[23]🌻Menyukai Tanpa Berharap🌻

1.9K 191 31
                                    

"Menyimpan rasa suka tanpa menyimpan harapan itu lebih baik dari pada harus terluka berkali-kali karena ekspektasi."
-Anga Gemintang

Satu minggu yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu yang lalu....
Pertemuan Marva dengan Marco....

Marva dan Marco saling lirik penuh arti. Kemudian Marco menunjuk dua koper di atas meja berisi uang. "Ini cukup? Gue bisa tambah lagi."

Marva menggerakkan tangannya untuk membuka koper itu. Setelah Marva yakin bahwa tumpukan uang itu asli, ia menyuruh Gerri untuk menyimpannya. Di ruangan itu kini bukan hanya Marva dan Marco saja, pormasi mereka sekarang lengkap. Hanya saja ditambah oleh Samuel.

Gerri memandang takjub dua koper uang itu. "Gila sih. Gue baru liat uang sebanyak ini."

"Kasih ke tim keuangan," titah Marva.

"Oke." Gerri keluar meninggalkan mereka.

"Gue akan telpon mereka sekarang," ucap Marva pada Marco. Ia meraih ponselnya kemudian menelepon seseorang dari Kubu Dangers.

"Gue butuh kalian. Besok!" Marva berbicara singkat dengan orang yang ia percayai. Tanpa menunggu balasan, ia mematikan sambungan telepon itu.

"Yang sering teror gue adalah Siners. Tapi gue gak tahu siapa yang nyuruh mereka. Gak perlu ragu. Habisin siapapun orang itu," titah Marco yang sudah menyeringai.

"Sekalipun itu saudara kandung lo?" tanya Marva.

"Siapa pun itu. Kalo itu menyangkut keselamatan gue, habisi mereka."

Marva mengangguk mengerti. Lalu ia menoleh pada Shaka. "Ka, lo bisa mulai cari tau siapa orangnya."

Shaka tersenyum miring lalu mengangguk. Ia pergi ke ruangan komputer, melaksanakan apa yang Marva suruh. Selain jago memodifikasi kendaraan, Shaka juga jago dalam mencari tahu informasi seseorang lewat kemampuan hacker-nya.

"Karena gue nganggur, gue bakalan bantu Shaka," ucap Langit, ia kemudian melenggang pergi setelah mendapat persetujuan dari Marva.

Dalam urusan bisnis selalu terjadi peperangan antarperusahaan. Walaupun itu keluarga sendiri, tapi keserakahan membuat mereka ingin menguasai segalanya dengan menghalalkan seribu satu cara. Seperti yang terjadi pada kasus Marco saat ini. Dia orang yang terpandang, selain di luar negeri, ia juga memiliki perusahaan di Indonesia.

"Oh ya, gue rasa kalian harus jauhi dulu orang-orang terdekat. Siners itu licik, bisa aja mereka ngincer keluarga atau pacar-pacar kalian karena operasi bahaya ini," ujar Marco.

"Gue tahu," balas Marva, lalu ia beralih pada Samuel. "Sam, kita punya waktu berapa lama?"

"Satu minggu," jawab Samuel yang duduk di sofa lain. Pekerjaann Marva akan lebih mudah jika Samuel membantunya. Walaupun dia sudah pensiun dari Geng Blackers, tapi Samuel tetap akan turun tangan ketika bersangkutan dengan Kubu Dangers.

MARVANGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang