"Awh! Sakiiiitt!"
Marva menghiraukan rintihan Anga yang kesakitan karena cekalan tangannya yang tak kira-kira. Ia terus menarik tangan cewek itu sampai ke tempat motornya terparkir.
Karena tidak tahan dengan kekasaran Marva, Anga menepisnya dengan keras. "Sakit...," keluhnya sambil memegang pergelangan tangannya yang memerah.
Marva melemparkan helm pada Anga dengan wajah ketus. "Pake!"
"Gak lo pasangin di kepala gue?"
"Lo bukan anak kecil'kan?"
"Tapi kan biasanya lo yang pasangin di kepala gue. Lo kenapa tiba-tiba gini sih?"
Marva menghembuskan napasnya dengan kasar sebelum berbalik menghadap Anga. "Lo masih nanya kenapa? Lo jalan sama cowok lain, terlebih lagi dia Matteo! Lo murahan! Gue gak suka! " bentaknya.
Anga yang semulanya menunduk, kini mendongak dengan senyum menggoda. "Lo cemburu ya?"
"Kata siapa? Gue cuma gak suka kalo punya gue diambil sama orang lain," elak Marva.
"Eummm... Lo cemburu'kaaan? Ngaku!" goda Anga lagi sambil mencuil-cuil dagu cowok itu.
"Ck! Singkirin tangan lo itu!" Marva menepis jari Anga dengan kasar.
Anga menyodorkan helmnya pada Marva. "Pasangin!" titahnya dengan ekspresi wajah menggemaskan.
Marva mendengus dan langsung membuang muka karena tidak ingin luluh semudah itu. Ia akan tetap berusaha mempertahankan kekesalannya sampai cewek itu menyesal. "Pake sendiri, jangan manja!"
Anga mencibir sebentar sebelum akhirnya ia memasangkan helmnya sendiri. Bibirnya sudah bergerutu tanpa suara. Sedangkan Marva sudah duduk di jok motor tanpa menoleh lagi pada Anga.
Anga naik ke motor Marva. Belum juga nyaman duduk, cowok langsung melajukan motornya dengan mendadak. Untung saja Anga bisa menyeimbangi tubuhnya. Jika tidak, mungkin sekarang ia sudah terjungkal.
"Lo marah sama gue?!" tanya Anga agak keras agar suaranya tak kalah oleh bising motor Marva dan kendaraan lain di jalan raya. "Gue minta maaf. Gue punya janji sama Matteo buat traktir dia. Waktu itu dia yang nganterin gue pulang dari pesta ulang tahun Arrabelle!"
"Gue udah jelasin semuanya. Gue janji gak bakalan ketemu sama dia lagi!"
"Gue minta maaf!"
Anga terus berceloteh di boncengan motor Marva. Entah cowok itu mendengar atau tidak, ia tetap menjelaskan walaupun tak disahuti.
"Lo masih marah?" Tangan Anga bergerak memeluk perut Marva. Pipinya ia tempelkan di punggung cowok itu sambil bercetus dengan pelan, "Jangan marah-marah. Gue gak suka kalo lo udah kasar sama gue."
Walaupun suara Anga hampir dikalahkan oleh suara bising kendaraan, Marva tetap bisa mendengarnya dengan jelas. Sebelah tangannya terlepas dari stang motor untuk mengusap lembut tangan cewek itu. Jika sudah seperti ini, Marva jadi tidak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVANGA
Novela Juvenil-highest rank- #1 in thriller 18-02-22 #1 in friendship 08-06-22 *** Berawal dari surat cinta yang harus Anga sampaikan dari temannya untuk Marva. Namun sayangnya, kesialan sedang nyaman dalam jiwa Anga. Dia terpaksa harus menjadi pacar Marva, si pl...