Pagi ini udara terasa sangat sejuk. Renjun kini sudah terduduk rapi dengan pakaian barunya selesai mandi, tentu saja dengan banyak bantuan dari sang ibu. Jeno yang tadi menunggu diluar, saat ini sudah melenggang masuk kedalam kamar inap. Menyambut Renjun dengan senyuman merekah nya,
Ah, kemana Mark? Rupanya ia sudah pulang kerumah sejak pagi awal. Ia takut, jika Renjun bangun terlebih dahulu.. bisa saja dirinya akan membuat keributan dan berakhir di usir kembali seperti kejadian kemarin.
Kembali ke kondisi awal, saat ini Renjun sedang di suapi oleh sang bunda. Jeno yang awalnya hanya memerhatikan perlahan beranjak ingin mengambil alih posisi,
"Eomma, bolehkah aku saja yang menggantikan posisi mu? Ini masih pagi bukan? Seharusnya sebentar lagi Appa Yuta akan menjemput mu untuk membantu dirinya bersiap-siap ke kantor,"
"Apa tak merepotkan, Jeno?"
"Tentu saja tidak. Aku akan menyuapi Injunnie dengan senang hati." balas Jeno dengan senyuman manisnya. Winwin membalas senyuman Jeno, dan menyerahkan se piring porsi tadi ke tangan didekatnya. "Injunnie, eomma pamit ya? Appa akan membutuhkan eomma sekarang." tutur Winwin yang dibalas sebuah anggukan dari Renjun.
"Jeno, eomma titip Renjun, ya?"
"Nee.. eomma. Serahkan saja padaku," ujar Jeno.
Setelah kepergian Winwin, Jeno dengan telaten menyuapi Renjun. Sesekali mereka bercanda tawa dan membicarakan banyak hal. Renjun menatap keluar jendela, mengamati taman rumah sakit yang saat ini tampak ramai dengan banyak orang. Ada beberapa suster, pasien rumah sakit lain, atau bahkan anggota keluarga dari mereka sedang bermain ria disana. Renjun menoleh ke arah Jeno,
"Jeno.."
"Hmm? Ada apa, Injunnie?"
"Eumm.. bolehkah kau mengantarkan ku ke taman? Kumohon!!" bujuk Renjun sambil menunjuk ke arah jendela. Raut wajah Jeno seketika menjadi datar,
"Tidak." tanggap nya dengan tegas. "Aih! Kenapa? Ayolah, aku sangat bosan berada disini. Apa kau tak mengasihani diriku?"
"Tidak, Injunnie. Kau memerlukan banyak istirahat, jangan membantah." tolak Jeno sekali lagi. Renjun mendengus kesal,
"Baiklah. Kalau itu mau mu, huh! Aku tak akan meminum obatnya." Jeno membelalakkan bola matanya terkejut.
"Apa? Hei, kenapa begitu? Ah.. okey, kita akan kesana. Tapi.. sebentar saja, ya?" tawar Jeno dengan nada memelas nya. Seketika Renjun memekik girang, karena permintaan nya yang dituruti oleh sang adik ipar.
Seseorang yang tengah mengintip dibalik kaca pintu menyunggingkan senyum indah nya. Senang rasanya ia bisa kembali melihat senyum manis yang tercetak jelas di wajah sang istri. Meskipun.. untuk saat ini dia bukan tersenyum untuk dirinya. Tak apa, Ia harus lebih bersabar dan banyak menunggu.
'Taman, ya? Baiklah. Renjun, aku juga akan memerhatikan dirimu dari jauh saja.. asalkan kau senang, bagiku itu sudah cukup.' batin Mark kemudian segera berlalu pergi menuju taman belakang rumah sakit.
###
Renjun dan Jeno kini sudah tiba di taman. Disana ada banyak anak-anak maupun remaja yang sedang bermain ria. Senyum nya merekah, sungguh pemandangan yang menenangkan hatinya.
Jeno duduk disebuah bangku taman bersebelahan dengan kursi roda yang Renjun duduki. Sesekali beberapa anak kecil menghampiri keduanya dan mulai bercanda ria, Renjun maupun Jeno juga membalas candaan mereka dengan canda tawa.
"Jadi, nama kakak Renjun? Dan yang ini kakak Jeno?" tanya seorang anak kecil berambut panjang disebelahnya. Renjun mengangguk dan membelai surai hitam tersebut,
KAMU SEDANG MEMBACA
What did I do wrong? || MarkRen
FanficMark Jung, yang di jodohkan paksa oleh ayah dan ibu nya untuk menikah dengan seorang pemuda manis bernama Na Renjun. Akankah pernikahan ini berujung pada kebahagia an, atau sebaliknya?! " Selamat datang di neraka, Jung Renjun.. " -Mark " Apa salah...