Thirty seven : Jeno, dan Isi Hatinya

6.1K 453 13
                                    

Mark menatap heran ponsel miliknya. Berusaha mencerna arti dari sebuah pesan abal-abal yang dikirim kan seseorang entah siapa kepada dirinya.

'Berlagak memanggil sayang dan mengirimkan beberapa kalimat mengancam. Apa orang ini serius? Sepertinya dunia sekarang menjadi lebih mengerikan dari yang kuduga. ' batin Mark dengan nada mengejek.

Tanpa basa-basi Mark menekan fitur block di ponselnya. Menggeleng pelan dan mencoba melupakan beberapa pesan tadi. 

Memang, Mark dan keluarga nya merupakan orang terpandang dengan harta yang menggunung. Menjadikan banyak orang di sekitar mereka menjadi lebih berlagak manis dan seolah mencari perhatian. Ada yang berusaha mengancam, atau bahkan sampai nekat ingin membobol masuk rumah mewah milik keluarga Jung tersebut. Namun, usaha mereka tentu saja sia-sia dikarenakan penjagaan yang ketat dan tak main-main. 

Mark juga sudah di didik agar tidak mudah percaya oleh pesan-pesan aneh seperti tadi. Sehingga, seringkali ia lebih sering mengabaikan atau bahkan tidak merespon sama sekali. 



Dirinya beranjak dan menyusul Renjun yang tengah terduduk santai di sofa depan televisi berukuran besar tersebut. Duduk dan merangkul manja kesayangan nya dengan erat.

" Ada apa tadi? "

" Bukan apa-apa, sayang. "

" Eumm.. benar? "

Mark mengangguk dan menyuapkan se sendok es krim berwarna putih itu ke dalam mulut nya dengan cepat. Renjun tertawa kecil dan mengusap surai hitam milik Mark.

" Kiyowo. "

" No. Renjun lebih kiyowo! " Sahut Mark sambil mencolek hidung kecil Renjun dan tersenyum gemas. 

" Lakukan lagi, "

" Apa? " Tanya Renjun dengan nada kebingungan. Mark segera mengambil tangan si mungil dan mempraktekkan usapan seperti bebrapa menit lalu yang Renjun lakukan kepadanya. Mengundang tawa manis dari sang empunya, dan membiarkan Mark menikmati usapan lembut tangan miliknya. 



Adegan film yang mereka tonton semakin seru. Berkali-kali kedua nya saling tertawa dan bercanda ria menatap layar bercahaya didepan nya. Mark yang asik memerhatikan film dan Renjun yang tengah bersandar di dada bidang suami nya. Sambil sesekali menyuapkan se sendok es krim yang terasa manis dan dingin di dalam mulutnya. 

Mark menatap jam yang terpampang dengan apik di dinding. Tak terasa sudah menunjukkan pukul 10 malam, ini sudah terlalu larut untuk mereka tetap terjaga. Tangan kanan nya mengusap lembut kepala Renjun,

" Sayang.., ayo tidur. "

" Heumm.. sebentar lagi! " Mohon Renjun sambil menatap Mark dan mencebikkan bibi nya gemas. Mark mengecup singkat bibir di hadapannya dan membujuk si mungil yang tak ingin pergi tidur.

" Lihat. Sudah jam berapa ini, hmm? "

" Emm.. 10.. " Jawab Renjun dengan pandangan tertunduk lemas.

" Nee, sudah waktu nya Injun dan baby pergi tidur. Apa Injun ingin baby kelelahan? Tidak, kan? " Tanya Mark yang di jawab gelengan pelan dari Renjun.

" Tidur bersama, Injun ingin? "

" Hum.. hum! " Jawab Renjun dengan antusias. 

" Pintar. Kajja! "



" Sudah selesai? " Tanya Renjun yang tengah berada di samping pintu. Mark terkekeh dan menggeleng,

What did I do wrong? || MarkRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang