Suasana semakin kacau, banyak pohon tumbang, mobil-mobil rusak parah akibat tiang listrik yang jatuh menimpanya. Dengan sekuat tenaga Gibran terus menggendong Diandra. Meski Diandra meminta untuk turun sedari tadi, namun Gibran tetap memaksa untuk menggendong Diandra.
Gibran berhenti, kala pandangannya menemukan benda yang mampu melindungi Diandra
"Turun bentar Di" ucap Gibran menurunkan Diandra
Gibran memposisikan dia tepat dihadapan pohon yang ada di samping mereka. Hal itu dilakukan Gibran untuk waspada jika pohon itu akan tumbang, dan tak akan mengenai Diandra.
"Aku akan ambil sesuatu, secepatnya aku akan kembali, kamu terus awasi pohon itu, jika ada tanda-tanda mau tumbang segera menjauh" ucap Gibran sambil menunjuk pohon yang ia maksud
Diandra mengangguk dan Samuel segera berlari mengambil barang yang ia incar
"Buat apa?" Tanya Diandra kebingungan
Tanpa menjawab, Gibran langsung memakaikan helm full face ke Diandra. Tak hanya itu, Gibran juga melepas jaket serta gesper miliknya. Melipat jaket itu menjadi lipatan yang tebal.
"Sorry" lirih Gibran kala menyentuh perut Diandra.
Meletakkan lipatan jaket itu dan mengikatnya dengan gesper miliknya
"Aku hanya mau melindungi kalian" ucap Gibran dengan senyumannya
Diandra terharu atas perlakuan Gibran. Ia benar-benar tulus melindunginya. Sedari tadi, tubuh Diandra tetap mulus tanpa luka gores sedikitpun, sedangkan Gibran, banyak sekali luka gores di tubuhnya
"Kali ini kami jalan ya. Kalau aku gendong kamu lagi, perut kamu semakin tertekan, aku takut bayi kamu kenapa-kenapa"
Diandra mengangguk dan menerima uluran tangan Gibran dan langsung digenggam erat oleh Gibran
"Sepertinya gempanya berhenti" ucap Gibran sambil melihat keadaan sekitar yang benar-benar hancur
Entah sudah sejauh mana Gibran membawanya. Akibat gempa, Diandra tak mengenali daerah mana sekarang ini.
"Gib, aku haus" lirih Diandra
"Sabar ya Di, disini gak ada air"
Diandra mengangguk, bisa-bisanya ia merasa haus di saat kondisi seperti ini.
Tak terasa waktu terus berjalan. Mentari mulai menampakkan dirinya, keadaan kota yang hancur kini terlihat begitu jelas. Diandra bersyukur, ada Gibran disampingnya.
"Terimakasih Gib" ucap Diandra tulus
"Sama-sama"
Baru saja istirahat sejenak, tiba-tiba bumi kembali bergerak. Gempa susulan kembali terjadi dan dengan sigap Gibran langsung menarik Diandra ke pelukannya.
"Kamu jangan takut ada aku"
Mata Gibran membelalak sempurna kala melihat papan penanda jalan yang mulai bergoyang. Dengan cepat Gibran memutar tubuh Diandra dan memeluknya semakin erat.
Bughh
Kejadian itu benar-benar begitu cepat, jika terlambat sedikit saja, maka Diandra lah yang akan tertimpa
"Gibrannn" teriak Diandra yang melihat Gibran pingsan dalam pelukannya
"Syukurlah, ka...kamu se..selamat" ucap Gibran terbata-bata
Uhuckk uhuckk
Diandra semakin terkejut kala Gibran batuk darah.
"Gibb, bertahanlah" ucap Diandra dengan air mata yang mengalir deras