Part 11

3.3K 86 0
                                    

#Maaf untuk segala typo dalam bentuk apapun!

Buat yang udah vote dan comment di part sebelumnya, makasih banyak. Chapter ini aku dedikasikan buat kalian. Semoga suka yaa..
Jangan lupa kritik dan sarannya ya.

Happy reading, guys!

Author POV

Pria berjas itu duduk di kursi kebesarannya dengan tangan terkepal dan gigi gemerutuk. Terlihat jelas bahwa dia sedang marah. Sorot matanya yag tajam seakan mengatakan bahwa dia siap membunuh siapapun yang berani mendekatinya. Dengan emosi yang menggebu-gebu pria itu mengambil HP pintarnya. Sayup-sayup suara kemarahannya dia luapkan lewat HP canggih itu.

Austin POV

Entah mengapa minggu ini sangatlah tidak bersahabat bagiku. Buruk..bahkan buruk sekali. Dan puncaknya tepat hari ini. Sahabatku, Leon mengkhianatiku. Kalian tentu ingat Leon. Leon itu sahabatku dan sekaligus pengelola clubku. Dan dia tega mengkhianatiku? Arrgghh...mungkin jika Leon disini aku akan membunuhnya. Ku tekan beberapa angka di HP canggihku untuk melampiaskan kemarahanku ke pria itu.

"Sialan...kenapa kau memberitahukan Stacy aku di Chicago? Kau ingin mati??" teriakku memuaskan emosiku. Aku benar-benar tidak peduli ada yang mendengar. Well...aku yakin tidak akan ada yang mendengarnya karna ruangan ini kedap suara.

"Apa salahku?" ucap pria di seberang sana tidak terima dengan umpatanku.

"KAU MENGKHIANATIKU, SIALAN!! KENAPA KAU MEMBERITAHUKAN POSISIKU PADA STACY??

"Watch your mouth, dude! Kau mengatakanku pengkhianat? Demi Tuhan..Kaa..."

"TUTUP MULUT SIALANMU ITU, LEON!! KAU BENAR-BENAR INGIN MATI??" geramku pada pria itu." Kau tau kan aku tidak ingin jalang itu megikutiku? Kau menghancurkan hidupku!!"

"Austin..kau bahkan tidak menyuruhku merahasiakan kepergianmu dan kau tidak pernah bilang kau ingin menghindari Stacy jadi bagaimana aku bisa mengerti? Kau kira aku cenayang? Dan sekarang kau bilang aku berkhianat padamu? Arrggghh..kau benar-benar luar biasa." ucap Leon tepat sasaran dan membuatku berpikir apa yang akan aku katakan selanjutnya.

"Whatever...forget it! Aku tutup telponnya!" ucapku langsung memutuskan telpon sepihak tanpa menunggu jawaban dari Leon.

Aku kembali menghempaskan bokongku ke kursi kebesaranku. Kehadiran Stacy benar-benar membuat hariku sangat buruk. Namun satu hal yang membuatku bingung, kenapa aku bisa kehilangan kendali hanya karena Stacy yang tiba-tiba muncul di hadapanku dengan tingkah jalamgnya? Apa aku benar-benar marah karena kedatangan Stacy? Dan setelah aku pikirkan ulang bukan Stacy, minggu ini benar-benar minggu yang membuatku tertekan dan kehadiran Stacy diibaratkan seperti pemantik yang sengaja dihidupkan di  lautan alkohol. Yah..menghasilkan bara api yang siap membakar apapun di sekitarnya.

Flasback On

"Claire..antarkan laporan rapat tadi so ke ruanganku sekarang juga. Dan jangan lupa laporan keuangan bulan ini!" ucapku tegas lewat telpon dan memutuskannya tanpa memberikan kesempatan kepada sekretarisku untuk menjawabnya.

Tok ..Tok..Tok..Tok..

"Masuk!!" ucapku tanpa mengangkat kepalaku dari berkas yang sedari tadi kutekuni. Aneh..biasanya Claire langsung meletakkan file di atas mejaku dan pamit keluar kenapa dia betah disitu tanpa bicara sedikitpun? Akupun mengangkat kepalaku.

Darrrrrr....

Bagaikan tersambar petir aku kaget melihat makhluk di depanku saat ini, orang yang kini tidak terpikirpun olehku untuk menemuinya lagi. Wanita itu berdiri dengan angkuh di hadapanku dengan tatapan menggodanya. Dress merah menyala yang sangat ketat membungkus tubuh seksi itu, Rambut hitam yang dibiarkan tergerai sempurna di punggungnya dan Lipstick merah menyala di bibirnya pasti akan berhasil menggoda pria lain yang melihatnya tapi tidak untukku bukannya tergoda justru sekarang aku merasa jijik dengan wanita ini. 
Bagaimana bisa dulu aku begitu bergairah melihat pemandangan seperti ini?" Ucapku dalam hati seolah mengejek siriku yang dulu.

My Glorious AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang