~Happy Reading~
🌻Suara dentingan piano mengalun indah di pendengaran Anga saat melewati ruangan musik. Alunan piano itu membuat Anga terlarut dalam khayalannya. Anga tertarik untuk mendengarnya lebih lama, sampai ia mengambil posisi berdiri dengan bersandar di depan jendela kaca. Instrumen musiknya adalah musik kesukaan Anga.
Waktu kecil, ketika Anga menduduki sekolah dasar, ia bercita-cita menjadi pianis. Karena situasi dan kondisi yang tak memungkinkan, Anga harus mengubur cita-citanya itu dalam-dalam. Dan alhasil sekarang Anga bingung ingin menjadi apa ketika sudah dewasa.
"Twinkle, twinkle, little star....
How I wonder what you are....
Up above the world so high....
Like a diamond in the sky....
Twinkle, twinkle little star....
How I wonder what you are...."
Anga menyertai musik itu dengan lagu yang ia nyanyikan pelan, mirip dengan gumaman. Cukup kekanakan, tapi Anga paling suka dengan musik itu. Karena musik itu yang membuat Anga ingin menjadi pianis.
Mata Anga terpejam dengan mulut yang terus mengalunkan lagu kesukaannya. Anga sampai dibuat jatuh dengan alunan piano itu, entah siapa yang memainkannya.
Detik selanjutnya, Anga mengerutkan keningnya saat alunan piano itu berhenti dengan di paksakan. Karena penasaran, Anga melirik ke dalam ruangan itu. Rupanya yang memainkan seorang perempuan yang hanya terlihat punggungnya saja.
Anga sampai celingukan ke dalam hanya ingin melihat wajah perempuan itu. Perempuan itu jadi tak bergerak sama sekali sebelum akhirnya dia menoleh ke belakang karena tersadar akan kehadiran Anga.
Entah Anga yang kurang liar di sekolah atau gimana, yang jelas Anga belum pernah melihat perempuan cantik itu. Bahkan Anga yang sesama perempuan saja memuji kecantikannya, lalu bagaimana dengan para lelaki?
Anga tersenyum kaku di balik kaca pada perempuan itu. Namun, senyumanya malah dibalas dengan tatapan datar. Anga menggerutu dalam hati, sombong banget'tuh cewek, padahal gue udah senyum, dahlah! Anga meninggalkan tempat itu sambil mengedikkan bahunya tak peduli.
"Tunggu!"
Langkah Anga terhenti ketika seseorang menginterupsinya. Dia menoleh, ternyata suara itu milik perempuan piano tadi.
Anga mengangkat kedua alisnya. "Iya?"
"Lo pacarnya Marva'kan?" Perempuan itu berjalan mendekati Anga.
Anga mengangguk, tapi kemudian dia menggeleng dengan cepat. "Bukan. Gue cuma...." Anga jadi bingung menyebut dirinya sebagai apa di mata Marva.
Perempuan itu menyodorkan tangannya. "Kenalin, gue Rea. Pacarnya Langit. Lo tahu Langit'kan? Dia temennya Marva."
Anga mengangguk dan membalas jabatan tangan itu dengan ragu. "Gue Anga."
Rea tersenyum dengan ramah. Ternyata dugaan Anga salah, cewek itu sama sekali tidak sombong. Emang wajahnya saja seperti peran antagonis, kenyataannya dia sekarang malah mengajak Anga kenalan.
"Oh ya. Kenapa lo tau kalo gue...."
"Seluruh sekolah tahu kalo lo pacarnya Marva. Jarang banget cowok itu mendeklarasikan hubungannya ke semua orang."
Anga menggaruk kepalanya yang tak gatal. Canggung tentunya berdiri dengan cewek secantik Rea. "Iya juga sih. Tapi Marva gak beneran anggap gue pacar kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVANGA
Novela Juvenil-highest rank- #1 in thriller 18-02-22 #1 in friendship 08-06-22 *** Berawal dari surat cinta yang harus Anga sampaikan dari temannya untuk Marva. Namun sayangnya, kesialan sedang nyaman dalam jiwa Anga. Dia terpaksa harus menjadi pacar Marva, si pl...