Setelah menyelesaikan urusannya disekolah, lukas kembali melanjutkan pekerjaan kantornya yang cukup menumpuk hari ini ditambah lagi kepribadiannya yang selalu bekerja sendirian membuat ia harus bekerja lebih banyak dari yang seharusnya.
Namun sesekali ia mendongak kearah jam dinding yang ada didalam ruangan, untuk berjaga-jaga agar ia tidak lupa untuk makan siang dan kembali kerumah . Dengan volume musik yang sedang terlihat lukas tampak asyik menikmati pekerjaannya seperti hal itu sudah menjadi makanan sehari-harinya saja.
"Permisi pak!" Ucap salah seorang anggota lukas yang membawa sebuah berkas data padanya.
"Taruh aja dimeja ini! biar nanti saya periksa kembali" Tukas lukas tanpa berniat melihat anggotanya itu.
"Baik pak" Jawab singkat pria muda seumurannya yang berstatus sebagai karyawan perusahaan kebun itu.
"Oh iya pak, nanti malam ada pesta kecil-kecilan diperumahan pks dan kebetulan yang buat acaranya itu adik saya" Pria itu terlihat antusias ingin mengundang lukas, selaku manajernya. "Kalau bapak ada waktu, saya dan keluarga turut mengundang Bapak buat datang nanti malam sehabis maghrib"
"Kayaknya saya gak ada waktu" Tolak Lukas secara cepat, seakan - akan ia enggan mempertimbangkan kembali tawaran itu.
"Kalau dipertimbangkan lagi bisa pak? soalnya kami juga para karyawan ingin mengenal bapak , hitung-hitung perkenalan secara non formal pak" Bujuk Pria itu, lukas yang sedikit kesal akan gangguan anggotanya itu hanya melirik sekilas lalu menghembuskan nafas panjang.
"Nanti saya pertimbangkan kembali , mendingan sekarang kamu pergi dari sini soalnya ganggu saya banget"
"Baik pak, maaf ya pak" Anggotanya langsung pergi keluar , ia tak bisa membohongi perasaannya bahwa ucapan lukas barusan sangatlah menjengkelkan .
Diluar ruangan terdapat Pak Baim yang sudah menunggu pria itu, sepertinya baimlah yang meminta pria itu untuk mengundang lukas sebab kalau diperhatikan kembali takkan mungkin ada orang yang mau berteman dengan lukas yang selalu memperlihatkan perilaku menjengkelkannya itu. Sementara lukas kembali melanjutkan pekerjaannya tersebut sampai tak terasa waktu istirahat telah tiba yang membuat lukas mau tak mau segera menghentikan pekerjaannya dan berjalan pulang ke rumah.
Suasana dirumah cukup sunyi begitu lukas menginjakkan kaki kedalam rumah, palingan hanya suara musik yang cukup kuat dari kamar abil yang mendadak mati saat langkah kaki lukas terdengar ditelinga abil.
"Paman sudah pulang?"
"Hmm..Bentar, biar aku masak dulu makan siang kita" Teriaknya yang langsung berjalan kedapur, tak banyak yang disajikan pria itu kali ini selain telur dadar yang dimasak setengah matang dan nasi putih yang untungnya sudah dimasak tadi pagi , tak lupa juga sayur bening yang hanya dibumbuin oleh garam dan campuran bawang serta cabe.
"Ayo makan!" Teriaknya lagi , sembari menyajikan piring berisi nasi dan lauk diatas meja untuknya dan untuk keponakannya itu, lukas juga menyajikan dua buah gelas berisi air diatas meja .
"Hati-hati jalan, disebelahmu ada kulkas jadi jangan sampai tertabrak" Ucapnya secara acuh, lukas langsung menelan masakan buatannya.
"Paman?" Tanya Abil disela-sela mengunyah makanan.
"Hmm..."
"Jadi kapan Aku bisa sekolah lagi?" Tanya abil antusias, sepertinya anak itu sangat merindukan sekolah sebab sudah hampir beberapa minggu ini dirinya tak menginjakkan kaki dibangku sekolah.
"Hmm...Nanti kita bicarakan ya, paman mau sholat zuhur dulu" Jawab Lukas yang sedikit Ragu dan seketika kehilangan nafsu makannya, begitu juga dengan abil yang langsung peka dan memperlihatkan ekspresi kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BIRU
General Fiction~TAMAT~ Lukas tumbuh menjadi seorang pemuda kasar yang masih memendam kebencian terhadap kakaknya, entah penyebab apa yang membuat hati pemuda itu terasa kaku untuk sekedar memaafkan Sang kakak. Hingga sang takdir ikut mempermainkan kehidupannya , p...