil, ia mengetuk pelan berkali-kali dengan suara Pintu yang dibuka perlahan-lahan dan memperlihatkan wajah sembab seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dengan rambut berantakkan.

"Mana tongkat abil, paman?" Tanyanya.

"Dimeja ruang tamu, bentar biar paman ambil!" Lukas langsung mengambil tongkat bantu abil dan menyerahkannya pada anak itu.

"Makasih Paman" Ucapnya cepat tanpa berekspresi.

"Jadi bisa Paman Masuk kedalam?" Tanya Lukas yang sedikit melirik kedalam kamar abil yang sangat berantakkan.

"Palingan cuman nanti paman tambah marah kalau ngelihat kamarku yang berantakkan"

"Jangan ngomong begitu, aku kan lagi berusaha untuk menjadi orang yang baik buatmu" Gumam pelan Lukas tetapi suaranya masih bisa didengar sang keponakan, ia langsung membuka lebar pintu kamar abil dan betapa terkejutnya pria itu tatkala saat mendapati kondisi yang sangat berantakkan didalam kamar keponakannya , selain itu posisi layar televisi yang telah hancur dan tergeletak dilantai semakin menambah emosi lukas sampai-sampai kedua telinganya bewarna merah karena mencoba menahan emosi.

"Kau menghancurkan Televisi?" Tanya Lukas geram, Abil hanya diam saja dan tidak terlalu perduli respon lukas saat ini padanya, lukas yang melihat ekspresi abil saat itu semakin geram dan langsung memukul pintu lemari sekeras-kerasnya sampai pintu itu rusak dan menimbulkan bunyi keras yang membuat abil terkejut.

"Hufttt..." Ia menghela nafas panjang dan mencoba meredahkan emosinya, ia melirik sekilas kearah abil yang hanya berdiri mematung tanpa berkata apa-apa.

"Lebih baik kau ngomong sekarang daripada membuatku tambah kesal!!" Bentaknya, "Aihh....jangan bersikap acuh seperti ayahmu itu, kalau punya masalah harusnya diomongin bukan cuman diam aja!!!" Teriak Lukas tanpa berpikir panjang.

"Percuma ada televisi, aku juga gak bakal bisa nonton kan kalau gak bisa lihat" Ucapnya blak-blakan begitu mendengar bentakkan Lukas.

"Kau ini...Kau harusnya bersyukur masih bisa hidup dan jangan terus-terusan....Ah, sudahlah " Lukas langsung tersadar disaat ia ingin mengatakan kalimat kasar pada abil, ia hanya bisa memukul pelan pintu lemari yang sudah jebol itu yang membuat punggung tangannya sedikit lecet karena pukulan keras sebelumnya.

"Maaf Paman..." Sesal Abil yang tak tahu lagi mau berkata apapun, ia hanya menggenggam keras tongkat bantunya .

"Sekarang lebih baik kau bersih-bersih deh, biar kita jalan sore " Ucap Lukas yang tidak tahu lagi mau berkata apa-apa, kini dirinya seperti ceret mendidih yang kapanpun siap meledak .

"Iya Paman" Jawab Abil, ia langsung memasuki kamar mandi yang kebetulan juga ada didalam kamar , sedangkan Lukas hanya bisa berdiri melirik sekeliling ruangan untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia memutuskan untuk membersihkan kamar itu dengan sebiasanya.

Untungnya Lukas adalah pria cekatan yang pecinta kebersihan, jadi tidak menunggu waktu lama kamar abil sudah cukup bersih dan nyaman untuk dihuni kembali meskipun ada beberapa kerusakan seperti televisi dan pintu lemari yang masih merusak mata untuk dipandang olehnya.

LANGIT BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang