DEMAM

91 7 0
                                    

"Pak, belum pulang? ini udah jam 7 malam " Ucap Baim yang masih saja perhatian pada lukas, ia seperti menganggap lukas sebagai keluarganya yang memang usia lukas notabene mirip sekali dengan usai anak bungsu baim .

"Bentar lagi, ini udah mau siap dan tinggal perbaikan aja biar nanti saya pas rapat hasilnya bakal bagus" Ucap lukas auh tak acuh.

"Kalau gitu biar saya tungguin ya"

"Gak usah Pak, anda bisa duluan aja lagian pasti keluarga anda lagi nunggu dirumah" Tolak lukas yang merasa sedikit terganggu atas keperdulian Baim, sebab memang biasanya ia tak pernah memiliki rekan selama ia bekerja dimanapun dan kepedulian Pak Baim membuatnya sangat risih.

"Memangnya bapak gak ada yang nungguin dirumah?" Tanya balik Pak Baim , seketika lukas langsung menepuk jidatnya dan mematikan laptopnya dan memasukan seluruh barang penting kedalam ransel yang dibawa oleh pria itu beserta falshdisk dan beberapa berkas penting.

"Kalau gitu saya duluan pergi ya pak" Ucapnya sedikit ramah pada baim meskipun sebenarnya ia bermaksud ingin mengatakan terimakasih pada Pak baim, hanya saja seperti yang kita ketahui kalau kata terimakasih dan kata maaf adalah dua kata yang terlalu sulit untuk diucapkan langsung oleh lukas jadi mau tak mau hanya nada ramah saja dengan kalimat seperti itu yang bisa diucapkan oleh pria seperti lukas.

Lukas tampak buru-buru menaiki mobil dan meninggalkan kantor, untung jarak perumahan tidak terlalu jauh jadi ia cepat sampai kerumahnya dan begitu langkahnya memasuki rumah yang masih gelap , ia langsung menyalakan lampu dan terlihat tercengang saat melihat seluruh pakaian yang berantakan disofa dengan beberapa ransel dan koper yang masih dalam keadaan terbuka.

"Abil!!! Sudah kubilang jangan..."Belum sempat ia melontarkan amarahnya mendadak ia teringat akan semua ucapan dan janjinya tadi pagi pada anak itu, kini ia tidak memiliki hak untuk memarahi abil tetapi bukan lukas namanya kalau tidak meluapkan kesalahan pada orang lain.

Dengan wajah yang geram lukas langsung membuka pintu kamar abil yang masih gelap dan langsung menyalakan lampu itu, saat melihat abil yang tergeletak diatas ranjang membuat lukas mengurungkan niatnya untuk memarahi abil.

"Kau sudah tidur?" Lukas mengamati sekeliling kamar, dan entah kenapa ia secara iseng melihat kulkas mini yang ada didalam kamar abil dan terkejut kalau ternyata makanan dan minuman dingin yang ada dikulkas tak ada satupun yang disentuh oleh abil.

"kan sudah kubilang kalau haus atau lapar makan aja yang ada dikulkas, kan udah kusiapkan ! lagian kau itu gak boleh kurang minum dimasa pertumbuhan ini " gumam jengkel lukas secara terang-terangan dan langsung memperbaiki selimut abil sampai tak sengaja tangannya menyentuh kulit abil yang terasa panas.

Kali ini lukas baru menyadari kalau ada yang salah dengan keponakannya itu, ia mulai sadar kalau dari tadi abil tampak gelisah dalam tidurnya dan suhu tubuhnya juga sedikit panas .

"kau demam? ah..tunggu sebentar" Tukas panik lukas, ia langsung mengambil handphonenya dan mencari diinternet tentang demam dan segera ia berlari kedapur. Lukas mengambil mangkok yang berisi air dan mencelupkan sapu tangan didalamnya lalu ia mengambil kotak p3k dan segelas air yang dibawakannya langsung kedalam kamar abil.

Sepertinya malam ini lukas terlihat panik dan khawatir, bahkan tak lupa pula ia langsung membuat oatmeal rumahan dengan bahan seadanya yang ada didapur untuk abil begitu ia ingat kalau abil belum makan apapun sejak tadi siang, lagipula tadi pagi abil hanya sarapan sedikit saja seingat lukas.

Lukas langsung mengambil termometer didalam kotak p3k sambil memeras sapu tangan yang sudah dibasuhi kedalam mangkok , setelah beberapa saat ia melihat suhu tubuh abil yang memang lebih dari 37 derajat membuat lukas langsung mengompres kening abil dan menjauhi selimut dari abil.

LANGIT BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang