[29]🌻Jadi Lembut?🌻

1.8K 186 27
                                    

"Ambil hati gue dan buat gue jatuh cinta sama lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ambil hati gue dan buat gue jatuh cinta sama lo."

Anga langsung mengalihkan pandangannya kearah lain. "Lo kalo mau mainin gue jangan terlalu serius," ucapnya dengan tangan yang bergerak gelisah.

"Gue serius." Marva meraih tangan Anga agar kembali melirik padanya.

Anga seperti tersengat aliran listrik saat tangan Marva tiba-tiba menggenggamnya. Dan bodohnya Anga kembali terlarut dalam tatapan Marva yang kian melembut. "Gue serius, Anga. Cintai gue, dan sebagai imbalannya lo boleh miliki hati gue."

Apa ini? Kenapa mata Anga tak bisa lepas dari tatapan Marva yang seakan mengunci pergerakan tubuhnya. "T-tapi gue gak tau rasanya dicintai dan mencintai. Gue kayaknya gak bisa deh."

"Kalo gitu gue bakalan kasih tau gimana rasanya." Sekarang tangan Marva menggerayang ke wajah Anga yang mulutnya sedikit terbuka, ibu jarinya mengusap pelan pipi lembut itu. "Gue juga bakalan kasih tau rasanya patah hati. Karena dicintai dan mencintai identik dengan patah hati, lo juga harus rasain hal itu."

Anga menggeleng pelan. "Gue bilang, gue gak bisa."

"Kenapa?"

"Karena gue gak mau kehilangan orang yang gue cintai nantinya."

"Tugas lo cuma satu. Turuti permintaan gue, dan perihal kehilangan itu gimana nanti. Gak ada yang tahu ke depannya kayak gimana."

***

Malam ini Anga tidak bisa tidur. Berkali-kali ia mengubah posisi tidur, tapi matanya sama sekali tak bisa terpejam. Otaknya masih memikirkan perkataan Marva tadi yang seolah-olah begitu meyakinkan.

Setelah Anga sampai di rumah, ia tak bisa lepas dari pemikirannya akan hal itu. Ia ragu, tapi di sisi lain ia juga yakin Marva tidak main-main. Pasalnya, Marva tak pernah seperti ini sebelumnya. Yang membuat Anga yakin adalah tatapannya.

Anga mendesah frustasi. Pada akhirnya ia berbaring terlentang sambil memandang langit-langit kamarnya. Tak ada rasa kantuk sama sekali di matanya.

"Cintai gue."

Anga langsung mengeleng-gelengkan kepalanya seperti orang gila. "Plissss! Jangan terus muncul di kepala gue! Gue butuh tiduuuur!" erangnya.

Anga milirik jam weker di atas nakas. Matanya melotot saat jarum jam sudah menunjuk pada angka 12. Ia harus segera memejamkan matanya jika tidak ingin terlambat pergi ke sekolah besok.

"Ayo tidur, Anga. Jangan terus-terusan mikirin omongan Marva. Oke, ayo kita anggap kalo Marva cuma becanda." Anga menarik napas panjang kemudian menghembuskannya lewat mulut. Setelah berdoa, barulah ia terlelap.

Paginya, Anga sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Namun, saat membuka pintu pagar, langkahnya sedikit tertahan. Ia langsung menghela napas panjang dan menepuk keningnya sendiri ketika melihat Marva yang sedang duduk di atas motor dengan cool-nya.

MARVANGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang