FLASHBACK (2) LUKAS DAN AZKA

26 1 0
                                    

Momen makan malam bersama keluarga adalah momen yang sangat dinantikan oleh semua orang, bahkan hal itu sudah menjadi sesuatu yang tidak lagi langka dan kegiatan wajar bagi kebanyakan orang. Namun bagaimana momen tersebut menjadi sesuatu hal yang sangat langka dan hanya dirayakan setiap pembagian semester saja, seperti yang dirasakan oleh Lukas saat ini.

Bagi keluarganya, makan malam bersama keluarga hal yang paling penting dan cukup langka untuk dilakukan dikarenakan memang ayahnya yang terlalu sibuk bekerja dan banyak menghabiskan waktu sendirian dikamar terkecuali bila akhir semester seperti malam ini.

Ini adalah perayaan makan malam keluarga yang kesekian kalinya bagi lukas, namun malam ini cukuplah berbeda seperti makan malam sebelum-sebelumnya dimana pada semester ini ia berhasil meraih peringkat 1 secara umum ditingkat SMP padahal statusnya saat ini ialah siswa baru kelas 7 , tentunya hal itu adalah sesuatu hal yang sangat membanggakan oleh semua orang tua yang ada di dunia ini.

Namun harapannya perlahan-lahan kandas saat ia menerima kenyataan kalau tak sekalipun kata pujian yang biasanya dilontarkan ayah pada Azka tertuju pada dirinya, bahkan sejak tadi ayah hanya memuji azka secara terus-menerus tanpa sekalipun melirik kearah lukas padahal sebenarnya ayah sudah tahu kalau putra keduanya itu telah mendapatkan peringkat seperti yang diharapkannya dulu.

Dengan wajah yang sangat kesal, lukas menyudahi makannya dan menjauhi piring yang masih bersisa ketengah meja.

Bunda yang saat itu posisinya berada dihadapan lukas langsung menyadari kekesalan putra bungsunya itu. Ia langsung menegur ayah dengan cukup tegas karena memang dulu ayah pernah berjanji pada lukas bakal memujinya bila ia berhasil mendapatkan peringkat 1dikelas dan juara 2 secara umum.

"Pa, lukas juga dapat peringkat 2 secara umum loh disekolah! " Namun sama sekali tak ada Reaksi yang diberikan ayah , ia hanya memasang wjaah datar dan kembali mengalihkan perhatiannya pada Azka.

"Pa, aku udah nepatin janji ke papa buat juara 1" Ucap lukas memberanikan diri untuk mengatakannya secara langsung pada ayah sembari masih berharap mendapatkan pujian sang ayah.

"Wah hebat banget dong luke, gimana pa? Luke kita pintar kan kayak papa dan kakaknya" Azka terlihat senang atas pencapaian lukas, ia memang berada satu sekolah dengan lukas dikarenakan yayasannya menggabungkan SMP dan SMA dilingkungan yang sama, namun belakangan ini Azka sibuk bimbingan belajar dan fokus persiapan diri untuk mengikuti beasiswa kuliah keluar negeri sehingga ia tidak terlalu memperhatikan perkembangan lukas akhir-akhir ini , padahal biasanya ia adalah orang pertama yang akan mengetahui tentang segala hal yang terkait dengan Lukas.

"Oh baguslah, yaudah lanjut lagi makannya terus kamu belajar lagi" Jawaban datar dari ayah membuat lukas sedikit kecewa, ia merasa sangat hancur karena telah berharap secara berlebihan kepada ayah yang kini malah kembali memuji dan memberikan nasihat serta motivasi pada Azka. Tentunya tak menutup kemungkinan, lukas merasa cemburu pada kakak laki-lakinya itu dan dengan penuh kekecewaan remaja SMP itu langsung berlari kekamar tanpa perduli dengan bunda yang berusaha memanggilnya.

"Papa ini gimana sih? Lukas juga butuh kasih sayang ayahnya apalagi pujian dari papa" Bentak bunda yang sangat kesal saat ini, ia sampai ikut berdiri dan membentak suaminya yang hanya diam saja dengan posisi tenang menyantap makan malam.

"Dia bukan anak kandungmu, jangan terlalu perdulikan dia" Gumamnya tanpa rasa bersalah.

"Tapi lukas kan anak papa!" Azka yang memang sudah tahu kebenarannya merasa tidak senang atas perkataan sang ayah.

"Anak hasil perselingkuhanku ? Memangnya aku harus mengakui dia anakku? Lagian itukan kesalahanku dimasa lalu dan aku juga udah berjanji buat setia dengan bundamu dan hanya menganggap kalau kaulah anakku satu-satunya Azka"

"Apapun ceritanya , Luke tetap adikku dan anak bungsu papa dan bunda!!!" Ketus Azka yang mulai geram, lalu ia berjalan pergi meninggalkan ruang makan yang kini menyisahkan Bunda yang terduduk lemas karena tak sanggup lagi beradu argumen dengan suaminya.

Azka berlari kekamar lukas yang sangat gelap, ia perlahan-lahan melangkah masuk dan mengalahkan lampu kamar. Namun ia tidak menemukan lukas diatas ranjang yang membuatnya langsung menghela nafas panjang dan telungkup dilantai dengan menghadap langsung kebawah tempat tidur.

"Apa gak ada tempat bersembunyi yang lebih baik dari ini, luke? " Keluh Azka pada adiknya yang saat itu berada dibawah ranjang sembari menangis sesenggukan.

"Bukan urusanmu, lagian aku mau sendirian hari ini jadi jangan ganggu aku!!!" Bentak lukas yang tampak sangat marah dan kecewa.

"Maafin kakak ya" Ucap Azka dengan wajah menyesalnya, ia bisa memahami tentang apa yang dirasakan oleh adiknya saat ini .

"Berhentilah meminta maaf kak, kau itu gak salah kak ..kau..hanya saja aku benci denganmu!!! Aku benci punya saudara sepertimu dan aku benci mendengarkan Papa selalu memujimu!!!"

"Aku juga membenci diriku kok, luke. Aku benci diriku yang tidak bisa membuat papa berhenti memujiku dan aku benci dengan diriku yang selalu membuatmu marah, sedih, kecewa dan membenci diriku . Aku juga benci dengan diriku yang merasa muak mendengarkan semua omongan Papa dan malah membiarkanmu terluka dan yang terakhir aku benci dengan diriku yang gagal mencegatmu untuk terus bersembunyi dibawah ranjang" Perkataan azka membuat lukas terdiam sejenak, ia merasa bingung dan mulai bersalah atas sikapnya saat ini pada Azka.

"Aku juga benci dengan diriku karena membiarkan kak azka membenci dirinya " Ucap Lukas yang langsung dibalas kembali oleh azka sampai membuat keduanya tersenyum.

"Aku malah jauh lebih membenci diriku yang membiarkan adiknya mengatakan membenci diri sendiri karena perkataanku" Azka tersenyum senang saat melihat perasaan lukas mulai membaik , sepertinya kalimat itu terasa cukup lucu ditelinga lukas yang memang sangat mudah tertawa .

"Maaf ya kak" Ucap lukas penuh ketulusan, azka hanya tersenyum dan mengangguk saja.

"Kakak juga minta maaf ya" Lukas mengangguk lalu mengeluarkan jari kelingking.

"Mulai sekarang kita gak boleh saling membenci apalagi sampai membenci diri sendiri" Azka mengangguk setuju dan meriah uluran jari kelingking lukas.

"Nah sekarang udah baikan nih, mendingan kita main game PS yuk daripada tidur-tiduran disini . Lagian kelamaan telungkup itu buat pegal aja tahu" Ucap Azka, lukas yang menyadari kakaknya sedang mengeluh akhirnya tertawa dan menurut saja. Ia langsung keluar dari bawah ranjang san menyalakan PS yang ada dikamarnya.

"Sebelum kita battle, mau resep rahasia dari kakak, gak?" Tanya Azka secara mendadak saat lukas ingin menyalakan PS nya. Namun bukannya menolak, lukas malah mengangguk dan mengecilkan sedikit volume game tersebut.

"Kak azka adalah orang pertama yang bakal mengetahui setiap momen berharga yang dimiliki Luke, jadi mulai sekarang kak Azka adalah saudara sekaligus teman tersayang yang paling berharga dihidup luke" Remaja kelas 7 SMP itu langsung memejamkan matanya dan mengulang kembali apa yang dikatakan Azka sembari tersenyum geli, rasanya ia merasa sedikit malu mengatakan hal tersebut meskipun dilain sisi ada perasaan senang setiapkali ia mendapatkan resep rahasia sang kakak.

"Good job!!!" Azka mengacungkan dua jempolnya pada lukas, setelah itu ja langsung menyalakan kembali game tersebut yang membuat keduanya langsung fokus bermain.

Di balik pintu kamar, terdapat bunda yang merasa tenang dan senang melihat keakraban kedua anaknya dan kekhawatirannya pun perlahan memudar setelah memastikan bahwa lukas baik-baik saja dan bahkan ia pikir kehadiran lukas dikehidupannya adalah suatu anugerah terindah bagi dirinya dan bagi azka sendiri.



LANGIT BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang