Bersalah

2.7K 50 0
                                    

Diingetin di awal buat vote. Btw makasih yang udah add cerita ini ke reading list, love you :3
Jgn lupa follow aku juga.

Enjoy~

Matahari masih sekedar mengintip waktu Fikran bangun. Masih jam 6.
Fikran melihat wanita di sebelahnya yang terbaring tanpa busana, terlihat masih menikmati mimpinya.

Semalam tidak berakhir singkat, Fikran dan Na melakukannya sampai lewat tengah malam.

Fikran bangkit, langsung membersihkan diri. Setelah berpakaian, dia memasuki dapur. Menuangkan minyak secukupnya, ah iya, tadi Fikran sudah menyiapkan sepiring penuh nasi sisa kemarin hari dari penanak nasi.

Nasi goreng. Menu sederhana yang biasa dibuatnya sehari-hari tapi hari ini terasa spesial.

Tak tak tak.
Suara pisau beradu dengan talenan kayu. Fikran memotong satu setengah siung bawang putih menjadi beberapa bagian, 2 siung bawang merah dan dua buah cabe rawit diiris tipis, lalu Fikran menyuwir sepotong ayam goreng.

Csss.
Bunyi minyak panas yang dimasuki hasil ulekan bawang putih, irisan bawang merah dan cabe rawit, semuanya ditumis dan mulai menghasilkan bau bawang yang khas. Tak lama, Fikran menuangkan sepiring nasi disusul suwiran ayam goreng yang menambah keselarasan wewangian bawang. Ditaburkannya garam dan penyedap rasa secukupnya. Dioseng sedemikian rupa, sebagai pamungkas Fikran menambahkan kecap manis secukupnya.

Na akan suka.

Na yang indra penciumannya tajam terusik dari tidurnya. Atau barangkali tubuh Na sudah diamanati untuk bangun pagi hari ini.

06.40

Na memakai pakaiannya tergesa.

"Kenapa buru-buru?"

"Aku harus kerja, Kak."

"Sabtu begini?"

Na mengangguk.

"Gak mandi dulu?"

"Gak sempat kayaknya."

"Makan dulu Na." pinta Fikran.

"Makasih, aku langsung aja."

"Aku udah bikin nasi goreng, Na."

"Oke." Na tak tega menolak.

Na melihat hidangan nasi goreng masakan Fikran, warnanya sangat menggugah selera, wanginya juga tak kalah. Tidak munafik, Na lapar dan butuh untuk melahap nasi goreng di hadapannya sampai tidak bersisa.

"Enak sayang?" Na tertegun. Sudah berapa lama Na tidak mendengar kata itu?

"Enak." ucap Na sambil menundukkan kepala, sebab Na takut air matanya yang mulai terbendung terlihat oleh Fikran. Na sudah sangat sadar sekarang bahwa dirinya melakukan tindakan gila. Selingkuh. Rasa bersalah merongrong jiwanya.

"Biasanya kamu pulang jam berapa?"

"Eum, gak pasti. Kenapa?"

"Nanti malam kita ke taman kota, bisa?"

"Aku belum tau."

"Ya sudah nanti aku chat ya Na." ucap Fikran yang duduk di sebelahnya.

"Makasih Kak, aku harus cepet-cepet." Selain karena nasi gorengnya sudah tandas, Na memang ingin cepat-cepat pergi untuk menumpahkan air matanya.

"Mau diantar?" tawar Fikran.

"Gak usah, aku sendiri aja."

Fikran mengangguk, lalu memberi kecupan di kening Na.

"Hati-hati, Na."

Na mengangguk langsung menyambar tasnya lalu sedikit berlari keluar dari rumah sederhana itu.

Dirasa sudah jauh, tangis Na langsung pecah.
Na merasa bajingan, jahat, dan binal.

Sekarang hubungannya dengan Fikran tidak seperti dulu, yang penuh kesetiaan, kehangatan, dan kemurnian.

Tapi meski begitu, Na ingin terus diperlakukan seperti itu oleh Fikran.

Tapi Na bukan wanita yang seperti itu kan? Iya kan?
Ah kenapa Na bertanya pada dirinya sendiri?

____________Bersambung____________
Hadeh Na.. Na...
Nekad sih, jadi konflik batin kan :v

1 Oktober 2021

SoulhateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang