46. LEPAS UNTUK TUNTAS

534 109 20
                                    

JANGAN LUPA VOMMENT

SELAMAT MEMBACA 🖤💜

46. LEPAS UNTUK TUNTAS

''Jangankan untuk bertemu, mendengar namanu disebut saja aku tidak mau''

-gelapterang-

''Jangan bergerak!''

Tama merentangkan sebelah tangannya ketika Aya hendak menyeret langkahnya untuk masuk ke dalam kelas. Tindakan Tama barusan membuat Aya harus menghentikan langkahnya tepat di depan tangan yang direntangkannya. Laki-laki itu sudah seperti satpam kelas. Pagi sekali, Tama sudah pergi ke kelas Aya untuk menemui Aya. Tama tahu betul kalau Aya itu perempuan yang rajin makanya ia datang sepagi itu hanya untuk menemui Aya. Namun ketika Tama mendatangi kelas Aya, Aya belum datang. Di kelas, hanya ada lima orang temannya yang tengah piket. Tiga orang perempuan dan dua orang laki-laki. Alhasil Tama harus menunggu Aya di depan pintu kelasnya dengan penampilan yang sudah sangat rapi dari ujung rambut hingga ujung kakinya.

Tanpa mengajak Tama bicara, Aya menurunkan tangan Tama sehingga Aya bisa melangkah masuk ke dalam kelasnya. Namun Tama tidak membiarkan Aya masuk begitu saja. Ia menyusul Aya dan menghalangi langkah gadis itu. Di waktu yang sama, Tama juga menyadari ekspresi muram yang diterbitkan di wajah Aya. Tidak biasanya Aya memasang ekspresi seperti itu. Apalagi ini masih pagi. Biasanya ia selalu ceria dan banyak ngomong.

''Ada yang enggak beres nih pasti,'' batin Tama yang langsung peka. Sedikit perbedaan raut yang muncul dari wajah Aya, Tama selalu menyadarinya.

Aya berdecak. ''Apa, sih, Tam!''

''Mau kemana, sih, buru-buru banget?'' tanya Tama sambil berkacak pinggang.

''Harusnya gue yang nanya, lo mau ngapain? Gue mau duduk. Minggir. Jangan ngehalangin jalan gue," jawab Aya.

''Jutek banget, Neng.''

''Enggak, biasa aja.''

Perasaan Tama mendadak tidak enak. Bukan hanya dari ekspresinya yang berubah, ternyata dari tatapan dan cara bicaranya pun berubah. Ini tidak seperti Aya yang Tama kenal. Ada apa dengan gadis yang ada didepannya itu? Kenapa tiba-tiba berubah seperti ini? Tama jadi merasa khawatir. Ia bertanya-tanya, apakah dirinya telah melakukan kesalahan pada Aya sehingga Aya berubah sikap seperti ini? Jika iya, apa salahnya? Tama sungguh tidak tahu. Lagipula kemarin Aya masih baik-baik saja kok. Tidak sejutek hari ini. Atau mungkin Aya salah makan?

''Biasa gimana? Tuh muka udah kaya mau nerkam orang.''

''Udah mending lo diem. Jangan ganggu gue. Gue lagi enggak mau ngomong sama siapapun,'' lontar Aya.  

''Termasuk sama gue?''

''Ya, termasuk sama lo.''

Setelah mengatakan itu, Aya tidak lagi mempedulikan Tama yang sepertinya masih kebingungan akan sikapnya. Ia beralih ke tempat duduknya dan menaruh tasnya di atas meja. Tidak sampai disitu, melihat itu Tama pun kembali menyusul Aya dan duduk disampingnya. Ia masih penasaran dengan perubahan sikap Aya yang cukup drastis.

''Aya," panggil Tama, mencoba menarik perhatian Aya yang tengah sibuk mengeluarkan buku-buku dari dalam tasnya. ''Aya lo kenapa, sih?''

GELAP TERANG (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang