"Itu udah semua yang saya minta kan pak ?" Tanya lukas pada pak lukman yang baru saja mematikan mesin keretanya, lukman hanya mengangguk saja.
"Hmm..." Lukas berpikir sejenak, "Boleh pinjam sarung tangan gak?" Tanya lukas.
"Boleh pak, kebetulan saya punya satu. bentar ya saya ambil dijok kereta" Lukman kembali lagi kekeretanya mengambil sepasang sarung tangan dan menyerahkannya pada lukas.
"Oh iya, saya juga ada letak sekop didalam. Tapi kalau boleh nanyak , memangnya bapak sudah tahu cara menanamnya kayak gimana?" Mata lukas langsung membelalak.
"Tahu kok, lagian hal kayak gitukan gampang tinggal lihat internet aja. Udah mendingan kau lanjutkan aja lagi pekerjaanmu" Ucapnya Angkuh, lalu ia meletakkan seluruh barang yang dibutuhkan diatas meja yang ada diteras dan berjalan masuk kedalam rumah.
"Kalau butuh bantuan, panggil aja saya ya pak! Saya di blok sebelah" Teriak lukman dari luar rumah dan pergi sembari hanya bisa tersenyum saja.
Lukas sama sekali tidak perduli dan langsung memanggil keponakannya.
"Yuk, kita keluar!" Ajaknya, ia menepuk pelan bahu abil sebagai isyarat.
"Ke luar rumah, paman?" Tanya abil yang sudah berdiri dan bersiap melangkahkan kakinya dengan bantuan tongkat .
"Iya" Jawab lukas singkat, lalu keduanya berjalan keteras rumah. Lukas langsung menuntun abil untuk duduk dipinggir teras agar lebih mudah menjangkau tanah yang ada dihadapan mereka, lalu ia meletakkan barang-barang itu disebelahnya .
"Kita hari ini mau menanam!" Ucapnya, lalu ia memberikan sarung tangan kepada abil.
"Pakai sarung tangannya, biar tanganmu gak kotor" Ucap lukas.
"Menanam? aku kan gak pande paman"
"Tenang aja, nanti paman bantuin"
"Oke deh" Abil langsung memakai sarung tangan itu dengan penuh antusias, sayangnya lukas hanya bisa menghela nafas saja saat melihat abil memakai sarung tangan secara terbalik sehingga mau tak mau ia harus melepaskannya kembali dan memasangkan sarung tangan itu ke abil.
"Nah, ini baru benar"Tukasnya, lalu ia mengambil handphone dan mencari informasi langkah-langkah menanam diintenet.
"Direndam? oalah, bakal lama dong" Keluhnya dengan nada yang cukup keras.
"Kenapa , paman?" Tanya Abil .
"Ah, enggak kok. Bentar ya " Lukas kembali mencari informasi dilaman yang lain tetapi tetap saja hasilnya sama sehingga membuat ia sedikit kesal, padahal rencana yang dibayangkannya ialah mereka bisa menanam sambil bermain-main dengan tanah sampai kotor layaknya seperti yang dibayangkan semua orang tua tatkala saat bermain dengan anak-anaknya.
"Hmmm...udahlah langsung tanam aja kali ya" Pekiknya yang masih membandel, akhirnya ia menyimpn handphonenya kembali dan meminta abil memegang polybag dan sekopnya.
"Kita isi polybagnya dengan tanah ya!" Tuntunnya, abil hanya mengangguk senang dan menurut saja.
"Paman aja yang pakai sekopnya, abil kan udah pakai sarung tangan jadi ambil tanahnya pakai tangan aja"
"Oh, yaudah" Lukas sepertinya setuju dengan perkataan abil, ia juga sebenarnya memang tidak terlalu suka bermain kotor-kotoran sama sekali .
"Sampai penuh ya polybagnya diisi sama tanah, paman?"
"Masukan aja, nanti paman yang bilang stop" Lukas juga ikut mengisi polybag punyanya dengan tanah sembari mengamati punya abil.
"Itu udah cukup deh kayaknya bil" Ujar lukas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BIRU
General Fiction~TAMAT~ Lukas tumbuh menjadi seorang pemuda kasar yang masih memendam kebencian terhadap kakaknya, entah penyebab apa yang membuat hati pemuda itu terasa kaku untuk sekedar memaafkan Sang kakak. Hingga sang takdir ikut mempermainkan kehidupannya , p...