Perjalanan yang seharusnya ditempuh satu jam oleh Marva menuju bogor, jadi setengah jam karena ia mengendarai dengan ngebut. Kecemasan terhadap Isla membuatnya kalap dan hampir celaka. Untung saja ia masih bisa sampai dengan selamat.
Beberapa orang dari keluarganya sudah berkumpul di ruang utama dari Villa tersebut. Di saat Marva masuk, semuanya menoleh, tapi ia tak memperhatikan setiap wajah itu.
"Kak Isla-"
Perkataan Marva langsung disela oleh Samuel yang beranjak dari duduknya. "Isla gak kenapa-napa. Awalnya kita kira Isla diculik, tapi pas cek CCTV, ternyata dia keluar dari Villa sendirian. Dan dia baru aja pulang barusan," terang Samuel.
Sambil mengusap wajahnya, Marva baru bisa menghela napas lega. Jika Isla benar-benar diculik, ia akan marah pada dirinya sendiri.
"Sekarang keadaan kak Isla gimana?" tanya Marva.
"Isla di kamarnya, dia sedang ditemani Bunda," jawab Elvan.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Marva mendatangi kamar tempat di mana Isla dan Bundanya berada. Samar-samar Marva dapat mendengar suara Isla yang tengah berceloteh ria. Semakin dekat pada pintu, suara itu semakin jelas terdengar.
Langkah Marva berhenti di depan pintu yang terbuka sedikit. Jika dia masuk, hal itu akan membuat suasana hati kakaknya hancur. Jadi, ia memilih berdiri di depan pintu tanpa menemui kakaknya secara langsung.
"Bunda tau gak? Tadi Isla ketemu sama pria yang nolongin Isla jatuh!"
"Oh ya? Kamu tanya gak namanya siapa?"
"Eumm... Isla lupa...."
"Gapapa. Lain kali, jangan keluar sendiri ya, sayang?"
"Iya, Bunda."
"Kamu harus janji jangan buat bunda khawatir lagi!"
"Iya, Bunda... Isla janji."
"Bagus. Minum obat dulu ya, sayang?"
"Iya, Bunda."
Kedua sudut bibir Marva terangkat saat mendengar percakapan ibu dan anak itu. Itu artinya, kondisi Isla baik-baik saja. Ia berharap, Isla akan sembuh dari penyakit mentalnya.
Jika Marva sudah tahu seperti ini situasinya, maka hatinya kembali tenang. Namun, tiba-tiba ia teringat Anga yang sempat ia tinggalkan tadi.
Kemudian, ia langsung menghubungi pacarnya. Panggilan ke satu, Anga tidak mengangkatnya, dan panggilan ke dua, ponsel cewek itu sudah tidak aktif.
"Ck! Dasar bego! Kenapa juga gue harus tinggalin Anga sendirian!"
Tanpa menyia-nyiakan waktu lagi, Marva bergegas pergi untuk menemui Anga lagi.
🌻
Cuaca memang tak dapat diramal dengan akurat. Di ponsel Anga, hari ini sampai besok cuaca akan cerah tanpa badai petir. Tapi lihatlah, langit di atasnya tampak mendukung kesedihannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVANGA
Fiksi Remaja-highest rank- #1 in thriller 18-02-22 #1 in friendship 08-06-22 *** Berawal dari surat cinta yang harus Anga sampaikan dari temannya untuk Marva. Namun sayangnya, kesialan sedang nyaman dalam jiwa Anga. Dia terpaksa harus menjadi pacar Marva, si pl...