39. DI ATAS HAMPARAN PASIR PUTIH

479 141 7
                                    

JANGAN LUPA VOMMENT

SELAMAT MEMBACA 🖤💜

SELAMAT MEMBACA 🖤💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

39. DI ATAS HAMPARAN PASIR PUTIH

''Bisa bersamamu sampai ke nirwana adalah harapan terparipurna yang pernah ada, namun sepertinya semua itu hanya fana dan fatamorgana''

-gelapterang-

Sinar matahari yang merambat lurus melalui celah-celah pohon kelapa membuat Aya sedikit terusik dari tidurnya. Kelopak matanya bergerak-gerak tanda terganggu. Gadis itu membuka mata, ternyata hamparan langit berwarna hitam sudah menghilang dari pandangannya.

Hari sudah mulai pagi. Bersamaan dengan dirinya yang sedang berusaha mengumpulkan nyawa, suara deru ombak mulai terdengar lagi ditelinganya. Gadis itu mengucek-ngucek matanya perlahan. Sampai pada akhirnya ia tersadar kalau ternyata kaki Raga masih ia jadikan bantal untuk kepalanya. Posisinya sama percis seperti waktu malam. Belum ada perubahan yang menunjukkan kalau Raga menggeserkan kepala Aya.

Kalau kalian ingin tahu, jadi waktu malam, saat Aya terus-terusan mengeluh pada Raga karena ingin beristirahat, Raga yang tidak tega pun akhirnya mau mengikuti permintaan Aya untuk beristirahat. Walaupun pada awalnya Raga tidak mau. Ia tetap bersikukuh pada pendiriannya untuk tetap mencari jalan pulang tanpa mempedulikan ocehan Aya yang tidak ada habisnya. Namun ketika Raga melihat wajah mengenaskan Aya, Raga jadi sedikit luluh. Ia merasa kasian pada Aya. Gadis itu pasti sangat lelah, pikir Raga.

Mereka berhenti dari perjalanannya dan memutuskan untuk duduk di dekat pohon kelapa. Saat sedang duduk, Aya tidak banyak bicara seperti biasanya. Ia terlihat lebih murung dan sepertinya sedang tidak memiliki mood untuk berbicara panjang lebar. Gadis agresif itu malah terus-terusan menguap entah sudah berapa kali sampai-sampai matanya memerah seperti orang yang sedang sakit mata. Hal ini jelas menyita perhatian Raga yang pada saat itu sedang fokus memperhatikan pohon kelapa yang tengah bergoyang-goyang mengikuti arah angin malam.

Raga yang gengsinya sangat tinggi, akhirnya mau menurunkan sedikit gengsinya itu. Ia membuka suara lebih dulu karena ia sadar kalau Aya pasti sedang ngantuk berat. Saat itu Raga hanya ingin memastikan keadaannya, dan ternyata benar, Aya memang mengantuk. Entah apa yang merasuki tubuh Raga saat itu sampai-sampai hati bekunya tiba-tiba saja mencair. Raga merelakan kakinya untuk dijadikan bantal kepala Aya. Dengan kata lain, Raga meminta Aya untuk tidur dipangkuannya malam itu.

Jujur, awalnya Aya bingung dengan penawaran Raga. Gadis itu sempat melongo hingga beberapa detik karena tak percaya kalau Raga tiba-tiba saja mengijinkan dirinya untuk tidur di atas pahanya. Mending kalau Aya yang minta, ini kan enggak. Ini Raga sendiri yang nawarin. Seperti halusinasi, tapi bukan halusinasi.

GELAP TERANG (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang