[27]🌻Troublemaker🌻

1.7K 189 202
                                    

"Ternyata ini alasan lo nolak buat gue jemput?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata ini alasan lo nolak buat gue jemput?"

Anga menggeleng dengan cepat. "B-bukan. Gue juga gak tau dia bakalan jemput, dan gue gak enak kalo nolak soalnya di-"

DRRRTTT! DRRRTTT!

Perkataan Anga tersela oleh ponselnya yang tiba-tiba bergetar cukup lama, tanda panggilan masuk. Mau tak mau ia harus beralih dulu pada benda pipih yang ada di saku roknya.

Nomor yang tidak Anga kenali tertera di layar. Tanpa berpikir panjang Anga langsung mengangkatnya.

"Hallo?"

"Pulang sekolah gue jemput, ya? Traktir gue makan plus minum."

Anga mengernyitkan dahinya, ia mengenali suara berat itu. "Matteo?" cetusnya. Dari mana cowok itu mengetahui nomornya?

Rahang Marva sedikit mengeras saat nama itu disebut. Ia langsung merebut ponsel Anga dengan kasar. Tatapan tajam dan menusuk itu masih terarah pada Anga yang tengah kaget karena ponselnya diambil alih.

"Gimana? Lo traktir gue atau gue yang teraktir lo?"

"Jangan pernah lo temuin atau hubungin cewek gue lagi!" ucap Marva dingin dan penuh penekanan.

"Marva? Oh, sorry. Cewek lo harus bayar hutangnya. Dan gue gak ada urusan sama lo."

"Hutang apa? Biar gue bayar. Setelah itu, jangan pernah usik cewek gue lagi."

Matteo tertawa renyah di seberang telepon. "Gue cuma mau berteman baik sama Anga. Lo gak perlu setakut itu. Ah, atau jangan-jangan lo ngiranya gue mau bales dendam?"

Perkataan Matteo itu terdengar santai. Namun, membuat emosi Marva jadi tersulut. Dan deruan napasnya kini terdengar kasar.

Anga yang menyadari kemarahan Marva hanya diam. Anga takut cowok itu tiba-tiba ngamuk jika ia berkicau.

Namun, detik selanjutnya ekspresi Marva berubah. Wajah kesal dan emosinya luntur begitu saja, kini yang terlihat oleh mata Anga hanyalah senyuman miring yang terkesan meremehkan.

"Balas dendam?" tanya Marva, "Jadi lo berniat balas dendam lewat cewek gue? Asal lo tau, kalo lo mau apa-apain Anga gue sama sekali gak peduli." Mata Marva menatap Anga lurus.

Sedangkan Anga berkedip berkali-kali dalam satu waktu. Tatapan Marva seakan mengunci mulut cewek itu yang sedari tadi ingin mengeluarkan kata-kata.

"Tapi kalo Anga masih jadi cewek gue, gak akan gue biarin. Sedikit pun lo sentuh dia, gue gak segan-segan untuk hancurin hidup lo," lanjut Marva sebelum memutuskan sambungan telepon.

Anga hanya menyimak perkataan Marva tanpa paham apa yang tengah mereka bicarakan. Lain dari itu, Anga dibuat terbang melayang ke atas awan saat mendengar perkataan Marva selanjutnya. Anga merasa dirinya memiliki pelindung. Seperti ini'kah rasanya dilindungi?

MARVANGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang