Setelah pulang sekolah, Anga langsung bergegas ke rumah sakit untuk menemui Marva lagi. Tak lupa ia mampir dulu ke minimarket untuk membeli makanan yang bisa di makan oleh cowok itu. Seperti buah-buahan dan cemilan lain.
Rupanya perban yang melingkar di kepala cowok itu sudah dilepas. Hanya menyisakan perban kecil yang menempel pada luka di pelipisnya.
Marva tersenyum manis menyambut kedatangan pacarnya itu. Tak sia-sia juga ia mengusir keluarganya yang menjenguk.
"Lo sendirian? Keluarga lo kemana? Kok dari kemarin gue gak liat mereka?" tanya Anga yang sudah meletakan bokongnya di kursi yang ada di samping ranjang.
"Nenek sama tante gue baru aja pulang," jawab Marva.
"Orang tua lo?"
"Mereka lagi di Jerman. Ada urusan bisnis."
Anga manggut-manggut. Kemudian tangannya mengeluarkan makanan yang ia bekal. "Gue bawain lo cemilan. Ada buah-buahan, ada keripik kentang, terus ada susu kotak. Gue gak tau lo suka rasa apa, jadi gue beliin rasa stroberi sama rasa coklat. Lo mau yang mana?"
Marva terus memandangi pergerakan Anga yang sibuk nyerocos, lalu ia berceletuk pelan, "Gue pengen susu asli dari sumbernya."
Anga menengok dengan bingung. "Hah? Barusan lo bilang apa?"
"Ah, engga. Gue cuma bilang, kalo gue sukanya sama lo bukan sama susu yang lo bawa," gombal Marva.
Anga berdecih dan menarik setiap sudut bibirnya. Ia tersipu malu karena gombalan itu. "Apaan sih lo?"
Marva tiba-tiba duduk bersila dan menepuk pelan tempat di depannya. "Duduk disini sambil suapin gue. Di situ kejauhan."
Anga menurutinya, ia berpindah posisi, dan sekarang mereka saling berhadapan. Anga mengupas buah jeruk dan menyodorkannya pada mulut Marva satu persatu. "Buka mulut lo. Aaaaa...."
Satu butir jeruk berhasil masuk ke mulut Marva. Cowok itu mengunyahnya tanpa mengalihkan perhatian dari wajah Anga. Jika ditanya apa objek yang paling indah di muka bumi ini, Marva akan menjawab dengan lantang bahwa yang paling indah itu adalah pacarnya.
"Anga," panggil Marva tiba-tiba.
"Eum?" Anga menoleh seraya kembali memasukan satu butir jeruk pada mulut cowok itu. Kedua alisnya terangkat saat Marva tak kunjung bicara. "Kenapa?"
Marva menggeleng ringan. Ia malah terus memandang Anga lekat tanpa jeda. Mata elangnya berkedip jarang. Bahkan cowok itu sampai bertopang dagu hingga wajah mereka sejajar.
"Gue pengen minum susu."
Anga terkekeh pelan. Wajah Marva yang polos seperti anak kecil membuatnya gemas. Tangannya terangkat untuk mengusap rambut cowok itu dengan belaian lembut. Saking menghayatinya, Marva sampai memejamkan mata. Tak biasanya cowok itu manja seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVANGA
Teen Fiction-highest rank- #1 in thriller 18-02-22 #1 in friendship 08-06-22 *** Berawal dari surat cinta yang harus Anga sampaikan dari temannya untuk Marva. Namun sayangnya, kesialan sedang nyaman dalam jiwa Anga. Dia terpaksa harus menjadi pacar Marva, si pl...