55. SATU KOTAK BERDUA

226 52 5
                                    

JANGAN LUPA VOMMENT

SELAMAT MEMBACA 🖤💜

55. SATU KOTAK BERDUA

''Aduh!''

Beberapa buku paket fisika yang ada di tangan Aya terjatuh, sehingga membuat sang empu harus menurunkan tubuhnya untuk memunguti buku-buku itu. Ia sedikit menggerutu, sudah berat, jatuh pula! Aish! Menyusahkan saja memang!

''Bawa buku banyak banget. Kalo butuh bantuan bilang. Biar aku bantu.''

Raga tiba-tiba datang dan ikut membantu Aya memunguti buku-buku yang berserakan di atas lantai. Keduanya sedang berada di depan pintu perpustakaan yang pada saat itu masih terlihat sangat sepi.

''Kamu datang sepagi ini?''

''Karena aku tau kamu bakal datang pagi-pagi,'' jawab Raga, sukses membuat Aya bertanya-tanya.

''Tau darimana?''

Raga menoleh lantas tersenyum kecil pada sang gadis. ''Aku tau,'' ucapnya lantas kembali fokus pada jalan.

Sebentar, sepertinya ada yang janggal. Aku? Kamu? Aku kamu?! Mereka berinteraksi menggunakan kata aku-kamu? Sejak kapan?!

Oke, singkat cerita. Sudah dua minggu belakangan ini, Aya dan Raga selalu menggunakan kata aku-kamu ketika sedang berinteraksi. Berawal dari Raga yang pada saat itu tiba-tiba mengirimi Aya sebuah pesan, dimana di dalam pesan itu Raga menggunakan kata aku-kamu. Alhasil, Aya yang tadinya menggunakan lo-gue pun jadi ikut-ikutan menggunakan kata aku-kamu. Jujur, awalnya Aya merasa aneh, tapi seiring berjalannya waktu, Aya mulai terbiasa karena setiap kali Raga mengajaknya bicara, pemuda itu selalu menggunakan kata aku-kamu. Lo-gue yang selama ini sering mereka gunakan untuk berinteraksi seolah lenyap begitu saja.

Entahlah, Aya bingung untuk saat ini. Ada beribu-ribu perasaan yang berkecamuk hebat di dalam hati mungilnya. Aya hanya perlu mengikuti alur. Gadis itu tidak ingin ambil pusing atau apapun itu. Aya yang pada awalnya bertekad akan melupakan dan menjauhi Raga, namun kini tekadnya itu seolah runtuh hanya dalam waktu sekejap. Jangan tanya kenapa, kalian juga pasti sudah tahu jawabannya.

Setiap hari Raga menghampiri Aya, mengajaknya berbicara tentang banyak hal, membantu Aya mengerjakan tugas, memberikan Aya makanan-makanan ringan yang sengaja di belinya di kantin, menemani Aya membaca buku di perpustakaan, menemani Aya makan di kantin, bahkan sampai buket bunga yang setiap seminggu sekali ia beli untuk Aya. Kalau seperti ini terus, lalu bagaimana caranya Aya melupakan Raga jika laki-laki itu terus menampakkan wujud tampannya di depan netra Aya?

Bisa dibilang, seiring berjalannya waktu, sikap Raga berubah sedikit demi sedikit. Tidak sekejam dan tidak sejutek dulu. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, tapi sepertinya Raga salah makan. Aya saja sering terheran-heran dengan sikap Raga yang terkadang menjadi hangat mendadak. Meskipun begitu, Aya selalu berusaha untuk menipis kuat-kuat perasaannya kepada Raga agar ia tidak lagi tenggelam ke dalam cinta bertepuk sebelah tangannya, tapi sepertinya dirinya selalu gagal. Aya akui, semua tentang Raga, Aya kalah.

''Hari ini kamu keliatan rapi banget,'' ucap Aya, tiba-tiba memuji sang Adam.

Gadis itu tengah berjalan di samping Raga dengan tiga buku paket yang ada di tangannya, karena sisanya ada di tangan Raga semua. Dengan kata lain, Raga lebih banyak membawa buku paket dibandingkan Aya. Raga sedikit memelankan langkahnya, karena ia tahu, jika tidak dipelankan, gadis penyuka warna lilac itu akan tertatih-tatih dalam menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Raga.

GELAP TERANG (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang