Kecewa

4.3K 77 2
                                    

Baru up nii, real life lagi repot tsayyy

Part ini agak emosional sih bagiku.

Happy Reading!

Sabrina baru saja tiba di sekolah. Na berjalan menyusuri koridor sambil memikirkan Fikran, Na gak ngerti kenapa Fikran belum juga menghubunginya. Ada apa dengan Fikran?

Tiba di kelas, suasana ramai sekali, siswa yang biasanya jarang mengikuti kelompok gibah kelas juga kali ini terlihat nimbrung.

"Oy Na!" seru Maisha, "Lu udah tau kan? Masa belum?"

Na mengerutkan kening.

"Tau apaan?"

"Anjir!" umpat Mai, "Seriusan lo?" Mai sebenarnya menyangka kalau sohibnya itu belum tau apa apa.

"Ada apaan sih?" tanya Na yang sudah penasaran level lanjut.

"Kak Fikran kan ketangkep polisi sama beberapa alumni, katanya narkoba." ungkap Mai.

Sedangkan Na tampak terkejut, perasaan khawatir mendominasinya. Bahkan Na sempat terpaku beberapa detik.

"Ini... semua orang tau juga?" gak ada ekspresi di wajah Na. Semuanya masih agak sulit dicerna untuknya.

"Iya Na, ada yang rekam diem-diem pas mereka ditangkep." jelas Maisha.

"Kak Fikran cuma saksi aja kan?" Na masih ingin menaruh prasangka baik pada pacarnya. Demi apapun Ina ingin mendengar suatu hal yang setidaknya menenangkan hatinya yang sudah gundah dari semalam.

"Gue gatau, Na." Maisha merangkul Ina. Jelas karena Mai tau sahabatnya sedang kecewa dan khawatir, Mai harus melupakan kejadian sebelumnya yang membuat dirinya dan Na beradu argumen.

"Mai gue sayang banget sama kak Fikran." tangis Na akhirnya pecah, ia jadi perhatian kelas saat ini. Tapi kelas yang tadinya ramai mendadak hening saat Na menangis.

"Gue tau, semua orang di kelas ini juga tau. Tenangin diri dulu Na."

***

Ina kecewa, marah, dan khawatir tapi juga malas bertemu lelakinya. Tapi Na pikir lagi. Laki-laki itu gak punya siapa siapa.

Ibu panti yang sudah muak dengan tingkah berandal Fikran? Atau ibu kos yang kadang uang sewanya Fikran bayar dengan kerja part time di akhir pekan? Siapa lagi yang mungkin akan peduli?

Begitu sosok yang meggentayangi pikiran Na itu datang, Na bergeleng.

Mata Fikran tampak menggelap, barangkali dia gak tidur sama sekali dari kejadian penangkapan itu.

Sedangkan Fikran hanya tertunduk, tau sudah mengecewakan perempuan di hadapannya.

"Aku bawa makan, masakan ibu." ucap Na.

"Makasih."

"Makan kak." Mereka saling menghindari tatapan masing-masing.

Sembari melihat Fikran makan, otak Na gak berhenti bekerja dan bertanya tanya. Sampai Na pun gak lagi menahan diri untuk mengungkapkannya.

"Apa gak bisa jadi anak sekolah pada umumnya?" ujar Na tanpa melihat Fikran.

"Maaf, aku salah."

"Aku nanya, kak."

"Aku butuh uang. Tapi sumpah aku gak make, kalau emang aku yang kamu khawatirkan." jawab Fikran.

"Na kecewa." ungkap Ina, masih belum bisa menatap Fikran.

"Aku tau."

"Na ternyata gak mampu bikin kamu tetap waras. Meski Na bertingkah kayak lonte murahan." Na menjeda ucapannya, dan Fikran juga gak berani mengeluarkan kata apapun meski ucapan Na membuatnya terkejut.
"Aku gak ngerti kenapa aku bisa sesayang ini sama cowok berandal kayak kamu. Aku bahkan rela tubuhku dipakai untuk pemuas nafsu aja sama kam-"

BRAK!

Fikran menggebrak meja.

"Dengar, Sabrina. Kamu gak kayak gitu bagiku!"

"Terus kenapa kamu masih gak berubah juga?!" seru Na.

"Kamu gak akan ngerti."

"Oke terserah."

"Maaf." Fikran mengulang permohonan maafnya. Tapi Na hanya menunduk menahan air matanya.

"Kita putus aja ya kak."

Fikran gak menyangka kalimat itu pada akhirnya akan keluar juga dari mulut kekasihnya.

"Sayang, kamu lagi emosi." ujar Fikran mencoba menemukan keraguan dalam diri Sabrina.

"Putus ya?"

"Na say-"

"Aku gak bisa terus jalanin hubungan sama cowok yang bahkan gak mikirin masa depannya."

Fikran terkesiap mendengar ucapan Na. Ada kemarahan dalam dirinya karena sikap Na yang cenderung egois dan selalu menuntut perubahan.
Tapi lagi-lagi Fikran bisa apa? Dia hanya yatim piatu yang entah keluar dari rahim siapa, dan gak punya masa depan yang menjanjikan.

"Bilang ibu kamu, masakannya selalu enak, dan maaf udah bikin anaknya kecewa dan gak bisa ngasih apa-apa selama ini."

Setelah itu Fikran menghampiri petugas polisi lalu Fikran dibawa masuk meninggalkan Na, tanpa kalimat apa apa lagi atau sekadar senyuman tipis kesukaan Na.

Na yang sudah menahan tangisannya sejak tadi pada akhirnya tak kuasa lagi. Sakit sekali dadanya. Tapi Fikran bahkan meninggalkannya dengan tanpa ekspresi apapun.
Jahat, pikir Na. Padahal hati lain juga sama sakitnya karena keputusan yang Na buat. Bahkan lebih.

____________Bersambung___________
Personally aku rada sebel sih sama pemeran cewek ini, ih princess bgt trs lebay!

Vomentnya ya, terus follow juga dong Hahadulu

5 Agustus 2021.

SoulhateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang