Hubungan antara lukas dan para karyawannya telah membaik semenjak pertemuan hari itu, ia bahkan mulai membiasakan diri berbaur dan menyempatkan diri untuk datang ke acara yang diadakan perkebunan, sama halnya seperti hari ini , yang mana pada hari ini perumahan staff merayakan acara makan besar di aula yang berada di ujung perumahan staff, biasanya acara ini hanya mengundang para staff seperti asisten kepala , manajer , general manajer dan jajarannya . Acaranya juga berupa makan bersama , bakar- bakar dan mengobrol bareng sambil menikmati musik yang dimainkan di latas panggung yang ada didalam aula.
Mungkin bagi ibu-ibu staff adalah kesempatan yang bagus untuk menggosip ataupun mengobrol ria dengan teman arisannya , sedangkan para bapak - bapak akan mendengarkan musik sembari mengobrol masalah pekerjaan ataupun dunia olahraga dengan yang lainnya , berbeda pula dengan anak - anak para karyawan staff yang lebih memilih bermain di lapangan futsal ataupun basket dan ada juga yang memilih menghabiskan waktu sendirian sembari memainkan handphone.
Segalanya terlihat sangat sibuk malam ini, acaranya diadakan memang setiap malam sehabis isya sampai 02.00 subuh.
Namun tidak dengan lukas yang sedang duduk bersebelahan dengan pak baim di sudut lapangan, alasannya semata - mata karena memang hanya pak baimlah yang dikenal oleh lukas sebagai sesama karyawan yang tinggal di perumahan staff, Selain itu ia juga merasa tidak terlalu nyaman didalam aula karena memang tempat itu sangat bising saat ini karena musik yang dinyalakan kuat dan beberapa bapak - bapak yang berkaraoke ria disana. Selain itu ia juga tak ingin membangunkan abil yang sudah tidur di sofa panjang yang ada disebelahnya dengan posisi kepala diatas paha lukas, Ia tahu kalau didalam terlalu bising dan membuat abil tidak akan bisa tertidur .
" Acara kayak gini biasanya diadakan setiap kapan ?" Tanya Lukas, pak baim saat itu sedang menyantap sate yang diambilnya dari dalam aula.
"Setiap bulan sih pak, cuman kadang bisa siang dan kadang juga bisa malam acaranya"
"Oh, saya mengerti"
"Lalu , gimana perkembangan belajar Abil ? Apakah bagus menurut bapak?"
"Lancar.." Lukas mengangguk dengan penuh yakin, "Ibu Vasya menggunakan kemampuan menghafal abil sebagai metode belajar mereka, jadi kalau gak salah dia bakal menjelaskan tentang sejarah dengan metode ceramah atau memutarkan rekaman sejarah gitu baru nanti abil disuruh mempresentasikan kembali materi tersebut, dan menurut saya itu metode yang cukup bagua buat abil yang senang menghafal"
"Wah, baguslah kalau gitu. Setidaknya abil punya motivasi belajar kembali ya"
"Iya" Jawab singkat Lukas , lalu ia memandangi pak baim.
"Lalu, bagaimana dengan anda ? Mungkin bapak bisa cerita tentang kehidupan bapak?"
"Memangnya boleh ? Saya takutnya malah membuat baoak risih" Canda pak baim sembari tertawa kecil.
"Boleh, lagian saya gak punya kesibukan apapun saat ini " Lukas mengelus rambut abil.
"Saya tahu bapak punya sesuatu yang sangat sulit diceritakan, mungkin tentang anaknya bapak ? "
"Iya, saya selalu menyesal tentangnya" Baim meletakkan piringnya dimeja dan tatapannya mulai sendu.
"Itulah kenapa bapak selalu membayangi saya sebagai dirinya, kan ? Saya memang gak terlalu perduli urusan orang lain ataupun masalah orang lain, tapi mungkin bapak bisa mengeluarkan segala hal yang masih tertahan didasar hati bapak selama ini dan... mungkin untuk hari ini, sepertinya saya bakal berpura - pura menjadi pendengar yang baik"
"Terimakasih ya..." Ucap Pak baim yang lumayan tersentuh dengan kejujuran lukas.
"Andai waktu bisa diulang, Saya bakal mengatakan kata cinta, rindu dan sayang lebih banyak padanya" Ia memastikan tak ada air mata yang turun dari wajahnya, senyumannya masih terus mengukuir disudut bibir .
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BIRU
General Fiction~TAMAT~ Lukas tumbuh menjadi seorang pemuda kasar yang masih memendam kebencian terhadap kakaknya, entah penyebab apa yang membuat hati pemuda itu terasa kaku untuk sekedar memaafkan Sang kakak. Hingga sang takdir ikut mempermainkan kehidupannya , p...