"Diandra bangun" teriak Samuel di pintu kamarnya
"Iya mas ini Diandra bangun"
"Nanti pel lantai yang kemarin basah gara-gara kamu"
"Iya mas nanti Diandra pel" ucap Diandra lemah
Setelah mengucapkan itu, Samuel segera menuju ke ruang tamu. Rumah kembali sepi, karena tiba-tiba kemarin malam mama harus pulang ada urusan mendadak.
Di sisi lain, Diandra merasa tubuhnya benar-benar lemas. Dengan sekuat tenaga, Diandra berusaha bangkit dan segera turun ke bawah
"Saya berangkat" ucap Samuel saat melihat Diandra sudah berada di ujung tangga
Merasa tak ada jawaban dari Diandra, entah angin apa, Samuel bertanya "Kamu kenapa?"
"Enggak mas aku gapapa" ucap Diandra melangkah menuju ke gudang untuk mengambil alat pel.
"Pel yang bersih" sinis Samuel
"Iya mas"
Dengan perlahan Diandra mengepel lantai yang kemarin basah dan kotor karenanya. Kepalanya yang pusing berusaha Diandra tahan. Ia tak mau menyusahkan suaminya lagi, bisa-bisa Samuel akan marah karena Diandra terus menyusahkannya.
"Saya sepertinya pu....
Bugh
Ucapan Samuel terhenti karena tiba-tiba saja Diandra pingsan tepat dihadapannya. Entah dorongan dari mana, Samuel langsung meletakkan tas kerjanya dan berlari menghampiri Diandra yang pingsan
"Di...Diandraa..."
Merasa tak ada respon dari Diandra, Samuel segera mengangkat tubuh mungil Diandra dan membaringkannya di sofa
Samuel segera mengecek kondisi tubuh Diandra
"Huh hanya kecapek an" ucap Samuel yang merasa lega.
"Astagfirullah Sam. Kenapa kamu peduli? Ingat tujuan awal kamu menikahinya" batin Samuel berteriak menginginkan.
Samuel langsung pergi ke rumah sakit, ada jadwal operasi hari ini. Dan setelah urusan di rumah sakit selesai, Samuel akan langsung ke perusahaan untuk bertemu Tari--mamanya.
🌵🌵🌵🌵🌵
Eghh
Diandra terbangun, dan rasa pusingnya sudah sirna.
"Kok aku bisa di kamar?" Tanya Diandra pada dirinya sendiri saat melihat keadaan sekitar
Diandra tersenyum ketika menyadari bahwa pasti suaminya yang mengangkatnya hingga ke kamar. Akhirnya suaminya perlahan bisa romantis dan sedikit berubah.
Diandra ingat akan buku yang diberikan oleh mama mertuanya, dengan cepat ia membacanya.
Setelah membaca beberapa lembar, Diandra mendapatkan ide untuk menarik perhatian suaminya. Ia mengambil ponsel dan langsung menelfon suaminya
"Assalamualaikum mas"
"Wa'alaikumsalam kenapa?"
Diandra menahan senyumnya, meski masih dengan suara datarnya, setidaknya Samuel mau mengangkatnya. Itu saja cukup membuat Diandra bahagia
"Diandra boleh nitip sesuatu mas?" Tanya Diandra hati-hati
"Apa?" Jawab Samuel di seberang sana