25. GEBRAKAN DI MEJA NOMOR TUJUH

577 193 12
                                    

JANGAN LUPA VOMMENT

SELAMAT MEMBACA 🖤💜


25. GEBRAKAN DI MEJA NOMOR TUJUH

''Persetan dengan hati nurani. Aku tidak ingin menjadi manusia munafik. Aku tertarik padamu karena tiga hal. Pertama kamu tampan, kedua kamu begitu tampan, dan ketiga kamu sangat tampan''

-gelapterang-

Tiga pasang kaki melangkah masuk ke dalam sebuah restaurant yang menyediakan makanan-makanan khas Korea Selatan. Satu orang perempuan dan dua orang laki-laki berbadan tinggi. Restaurant itu cukup ramai oleh pengunjung sampai-sampai hawa yang dirasakan pun terasa sangat panas. Walaupun banyak orang, tetapi restaurant itu tidak seberisik yang dibayangkan. Para pengunjung makan dengan tenang di atas kursi yang telah disediakan.

Saat sedang di toko buku tadi, perut Aya tiba-tiba saja berbunyi cukup nyaring hingga mengundang perhatian Raga dan juga Tama yang pada saat itu sedang beradu tatap tanpa mengucapkan sepatah kata. Jujur, sebenarnya Aya merasa malu, namun di satu sisi itu seperti sebuah kesempatan untuk menghilangkan rasa canggung yang sempat menyelimuti mereka bertiga. Dengan kesempatan itu Aya mengajak Tama dan Raga untuk makan bersama. Bukan hanya mengajak, melainkan memaksa. Gadis itu merekomendasikan tempat ini karena memang Aya suka dengan hal-hal yang berbau Korea. Awalnya Raga dan Tama menolak. Bukan karena mereka tidak suka dengan tempat yang direkomendasikan Aya, tanpa dijelaskan pasti kalian juga tahu kenapa. Raga makan satu meja dengan Tama? Dan Tama makan satu meja dengan Raga? Mimpi buruk jenis apa yang datang menghampiri mereka berdua hingga harus bertemu dengan situasi seperti itu? Sangat menyebalkan!


Terlepas dari hal itu, saat Aya meliht Raga, beribu pernyataan langsung menjalar di otaknya. Aya jadi langsung berpikir kalau Raga sudah mengikutinya secara diam-diam. Tapi untuk apa laki-laki itu mengikuti Aya? Awalnya Aya sempat meragukan pikirannya sendiri karena tidak mungkin juga Raga mengikuti dirinya. Aya tahu kalau Raga bukanlah laki-laki yang suka membuang-buang waktunya hanya untuk hal seperti itu. Lagipula Aya tidak sepenting itu untuk diikuti. Tapi kalau dilihat-lihat, gerak-gerik Raga sangat mencurigakan. Laki-laki itu bersikap seolah-olah memang dia mengikuti dirinya. Ah sudahlah! Aya tidak tahu dengan isi pikiran Raga. Jika rasa penasaran itu masih juga menghantui Aya, Aya akan bertanya pada Raga nanti.

''Selamat datang.... untuk berapa orang?''

''Untuk tiga orang.'' Aya menjawab pertanyaan seorang pelayan berbaju biru yang sedang berdiri di dekat pintu masuk. Pelayan itu tersenyum ramah pada Aya, Raga, dan juga Tama. Membuat Aya harus kembali bersikap ramah pada pelayan itu, namun berbeda dengan Raga dan Tama yang sedari tadi terus memasang ekspresi jutek satu sama lain.

''Mari, Kak, saya antar,'' ucap pelayan itu. Ia mencoba merekomendasikan tempat untuk Aya, Raga, dan Tama. Mereka bertiga berjalan di belakang pelayan itu dan naik ke lantai dua. Di lantai itu tidak terlalu ramai, paling hanya ada tiga meja yang terisi. Itupun oleh anak muda yang sepertinya seumuran dengan Aya, Raga, dan Tama.

Aya, Raga, dan Tama duduk di meja nomer 7. Meja yang hanya memiliki tiga kursi. Sangat pas untuk mereka duduk dan saling mengobrol.

''Ini untuk menunya, Kak. Silahkan untuk dilihat-lihat dulu.'' Pelayan itu memberikan satu buah buku menu berwarna coklat tua pada Aya. Aya membukanya dan melihat-lihat menu yang tercantum pada buku coklat itu. Ada banyak sekali menu makanan dan minuman yang tersedia di tempat ini. Aya saja sampai bingung harus pesan apa karena makanan dan minuman disini sepertinya enak-enak.

GELAP TERANG (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang