61. HE IS MY BROTHER

209 52 3
                                    

JANGAN LUPA VOMMENT

SELAMAT MEMBACA🖤💜

SELAMAT MEMBACA🖤💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

61. HE IS MY BROTHER

''Semua jenis kesalahan boleh mendapatkan kesempatan kedua, kecuali pengkhianatan''

-gelapterang-

Raga memejamkan matanya seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Pemuda itu kini sedang berada di belakang sekolah untuk menenangkan pikirannya. Raga selalu bertanya-tanya, kenapa di setiap chapter hidupnya selalu saja ada gebrakan yang tak terduga. Selain mendapat fakta kalau ibunya ternyata masih hidup, Raga juga mendapat fakta kalau ternyata Tama itu adalah saudaranya. Mereka beda ibu tapi satu bapak. Tama, dia lahir lebih dulu dibandingkan Raga. Dari banyaknya manusia di muka bumi ini, kenapa harus Tama? Dan untuk Tama, ternyata dia sudah tahu lebih dulu kalau Raga adalah saudaranya, tapi laki-laki itu memilih diam.

Mata Raga terbuka kala suara orang jatuh mengusik indra pendengarannya. Raga rasa, sedaritadi hanya ada dirinya di belakang sekolah. Tapi kenapa tiba-tiba ada suara orang yang jatuh? Apa mungkin ada orang selain dirinya di belakang sekolah? Karena penasaran, Raga pun bangkit dari duduknya. Laki-laki itu mencari sumber suara. Dan ternyata....

''Aya?''

Aya menoleh kala sadar dengan kehadiran Raga. Raga berjalan cepat menghampiri Aya yang masih duduk di bawah pohon mangga sambil meringis. Sepertinya, suara orang jatuh itu berasal dari Aya. Kenapa lagi gadis itu?

Raga menurunkan tubuhnya. ''Aya kamu kenapa? Sejak kapan kamu disini?''

''Daritadi aku disini. Kamu liat! Mangganya gede-gede, kayanya udah mateng. Aku abis manjat pohon mangga, terus aku jatuh.''

Tuh kan! Aya itu emang gak bisa diem. Jatuh kan!

''Sini aku bantu.'' Raga membantu Aya berdiri dan mendudukkan Aya di atas kursi panjang yang posisinya tak jauh dari pohon mangga itu. ''Mana yang sakit?''

''Lutut aku. Tapi gak pa-pa kok nanti juga enggak.''

''Kamu selalu ceroboh, lain kali hati-hati.'' Raga mengusap kepala Aya dengan sangat lembut. ''Kamu mau mangga?''

Aya mengangguk excited.

''Jangan manjat-manjat lagi ya? Bahaya. Kalo emang kamu mau mangga, nanti pulang sekolah aku beliin,'' ucap Raga.

''Kok beli sih? Mangga hasil metik sendiri biasanya lebih enak dibandingin beli. Itu menurut aku.''

''Perasaan sama aja. Sama-sama rasa mangga. Bedanya apa?''

GELAP TERANG (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang