Aku menghentakkan kakiku kesal karena untuk kesekian kalinya aku harus kembali masuk ke ruang fitting ini dan mengganti dressku. Awalnya aku mengira Austin terlalu berlebihan mengajakku berangkat 2 jam sebelum jadwal dinnernya hanya untuk sekedar make-up dan memilih dress. Namun setelah melihat kelakuan Austin yang sangat sulit untuk dipuaskan aku paham.
Aku nggak mengerti apa yang salah dengan mata pria itu sehingga dari sekian banyak dress yang aku gunakan tak ada satupun catat satupun yang memenuhi standarnya. Bahkan beberapa kali aku merasa berbunga-bunga saat melihat dress yang begitu indah melekat di badanku. Namun, hal itu tak sesuai dengan keinginan Austin yang membuatku kesal setengah mati. Dan ini adalah dress ke 19 ku. Akupun menatap pantulan tubuhku di cermin di depanku. Aku tersenyum puas dengan dress hijau yang sangat mewah ini. Entah kenapa dari sekian dress yang sudah aku coba, aku lebih jatuh cinta dengan dress ini. Warna, kilau, dan mode dress ini benar-benar sesuai dengan tubuhku. Aku bahkan GR dengan menganggap dress ini diciptakan untukku. Dan pikiran itu membuatku malu dengan sendirinya. Aku harap kali ino Austin setuju dengan dress ini. Akupun keluar dengan senyuman bahagia seakan melupakan bahwa sebelumnya aku telah mencoba banyak dress hanya untuk pria yang duduk tak jauh dari tempatku sekarang.
Kulihat di depan sana Austin menatapku kagum namun tatapan itu hanya bertahan sepersekian detik karena dengan cepat dia mengalihkan pandangannya seraya berkata,"Jelek, ganti!" Ucapnya singkat padat dan jelas.
"Jelek gimana? Bagus kok? Aku capek ganti terus dari tadi gak ada satupun dress yang memenuhi kriteriamu!" Ucapku kesal menghentakkan kakiku.
"Jangan membantah, aku bilang jelek ya jelek! Tunggu disitu biar aku yang pilih, sepertinya pegawai toko ini punya selera yang sangat buruk." Kata pria itu lagi dan berjalan ke arah etalase toko dan memilih gaun yang belum aku coba.Tanpa direncanakan sama sekali aku menatap wanita yang sedari tadi dengan sabar menemaniku memilih baju. Wanita itu terlihat kaget dan merasa tidak enak dengan komentar dari Austin yang merupakan pelanggan istimewa toko ini. Saat tatapan kami bertemu aku hanya tersenyum canggung. Di detik dimana aku menangkap tatapan tak enak dari si pegawai toko tersebut adalah detik dimana aku sangat ingin mematahkan lengan Austin.
Kami berdua masih setia menyaksukan kegiatan pria dengan kemeja hitamnya berkeliling memilah dress di etalase tiap sudut toko ini. Hingga kami menangkap pria itu mendekat dengan sebuah dress di tangannya. Aku menatap horor ke arah pilihan Austin begitupun juga si pegawai.
"Coba ini!"ucap pria itu mengalihkan dress floral berwaena pink soft di tangannya ke tanganku. Aku masih menatap ragu pada keputusan Austin seraya memandang gaun itu dengan teliti.
Demi Tuhan, dari sudut manapun dress ini sangat tidak layak dikenakam di acara resmi. Tapi kenapa dia malah memilih dress ini dibanding yang lain? Jelas-jelas dress yang dari tadi aku coba jauh lebih bagus dan cocok. Tapi kenapa kok jadi milih dress ini.l? Aku makin ragu demgan selera Austin. Dress seperti ini dipilih, tapi semua dress yang sebelumnya aku coba, sebagus apapun itu, tetap mendapatkan komentar yang luar biasa dari Austin. "No..kau terlihat seperti anak kecil pakai gaun itu!, "Kau tidak cocok pakai warna merah seperti itu, kau terlihat seperti tante-tante!", "Jelekk, terlalu terbuka untuk tubuhmu yang nggak ada lekukannya sama sekali!" Dan masih banyak lagi komentar-komentar ajaib dari pria itu demi menyuruhku untuk berganti dari satu dress ke dress lain.
Aku memasuki ruangan fitting bersama dengan sang pegawai toko. Bahkan hingga beberapa menit di dalam ruangan fitting, aku masih setia menganga heran dengan pilihan Austin bahkan pegawai yang dari tadi dihinanya memiliki selera yang burukpun memandangnya tak percaya. Karena mata awampun akan tau dress yang sebelumnya dia pakai jauh lebih bagus dari dress yang ini. Demi apa, untuk gala dinner pakai dress seperti ini?"ucapku dalam hati seraya memutar-mutar gaun tersebut.
"Kau yakin aku pakai ini?"teriakku seraya menjulurkan kepalaku keluar menatap Austin dan memastikan Austin tidak sedang bercanda.
"Coba dulu baru kita putuskan!" Balas pria itu singkat. Dan dengan berat hati akupun masuk kembali ke ruang fitting dan berpisah dengan gaun hijau yang indah ini.
Aku menghela nafas berat saat aku menyadari kesempatanku untuk memakai dress ini benar-benar sudah raib.Andrea keluar dari ruang fitting dan cukup yakin Austin tidak akan memilih dress ini. Kenapa?? Yahh..karena dress ini benar-benar tidak cocok untuk dipakai di acara gala dinner yang sifatnya sangat formal.
"Okey itu aja!" Ucap Austin yang lagi-lagi membuatku heran. Aku kira dia menolak semua gaun sebelumnya karena seleranya terlalu tinggi, oh rupanya selera Austin seburuk ini.
"Kau bercanda?"ucapku menatap Austin penuh tanya.
"Tentu saja tidak! Kenapa? Dressnya bagus, sesuai dengan umurmu, tidak terbuka, dan paling penting tidak menampilkan lekuk tubuhmu!"ucap pria itu dengan lancar tanpa peduli reaksiku.
"Kau..kau...tidak sedang ada dalam misi mempermalukanku di acara gala dinnermu kan?" Tanyaku pada Austin memastikan pilihan Austin lagi.
"Tentu saja tidak! Mempermalukanmu disana sama saja aku mempermalukan diriku sendiri. Karena malam ini kau adalah partnerku, jadi mana mungkin aku melakukan hal itu pada partnerku!"ucapnya lagi penuh keyakinan yang kuangguki begitu saja,"Hmmm...masuk akal!"seruku akhirnya menghapuskan kecurigaanku.
Setelah menyelesaikan sesi berganti dress dan make upku, kini giliranku menunggu Austin yang menggantikan setelannya.
Aku terheran-heran melihat pilihan setelan yang dikenakan Austin. Sangat jauh berbeda dari citra yang selama ini ditunjukkan Austin. Bahkan setelah selama ini tinggal bersama Austin aku tak pernah sekalipun menemukan benda berwarna pink di sekitar pria itu.
Pemandangan baru ini mau tidak mau menghadirkan senyum di wajahku, tolong jangan tanya seberapa tampan pria itu dengan setelan pink di tubuhnya, karena jelas saja jawabannya sangat ganteng. Warna pink soft setelan terlihat begitu padu dengan kulit Austin yang putih. Dan warna dasi yang senada dengan rambut lebatnya. Lagi aku tak bisa menahan untuk tidak tersenyum melihat Austin. Bahkan pemandangan ini cukup mampu mengurangi kadar kekesalanku pada pria itu karena telah menyuruhku mengganti dress puluhan kali dan berakhir dengan dress yang cukup mengecewakan bagiku."Kendalikan ekspresimu, kau terlihat seperti seekor kucing jantan yang ingin mengawini betinanya!"ucap pria itu tanpa tau malu.
"Whatt...perumpamaan macam apa itu!" Ucapku tak terima yang hanya disenyumi oleh Austin.
"Austin..jika kau ingin aku pake dress warna pink, sebelumnya ada dress warna pink yang menurutku lebih cocok untuk dipakai dan berpasangan dengan setelanmu!"ucapku memulai negosiasi pada pria itu.
"Maksudmu dress pink dengan belahan yang berjarak hanya 5 cm dari v*gin*mu, lalu mengekspos payudara dan tulang selangkamu??"ucap pria itu dengan frontal. Ingin rasanya aku menampar mulut pria itu yang benar-benar tidak ada filternya sama sekali
"Tidak!! Jangan harap kau bisa pakai dress seperti itu!"ucap pria itu dengan nada mengancam.
"Jadi dari tadi kau menyuruh ganti dress hanya karena dress terlalu seksi??"ucapku akhirnya menarik kesimpulan.
"Diamm..jangan banyak tanya! Kita harus berangkat sekarang!" Ucap pria itu mengacuhkan pertanyaanku namun aku menangkap tand arona merah di telinga pria itu. Sepertinya dia malu karena alasan atas kekonyolannya seharian ini telang terungkap dengan sangat jelas.
"Kalo alasannya itu, kenapa harus ngatain aku kayak tante-tante?"ucapku tak mau terima dengan omongan Austin yang mengatakan aku mirip tante-tante saat mengenakan dress pink itu.
"Stop Andrea...jangan bicara lagi, aku bisa saja membungkam bibir tipismu itu dengan bibirku hanya untuk menghentikan kau berbicara! Dan aku juga tak masalah menunggu lebih lama lagi untuk memperbaiki make up mu setelah melakukan itu"ucap Austin dengan senyuman nakal andalannya.
Kalimat itu membuat nyaliku menciut dan memilih untuk diam, aku tau apa yang dikatakan Austin sangat mungkin terjadi. Dan aku tak mau mengambil resiko cukup 2 kali dia mencuri ciuman dariku.
Setelah itu kami berjalan beriringan keluar dari gedung dan memasuki mobil sedan hitam yang mungkin sedari tadi telah menunggu kami.
*
*
*
-End-Ini dress yang kata Austin yang belahannya hanya 5 cm dari .....
Wkwkwkwk...
Beneran 5 cm nggak ya??🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
My Glorious Angel
Romance"Kenapa?? Apakah kau akan menciumku lagi?" Kata Andrea menatap tajam ke arah pria itu. Namun pria itu hanya tersenyum sinis. " Dengar ya Tuan Austin mesum yang terhormat, jangan kira anda bisa menyentuhku lagi!! Tidakkk dalam satu kesempatanpun!! Uc...