Suasana di dalam bengkel jadi sepi. Biasanya akan ada candaan konyol dari Gerri, Shaka dan Langit. Dikarenakan ekspresi wajah Marva yang kurang ramah, jadilah mereka tidak berani untuk menyuarakan candaan.
Hanya ada suara kunyahan dari mulut Gerri yang sedari tadi makan cemilannya. Itu sedikit mengganggu hingga membuat Marva berdecak berkali-kali.
Kriuk... Kriuk... Kriuk....
"Lo bisa diem gak? Atau kalo bisa pulang aja. Berisik," cetus Marva.
Gerri hanya nyengir tanpa dosa. "Kalo gue pulang sekarang, emak gue udah kunci pintu rapat-rapat. Mana mau dia bukain pintu lagi buat anaknyq yang pinter ini."
Tiba-tiba Samuel masuk dengan langkah cepat, lalu duduk di depan Marva. "Kenapa lo gak bisa dihubungin, Va?"
Marva lantas menoleh. "Kenapa emang?"
"Lo tau? Matteo ternyata lagi ngincer Nura," jawab Samuel.
"Lo tau dari mana, Sam?" tanya Shaka.
"Tadi gue kebetulan mampir ke rumah nenek Riana, dan gue disuruh jemput Nura dari tempat kursusnya. Dan gue gak sengaja liat anak Siners yang awasin Nura dari kejauhan. Pas gue liat, orang itu langsung kabur."
"Kenapa dia ngincer bocah gak berdosa? Nura gak tau apa-apa, gila aja Matteo mau ngincer Nura. Ada masalah apasih sebenernya tuh orang?" murka Gerri. Meskipun Nura sering kali membuatnya stress, tapi ia sudah menganggap Nura sebagai adiknya sendiri atau mungkin lebih.
"Sebenernya dia punya dendam apa sama gue?" tanya Marva dengan mata yang menyorotkan kemarahan.
"Kalo gitu, gue bakalan cari tau. Gue kenal sama informan yang terpercaya," ujar Shaka.
Marva yang sudah manahan emosi dengan mengepalkan tangannya lantas mengangguk, lalu membuka ponselnya. Ia menelepon Nura untuk memastikan bahwa sekarang adiknya itu baik-baik saja.
Setelah sambungan telepon terhubung, barulah Marva menyapa, "Hallo?"
"Huaammhh.... Apa sih, Bang? Nura baru aja tidur, malah diganggu."
"Nura sekarang di rumah nenek?"
"Ho'oh. Emang kenapa?"
"Di rumah Nenek ada siapa aja?"
"Ada nenek Riana, kakek Richard, Ayah sama Bunda juga baru aja pulang dari Surabaya. Mereka langsung pulang kesini. Jadi, Nura nginep di sini deh."
"Mulai besok, Nura jangan pergi sendirian ya. Kamu harus minta anter sama supir, atau engga kamu bisa telepon Bang Gerri. Oke?"
"Tapi Bang Gerri kalo ditelepon selalu direject."
"Enggak. Abang nanti tegur dia."
"Oke, deh. Emang kenapa sih, Bang?"
"Gak ada apa-apa. Abang cuma mau menjamin keselamatan Nura."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVANGA
Fiksi Remaja-highest rank- #1 in thriller 18-02-22 #1 in friendship 08-06-22 *** Berawal dari surat cinta yang harus Anga sampaikan dari temannya untuk Marva. Namun sayangnya, kesialan sedang nyaman dalam jiwa Anga. Dia terpaksa harus menjadi pacar Marva, si pl...