Diagnosis

1.7K 45 0
                                    

Sudah seminggu, kamu belum mau menghubungiku? kenapa kamu gak punya sosial media lain sih?
Facebook pun terakhir aktif 6 bulan lalu. Kamu tau gak sekarang facebook udah ganti nama?

Aduh aku kangen pokoknya.

Aku melihat pesan yang kukirim tiga hari lalu yang belum juga menunjukkan tanda dibaca.

Kira-kira kenapa orang zaman sekarang bisa offline sampai seminggu?

Aku malah curiga kamu jatuh cinta sama bule. Berlebihan ya? nyatanya setelah 6 tahun kita berpisah juga kamu masih menyimpan perasaan buat aku.

"Yang jangan ngelamun, kesurupan lho. Ini kan tempat angker." ucap Irza.

Aku memukul lengannya pelan.

"Gak usah resek!" tegurku. Soalnya aku tiba tiba jadi merinding.

Aku dan Irza sedang dalam perjalanan pulang dari Cianjur. Ide ini datang dari Ibu. Katanya aku murung belakangan ini lantas menyuruh Irza untuk mengajakku jalan-jalan dengan dalih healing.

Aku cuma butuh bersama dengan seseorang untuk healing dan itu bukan Irza.

"Pakai seatbelt yang, disini rawan." kata Irza.

Jalanan yang kami lewati memang agak curam dan mengerikan. Banyak terjadi kecelakaan yang menewaskan di daerah ini. Bahkan tubuh mayatnya ada yang sampai berceceran.

Membayangkan itu seketika aku merasa enek dan pening. Gawat, aku belum makan apa-apa hari ini.

Irza mengajakku berbincang tapi aku sudah tidak bisa menanggapinya lagi, pandanganku mengabur dan kesadaranku mulai hilang.

***

Entah siapa yang memindahkanku ke kamar. Pastinya salah satu pria yang sekarang sedang berkumpul di samping ranjangku.

Ibu, Ayah, Bang Firza, Kak Rinda, Irza, serta Om Tri membuat formasi yang cukup rapi.

Aku tebak, Ayah pasti langsung memanggil Om Tri saat tau aku pingsan di mobil Irza. Om Tri itu adik Ayah, dia dokter.

"Kamu akan menikah, Na." ucap Ayah dengan tegas lalu pergi dari kamarku.

Bang Firza juga ikut keluar sambil menggiring Irza bersamanya.

"Ada apa bu?" tanyaku. Sebab aku heran, kenapa Ayah bicara begitu? Kalimat yang diucapkan Ayah bukan pertanyaan tapi pernyataan.

Ibu menghampiriku dengan tatapan yang belum pernah ku lihat sebelumnya.

"Kamu mau cerita sesuatu ke Ibu?" ucap Ibu sambil mengelus rambutku dengan sayang.

Aku tidak mengerti.

"Apa?"

"Adek sudah gak suka ya sama Irza?" tanya Ibu yang cukup membuatku kaget.

"Kenapa Ibu bilang gitu?"

"Adek mau dibuatin teh manis gak?" tawar Kak Rinda. Sepertinya Kak Rinda mengerti bahwa Ibu berniat ngobrol empat mata denganku.

Aku mengangguk.

"Tadi Om Tri periksa kamu tapi Om Tri belum yakin juga dengan diagnosisnya."

"Ada apa Bu?" Aku sudah begitu penasaran.

"Ada kemungkinan kamu hamil." ucap Ibu yang lagi-lagi membuatku kaget.

Lihat Kak, sekarang bukan cuma aku yang menunggumu pulang.

______________Bersambung_____________

Vote & komen pokoknya!!!

Salam dari Bekasi
*Buk buk buk

10 November 2021

SoulhateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang