Twenty Four : Hilangnya Renjun

10.8K 846 30
                                    

" Pulang. "

Renjun menggeleng cepat. Mark yang tak sabar segera menarik paksa lengan kecil Renjun. Membuat Renjun terpaksa bangkit dan terisak ketakutan.

" Njun ngga mau.. "

" Pulang. "

" NGGA MAU! LEPAS! SAKIT! Hiks, Lepas.. " Renjun merengek sembari memukul tangan Mark yang mencengkram lengan nya dengan kuat. Mark berbalik dan menatap Renjun dengan tajam.

" Kau tuli atau bagaimana, hm? " Renjun terdiam.

" Pulang. Kau faham? " Renjun mengangguk, tak berani melawan. Mau bagaimana pun, Mark adalah suami yang harus Renjun patuhi. Belum lagi, Renjun tak ingin kejadian yang tak baik terjadi didepan khalayak umu seperti ini.


' Jeno, maafin Injunnie.. ' -Renjun.


###


" Renjun aku- " Jeno kembali. Pupil mata nya menelisik sekitar mencari keberadaan Renjun. Yang awal nya tenang, sekarang Jeno menjadi panik bukan main. Dirinya mencari dan terus bertanya pada orang-orang di sekitar mengenai keberadaan Renjun yang menghilang.

" Permisi? Apa kalian melihat seseorang yang memakai baju putih, disana tadi? "

" Tidak, maaf. "

" Ah, iya. Terimakasih. " Jeno menunduk dan tersenyum.


" Permisi? Apa melihat.. "

" Tidak. "


" Permisi?  Apa.. "

" Ah, maaf kami tidak melihat nya.. "



Jam hampir menunjukkan pukul setengah empat sore. Namun, Jeno tak kunjung menemukan sosok manis yang tadi ia ajak kemari. Jeno mengusak rambut nya frustasi. Mencoba menebak siapa gerangan yang sudah membawa pergi makhluk kesayangan nya. Ketika pikiran nya kacau, seseorang menepuk pundak Jeno dengan pelan.

" Mencari siapa? Aku lihat kau seperti kebingungan. " Seseorang itu memakai seragam cafe dengan sebuah celemek biru dongker menghiasi bagian depan nya. 

" Apa kau melihat seseorang bertubuh pendek memakai baju putih sedikit kebesaran? Di sisi kanan rambut nya memakai jepit. Ah iya, dia tadi sedang menunggu diriku di kursi cafe sebelah sana.. " Ujar Jeno panjang sembari menunjuk jelas letak bangku yang ia maksud.

Sang barista melihat dan mencoba mengingat.


" Oh iya! Tadi aku melihatnya. Tapi, ia sudah dibawa pergi orang lain.. "

" Orang lain?! " kata Jeno. Sang barista mengangguk mantap.

" Orang yang memakai jas hitam dengan dasi putih. Emm.. rambutnya rapi, berwarna hitam. Sepertinya ia juga membawa mobil.. aku melihat nya. "


Jeno terdiam. Berfikir sebentar kemudian, mengangguk dan berterimakasih.

" Siapa?! " -Jeno.


###


" Bersihkan kamar ku. " Mark kembali menatap layar handphone nya. Mengalihkan perhatian dari Renjun yang sebaru tadi selesai membereskan kamar mandi.

" Tapi, Injun cape.. " Renjun menunduk takut. Tangan nya memegang erat kain lap yang tadi ia gunakan untuk membersihkan tangan nya. Mark menghela nafas kasar.

" Apa itu urusanku? Sadarlah. Rumah ini sudah lama kau tinggal dan tak perdulikan. Dan, dengan seenak nya kau bermain dengan lelaki belang tak jelas itu. "

" Mark.. jangan berkata seperti itu. "

" Cih, apa urusan mu. Bereskan! " Renjun hanya mengangguk patuh.


Berbeda dengan perlakuan Jeno yang lembut dan selalu menjaga nya. Renjun lupa bahwa Mark merupakan kepribadian yang sebalik nya. 

Renjun melangkahkan kaki nya dengan gontai, mengelus pelan perut nya. Berharap janin dalam kandungan nya akan terus bersabar dan tetap kuat.

' Baby.. sabar, yah? Daddy ngga bermaksud kaya gitu.. hmm? '

' Buna ada disini. Babby tenang yah.. jangan rewel dulu. '



What did I do wrong? || MarkRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang