Gak bosen jadi siders mulu?
Voment dong biar cepat up.
17+
Sabrina berdiri di depan pintu kamar. Rambutnya dikepang, kebaya putih dan kain batik khas Solo cocok sekali di tubuhnya.
"Mas mau mandi dulu?" ucap Na.Kemudian diangguki oleh lawan bicaranya. Na lalu segera melepas pakaian pria di hadapannya, kemeja, celana kain, bahkan pakaian dalam.
"Airnya udah siap, Mas." ujar Na menunduk malu.
Pria itu sekonyong-konyong menggenggam lengan Na lalu mengarahkannya ke kelaminnya sendiri. "Pijat dulu sayang." ucapnya.
Na menurut, sebab memang kewajibannya dan perintah laki-laki itu berimbal pahala.
Melihat Na yang berlutut melayaninya, dengan sayang ia mengelus rambut Na.
TRINGGG
Telinganya menangkap suara alarm, perlahan pemandangan yang disukainya itu menghilang. Memperlihatkan kamar yang didominasi warna putih dan emas yang merupakan kamarnya.
"Jancok." umpatnya, bentuk kekecewaannya pada moment apik itu yang ternyata cuma mimpi.
"Irza bangun, Nak!" seru ibu Irza.
"Iya bu." jawabnya sedikit teriak.
Bayangan Na dalam mimpinya tadi masih menghantui pikirannya. Ini bukan pertama kalinya, memimpikan Na lalu terbangun dengan celana yang lembab.
Meski begitu, Irza sadar betul ia tidak boleh merealisasikan mimpinya itu. Pun tidak mungkin juga sih.
Na bukan Na dalam mimpi Irza. Na itu perempuan independen, kadang keras kepala, perfeksionis. Na selalu ingin semuanya berjalan dengan caranya.
Pertama kali mengenal Na, Irza betul betul terpesona. Na berbeda. Ia sederhana, tidak mecoba selalu mengikuti trend seperti perempuan pada umumnya. Meski sampai sekarang juga begitu, tapi di awal Irza tidak menyangka jika Na tipikal perempuan perfeksionis.
Irza harusnya ilfeel, ya pada dasarnya Irza memang sudah ilfeel. Tapi di dalam dirinya ada sebuah doktrin bahwa Na bisa menjadi Na yang mendekati Na dalam mimpinya.
Suatu saat. Dan Irza akan lebih sabar menunggu perempuan kesayangannya berubah, perlahan.
***
"Itu juga lo selingkuh Na." gerutu Mai, sambil membunuh musuh dalam game mobile dengan cukup handal. Jangan heran, Mai memang gamer dengan 1 juta subscriber.
"Dih kan gue tolak, Maiiii."
"Tapi hati lo? Lo tuh dari awal pacaran sama si Irza juga nyari-nyari sosok Kak Fikran mulu." ungkap Mai yang sudah semakin gereget sama hubungan asmara sahabatnya.
"Hubungan lo sama Irza sama toxic kek hubungan gue sama Edho dulu, cuma gak main tangan aja."
Mai mungkin mengungkapkannya dengan enteng, bahkan sambil fokus ke layar PC gamingnya. Tapi ucapan Na cukup menyentil apa yang ada di diri Na.
Na tertegun. Ia sadar, selama ini yang banyak menuntut bukan cuma Irza. Tapi dirinya juga.
____________Bersambung____________
Keknya banyak typo. Soalnya nulisnya rada buru-buru. Semoga tetap enjoy.Hahadulu, 31 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulhate
Roman pour Adolescents17+ ⚠ Na jatuh cinta sejatuh-jatuhnya sama Kak Fikran, tapi Na gak suka orang yang gak bisa bertanggung jawab sama masa depannya. "Kita putus aja ya kak." Itu adalah kalimat pengganti kata kiamat bagi Fikran. Picture from Pinterest.