Si Bandel

13.9K 171 1
                                    

17+

"Berantem lagi?"
Setelah pertanyaannya diangguki sahabat kecilnya, Sabrina berdesis.

"Udah hobinya begitu kali cowok lo, Na."

"Anjrit capek banget gue, kenapa hobinya gak samaan kek cowok lo aja sih? Mereka kan temenan udah dari lama tapi kok tingkahnya beda banget." Ina benar benar frustasi mendengar tingkah pacarnya yang gak ada habisnya.

"Sabar Na sabar..." Maisha mengelus pundak sahabatnya sambil meringis, mungkin jika dirinya jadi Ina gak akan kuat.

"Chat gue dari tadi pagi dianggurin Mai lo bayangiiiinnn!"

"Kan lagi sibuk mukulin lawan, Na."

"Ish!" Maisha tersenyum usil saat berhasil membuat Ina berdesis kesal.

"Sorry sih haha."

"Gak tau deh bete gue mikirin manusia abstrak itu. Kenapa sih bolooos mulu, beranteeem mulu."
Jam istirahat bukannya bikin pikiran Ina lebih santai malah sebaliknya, gara-gara kabar adu jotos pacarnya yang sebenarnya udah gak aneh lagi.

TING!

pulang sklh aku jmput, bljr aja, jgn khawatir

BRAK!

Ina refleks menggebrak meja kantin.

"Jangan khawatir gimana sih nih cowok?! Astagaaa!" bentak Ina pada ponselnya, seolah lelaki yang sukses membuatnya bete itu adalah benda kotak yang ia genggam.

"Udah bales? Apa katanya?" Maisha ikut kepo.

"Nih liat sendiri."

"Wahaha dingin banget, buat naro frozen food bisa kali."

"Diem lo ah!" Maisha sebenarnya bukan teman yang bisa dijuluki support system kalau lagi begini.

"Haha tapi cowok lo sebenernya peduli kok, rada beda aja emang pembawaannya. Syukuri apa yang ada~"

Begitu memang Maisha, mau segimana support juga ujungnya pasti ngeselin.

"Ck gak usah nyanyi."

"Udah sabar cantik, kan nanti dijemput bebep, bebep belur HAHAHA." Maisha tertawa lepas, padahal jokenya cuma joke plesetan murahan kalau menurut Ina.

Tapi biasanya Ina tetap tertawa sih, segaring apapun joke Maisha. Entah, mungkin Ina lagi gak mood.

"Sialan, gak lucu njir!"

"Yaudah sih ah, jangan dipikirin lagi, kan udah dapet kabar dari cowok lo."

Benar juga, Nanti Ina akan dijemput dan bertemu pacarnya, lalu bisa mengungkapkan kekesalannya hari ini langsung pada pacar laknatnya.

Yang harus dilakukan Ina adalah fokus saja dengan mata pelajaran selanjutnya. Dengan begitu dia akan lupa dengan rasa betenya.

Tapi Ina gak bisa. Sampai bel pulang sekolah bunyi gak ada satupun ucapan gurunya yang bisa dicerna otaknya.

Ina cuma mikirin bagaimana caranya memberi pacarnya petuah agar bisa lebih serius menjalani kehidupan sekolah dan mengurangi hobi bolos dan berantemnya.

SoulhateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang