Marva dan teman-temannya memasuki area sirkuit balap. Mereka menyimpan motor sport masing-masing di garasi khusus yang disediakan oleh Samuel, sepupunya Marva. Mereka datang ke tempat itu menggunakan motor biasa. Motor mereka tidak muluk-muluk, hanya vespa, dan scoopy itupun saling bonceng.
Meskipun mereka orang sugih, tapi mereka tidak selalu bergaya bak konglomerat di area sekolahan, cukup pakai motor dan pakaian seperlunya. Mereka baru akan memperlihatkannya di luar lingkungan sekolah.
Marva bertos ria dengan Samuel, sepupu yang berselisih empat tahun lebih tua. Sirkuit itu dibuka khusus untuk orang-orang berada. Tentu saja, akses untuk masuk kesana hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu.
"Lama lo gak kesini? Kemana aja?" tanya Samuel.
Marva mengedikkan bahunya. "Biasalah. Cewek gue banyak. Jadi, gue sibuk!"
Samuel mendengus keras. "Cewek mulu yang lu pikirin gak kasian sama tante Nala?"
"Nyokap gue gak tau. Awas lu kalo ember!"
"Tenang aja. Tapi alangkah lebih baiknya lo berhenti main cewek. Gak ada kerjaan lain apa?"
"Ya namanya juga gabut. Main apa lagi? Semua permainan udah gue coba!"
"Main kuda-kudaan belum, Va!" celetuk Gerri.
Langit mengernyit. "Hah? Kuda-kudaan? Nunggang kuda apa nungging kek kuda?"
"Naik kuda, jingan! Otak lu ngeres, ogah!" balas Gerri.
"Yeuhhh, lu yang ngomongnya ambigu. Jadinya'kan langit mikir ngeres, soalnya otak dia belum di sapu!" sahut Shaka sambil merangkul Langit.
"Oh ya, mana orang yang katanya mau tanding sama gue?" tanya Marva.
"Dia ada di ruang ganti!" jawab Samuel.
"Lo mau lawan dia, Va?" tanya Shaka.
"Ngapain kesini kalo gak gue jabanin?" sahut Marva.
Shaka mengangguk berkali-kali. Kemudian mereka pergi ke ruangan khusus baju ganti. Marva dan teman-temannya mulai memakai Wearpack baju balap.
Setelah itu mereka keluar dengan posisi Marva dan Shaka di depan. Bertepatan saat itu, Matteo dan teman-temannya keluar dari ruangan khusus mereka.
Marva berdiri dengan angkuh di depan rivalnya itu. "Lo nantangin gue, bro?"
"Menurut lo?" balas Matteo sambil mengangkat satu alisnya.
Mereka berdua berdiri hampir sepantar. Marva menepuk bahu Matteo. "Jangan nyesel kalo lo kalah!"
Dengan kasar Matteo menepis tangan Marva. Sedangkan Marva sendiri tertawa renyah sebelum akhirnya berjalan menuju sirkuit untuk menghampiri motornya yang sudah dikeluarkan oleh petugas yang ia percayai.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVANGA
أدب المراهقين-highest rank- #1 in thriller 18-02-22 #1 in friendship 08-06-22 *** Berawal dari surat cinta yang harus Anga sampaikan dari temannya untuk Marva. Namun sayangnya, kesialan sedang nyaman dalam jiwa Anga. Dia terpaksa harus menjadi pacar Marva, si pl...