Marva memasuki sebuah gedung yang lumayan besar. Mungkin dari luarnya terlihat seperti bangunan tua, tapi ketika masuk ke dalam, banyak fasilitas yang bisa digunakan. Seperti tempat gym, tempat bermain billiard, tempat bermain kartu remi, tempat berlatih bela diri, dan banyak lagi.
Tempat itu letaknya tersembunyi, sehingga tak ada yang berani datang untuk sekedar melihat-lihat, kecuali anggota Blackers sendiri. Ya, tempat itu adalah markas besar Blackers.
Orang-orang yang melihat kedatangan Marva lantas segera menghentikan semua aktifitas. Beberapa dari mereka menyapa Marva dengan sopan. Meskipun Marva masih menduduki bangku SMA, jika dia berada di tempat itu sebagai ketua atau pemimpin, semuanya akan segan, tak terkecuali orang yang lebih tua darinya.
Kali ini Marva datang ke tempat ini sendirian, karena teman-temannya yang lain sudah terlebih dahulu datang kesini.
Tempat ini awalnya dikelola oleh Samuel, sepupunya. Tapi jabatannya habis setahun yang lalu. Bisa saja Samuel bertahan menjadi pemimpin sampai sekarang, dikarenakan dia ingin mengelola sirkuit, jadi dia melengserkan jabatannya itu pada Marva. Dan untungnya semua anggota setuju karena kemampuan Marva dalam hal otot dan otak tidak main-main. Semua tahu hal itu.
Setiap pergantian pemimpin, pasti ada juga pergantian anggota. Karena kapasitas anggota dibatasi sampai 300 orang. Sebagian Anggota yang satu angkatan dengan Samuel keluar karena geng ini hanya'lah sebagai hiburan, bukan mata pencaharian utama, apalagi untuk kepala keluarga. Anggota yang keluar diganti oleh orang-orang yang memberanikan diri untuk masuk ke dalam geng besar itu. Tentu saja pemimpin tidak asal pilih.
Marva memasuki ruangan di lantai yang paling dasar. Di mana tempat lembab nan gelap itu sering dipakai untuk hal-hal yang berbau kekerasan.
Banyak orang yang berkumpul di sana. Tempat itu hanya diterangi oleh api yang sengaja dinyalakan dalam tong besi.
Seorang laki-laki seumuran Marva yang sudah babak belur berlutut di tengah-tengah mereka. Di sana juga terdapat Shaka, Gerri, dan Langit.
Marva berdiri di depan laki-laki itu. Di tatapnya dengan nyalang oleh iris gelap cowok itu. Terlihat jelas sorot kemarahan di matanya.
Shaka berdiri di samping Marva sambil berucap, "Dia orangnya, Va. Dia yang selama ini jadi mata-matanya Siners."
Marva mengangguk samar. Senyum miring tercekat di wajahnya, siapapun tahu bagaimana ekspresi wajah itu walaupun hanya diterangi oleh cahaya api yang minim. Marva berjongkok, dia menarik dagu lelaki itu untuk mendongak. "Gede juga nyali lo ya? Punya apa lo berani khianatin kita?"
Lelaki itu tak menjawab, dia hanya membalas tatapan tajam Marva dengan seringaian lalu berucap, "Lo terlalu bodoh untuk menjadi ketua. Pemimpin seharusnya bisa lebih meneliti siapa yang berkhianat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVANGA
Novela Juvenil-highest rank- #1 in thriller 18-02-22 #1 in friendship 08-06-22 *** Berawal dari surat cinta yang harus Anga sampaikan dari temannya untuk Marva. Namun sayangnya, kesialan sedang nyaman dalam jiwa Anga. Dia terpaksa harus menjadi pacar Marva, si pl...