"Maaf ya Za, tadi ada drama pemeran utamanya cidera, inilah, itulah, segala macem deh. Jadi baru kelar jam segini."
Rintik hujan yang menubruk atap mobil dan suara lagu dari radio lebih terdengar jelas oleh si empunya mobil dibanding ocehan perempuan yang baru memasuki mobilnya.
"Yaudahlah kamu juga pernah kan nungguin aku kerja sampe larut malam. Tapi lain kali kalau masih lama hubungin aku, biar aku bisa balik dulu atau ngapain dulu gitu. Daripada cuma duduk nungguin kamu di dalem mobil berjam-jam." jawab pria keturunan Tionghoa itu sambil fokus menggerakkan stir dan menengok kanan kiri.
"Iya sorry hapeku lowbatt tadi."
Sabrina cemberut sambil mengusap-usap rambutnya yang basah karena kehujanan.
"Aduh nyiprat yang!" seru Irza.
"Eh sorry sorry."
Entah sudah berapa kali Ina minta maaf hari ini.
Di tempat kerja lalu belum lagi sejak masuk mobil saja terhitung sudah 3 kali dia mengucapkan kata maaf.
"Jangan jorok dong ah." tegur Irza.
Sumpah Na merasa letih dari tadi siang karena kerjaannya sebagai seorang asisten sutradara membuatnya gak bisa diam, tapi kenapa rasa letihnya bertambah saat ini? Padahal dia sudah duduk dengan nyaman di kursi mobil yang tergolong mewah .
"Za, aku kan udah bilang maaf. Yaudah dong... jangan pake dikatain jorok segala."
"Ya abis nyiprat ke muka aku. Kan kata kamu seharian ini kamu sibuk, pasti keringetan dong."
"Ya terus kenapa?!" Na rasanya sudah muak meminta maaf. Cukup, untuk hari ini.
"Kok ngegas sih? Kalau mau ngegas mending kamu nih yang bawa mobil."
Entah Irza becanda atau apa, tapi kalimat itu membuat Na semakin naik pitam. Irza tau Na gak bisa nyetir."Turunin saya!"
"Hujan, Rin."
"Berhenti!" bentak Na.
"Yang, kenapa sih?"
"Berhenti Irza!"
"Ok fine!" Irza pada akhirnya menghentikan mobilnya di pinggir jalan sepi yang bahkan lampu jalannya saja kedip-kedip, vibes film horror.
"Rin, mending kamu masuk lagi. Gak takut apa? Keliatannya angker gini lho jalannya." ujar Irza sambil menyesuaikan laju mobil dengan langkah Na.
Sabrina gak menggubris permintaan Irza. Ina sedikit berlari lalu belok ke jalan kecil mungkin bisa disebut gang. Dan pastinya mobil Irza tidak akan bisa masuk.
Na menangis saat menoleh ke belakang.
"Sipit brengsek!" umpat Na.
Irza bahkan gak mengejarnya sama sekali. Ina terisak, hawa mencekam baru terasa sekarang.
"Hey cantik, ngapain ujan ujanan?" seorang pria berteriak dari balkon rumahnya. "Mampir sini."
Na buru buru kabur dari tempat itu, Na buta arah. Dia bahkan tidak tau kemana dia berlari.
Hari ini benar-benar hari buruk bagi Na.
"Hik. Hik. Ibuuu..." Sabrina menangis, merengek, dan terisak sejadi-jadinya. Tempat itu gelap dan sepi sekali. Na berharap ini semua mimpi buruk.
"Na?"
Na terkejut sekaligus panik saat ada yang memanggil namanya. Na bergerak mundur saat melihat pria gondrong dengan pakaian serba hitam menghampirinya.
"Si-siapa?"
"Fikran."
___________Bersambung____________
Gantung ya? heheKalau ada yg bingung, tenang... Nanti dijelasin di next part.
VOTE!
Hahadulu, 7 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulhate
Jugendliteratur17+ ⚠ Na jatuh cinta sejatuh-jatuhnya sama Kak Fikran, tapi Na gak suka orang yang gak bisa bertanggung jawab sama masa depannya. "Kita putus aja ya kak." Itu adalah kalimat pengganti kata kiamat bagi Fikran. Picture from Pinterest.