Pamit

1.9K 50 0
                                    

Aku dan Kak Fikran terus bertemu hampir setiap hari selama seminggu setelah kejadian check-in dadakan itu.

Aku terus berbohong pada orang rumah dan juga terutama pada Irza.
Kadang aku izin keluar untuk urusan pekerjaan dan untuk Irza, seringnya aku berasalan masih berpertimbangkan lamarannya tempo hari. Jadi tidak bisa diajak bertemu.

Namun kadang orang itu datang secara horor ke rumahku. Aku tidak berlebihan, karena setiap dia datang aku selalu panik dan takut. Tapi untungnya semuanya dapat aku tangani dengan mudah. Tentunya dengan tambahan dusta-dusta yang sekarang sudah mulai lancar keluar dari mulutku.

Selama seminggu itu, aku dan Kak Fikran hampir selalu berujung bercinta jika bertemu. Kalau Bude Nur sedang tidak ada di rumah maka kami akan melakukan di rumah. Pernah sekali di mobil dan sisanya kami lebih sering menyewa kamar. Karena Kak Fikran gak begitu suka melakukannya di mobil.

Dalam seminggu itu pula Kak Fikran jadi menstok kondom. Kondom menjadi sama pentingnya seperti uang karena selalu terselip di dompetnya. Dia juga membaginya padaku untuk jaga-jaga kalau dia lupa membawanya. Aku menyimpannya di balik casing ponselku.

Aku sadar perbuatanku salah tapi aku enggan menghentikannya. Aku merasa aku harus melakukannya sebagai bentuk tebusanku karena dulu aku sudah mencampakannya di momen dimana dia harusnya ditemani. Dan selain itu juga aku memang murahan. Aku selalu ingin disentuh olehnya. Jadi aku tidak masalah untuk memberikan pemenuhan kebutuhan biologis padanya.

Apalagi jika berpikir sehabis putus denganku dia tidak pernah mencoba berpacaran lagi, rasanya pantas jika gairahnya sekarang menggebu-gebu.

Tapi setelah seminggu menghabiskan waktu bersama, Kak Fikran tiba-tiba datang ke rumahku. Tanpa kabar dahulu.

Itu membuatku lebih panik daripada kedatangan Irza secara tiba-tiba. Karena biasanya jika ingin bertemu kami akan selalu janjian di taman kota.

Kedatangan Kak Fikran yang tiba-tiba itu tidak hanya mengejutkanku, tapi juga orang rumah. Meski begitu, mereka tetap menyambut Kak Fikran dengan baik seperti sedang bertemu teman lama.

"Na, aku mau bicara." ucapnya.

"Lebih baik di luar. Sambil jalan-jalan." jawabku sambil melirikkan mata ke samping sebagai kode bahwa ada mata-mata di belakang. Siapa lagi kalau bukan Bang Irza?

Kak Fikran setuju lantas kami berjalan yang pada akhirnya berhenti di sebuah tempat makan sate di dekat rumahku.

"Na, aku mau pergi cari bapak." katanya yang membuatku cukup terpaku, "Aku cuma mau pamit." lanjutnya.

Untuk beberapa detik aku masih tidak tau harus merespon apa.

"Kemana? Apa jauh? Berapa lama?" Aku pada akhirnya refleks melayangkan pertanyaan bertubi-tubi padanya.

"Argentina. Aku gak bisa menjanjikan waktu. Tapi aku pasti akan berusaha secepat mungkin untuk pulang."

Entah kenapa suasananya jadi haru. Aku ingin menangis, dan akhirnya aku memeluknya lalu menangis.

Aku gak bis menghentikannya. Karena mungkin dia sudah merencanakan ini dan menabung untuk pergi kesana.

"Hati hati ya." ucapku sambil sesenggukan.

Kak Fikran mengelus rambutku.

"Hm."

"Kembali secepatnya ya."

"Hm."

"Aku pasti bakal kangen kamu."

"Hm. Aku juga."

Entah kenapa aku jadi mendadak manja begini. Setelah pesanan sate kami datang, aku mengurai pelukan dan mencoba menenangkan diri lalu mulai makan tanpa bersuara lagi.

"Saat nanti aku pulang, kamulah yang jadi rumahku Na." ucapnya.

Jantungku berdegup kencang. Ada rasa kahawatir dan senang. Sebab aku harus  membuat pilihan untuk hidupku.
Dan tak kusangka kebohongan-kebohongan yang kulakukan ternyata membuahkan masalah.

Harusnya aku sudah siap karena dari awal aku tau aku salah. Tapi aku tetap tergoncang. Apalagi setelah Kak Fikran pergi dan tidak bisa dihubungi.

"Aku butuh kamu, kami butuh kamu."

_____________Bersambung_____________

Akhirnya bisa up juga. Udah mulai masuk konflik nih.

Btw di cerita ini sebenarnya aku mau melatih menulis dengan sudut pandang orang ketiga. Tapi susah, gak nyaman, mungkin karena bukan gayaku. Jadi yaudahlah kembali pake sudut pandang orang pertama.

Voteeee!!!

Bekasi, 2 November 2021.

SoulhateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang