[20]🌻Susah Ditebak🌻

1.7K 187 11
                                    

Entah apa yang merasuki jiwa Marva, dan entah apa juga yang menghantam kepalanya, yang pasti semenjak obrolan singkat di rooftop gedung beberapa hari yang lalu, cowok itu jadi lebih baik dan tidak kasar pada Anga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah apa yang merasuki jiwa Marva, dan entah apa juga yang menghantam kepalanya, yang pasti semenjak obrolan singkat di rooftop gedung beberapa hari yang lalu, cowok itu jadi lebih baik dan tidak kasar pada Anga.

Ketika Anga tanya kenapa Marva tiba-tiba berubah, cowok itu dengan entengnya menjawab, "Gapapa, gue cuma bersikap selayaknya seorang pacar."

Aneh'kan? Anga sampai kepikiran kenapa Marva jadi seperti itu. Bayangkan, setiap pagi Marva sudah stay pagi-pagi di depan rumah Anga dengan gaya cool- nya. Ketika ditanya lagi kenapa selalu datang tiap pagi, maka Marva akan menjawab dengan lugas, "Lo pacar gue'kan? Jadi, gue harus jemput lo."

Tidak masalah sih sebenarnya, malahan lebih bagus seperti itu, memperlihatkan kalo Marva adalah cowok yang sudah berubah menjadi lebih baik. Namun, apa kabar hati Anga jika terus diperlakukan seperti itu?

Baper? Iya'lah. Anga juga perempuan, mudah terbawa perasaan. Terlebih orang itu adalah Marva, dari segi fisik cowok itu menang banyak. Apalagi soal materi, jangan diragukan lagi. Dia punya uang penghasilan sendiri, ditambah lagi uang jajan dari orang tuanya. 

Memangnya cewek mana yang tidak tertarik pada Marva? Jelas tidak ada. Termasuk Anga sendiri, dia tertarik pada Marva, hanya saja Anga mengedepankan dua kata yang amat bermakna yaitu, 'SADAR DIRI!'. Ya, memang itu'lah yang harus dilakukan oleh orang biasa seperti Anga saat menyukai orang sekelas Marva.

Anga keluar dari rumahnya dengan langkah ringan. Penampilannya tak mencolok, cukup dengan memakai seragam dan dua jepit lurus yang ia pasangkan di rambutnya.

Tidak muluk-muluk, yang sering Anga pakai adalah produk lokal dengan harga murah. Meskipun ayahnya terbilang cukup kaya, tapi ia sama sekali tak pernah menyentuh barang branded seperti Gucci, Channel dan lain-lain.

Bukan tidak ingin memiliki itu semua. Hanya saja, Ayahnya terlalu pelit memberikan uang. Udah sukur sekolah dibiayai, uang jajan diberi, ya walaupun sedikit, tapi bersyukur adalah cara terbaik.

Anga membuka pintu pagar rumahnya. Hembusan napas kasar keluar lewat mulutnya saat ia melihat Marva sudah stay di atas motor matic- nya.

Anga menghampirinya dengan hentakkan kaki. "Lo mau sampai kapan dateng mulu kesiniiiii?" kesalnya.

Dahi Marva mengerut. "Cuma lo cewek yang gak suka gue jemput. Lo tau? Pacar-pacar gue dulu maksa-maksa gue buat jadi ojek dadakan!"

"Tapi lo gak perlu kayak gini, lo antar jemput gue udah satu, dua, tiga, empat, lima, enam...." Anga menghitung lewat jarinya, lalu ia perlihatkan pada Marva. "Udah tujuh hari. Udah, ya? Jangan jemput gue lagi, gue bisa kok pergi sekolah sendiri, plisss!"

"Ck! Terserah gue'lah. Kenapa lo ngatur?"

"Bukan gitu. Gue agak serem aja. Lo tiba-tiba baik gini, pasti ada maunya'kan? Atau engga lo pasti bakalan nyusahin gue lagi setelah ini."

MARVANGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang