Austin POV
Apa yang dilakukan wanita itu sekarang? Sudah 30 menit aku menunggunya tapi dia tak kunjung menunjukkan wajahnya. Apa dia melanjutkan tangisannya yang terganggu karena kehadiranku. Ucapku dalam hati. Aku yang awalnya mempertimbangkan untuk bersikap sedikit baik kepada wanita itu seketika menyesal dan membatalkan niat itu. "Apakah dia tidak tau seberapa berharganya waktuku?" Rungutku lagi sembari mengetukkan jariku di setir mobil yang akan kami kendarai.
~~~
Kesabaranku sudah habis, apakah wanita itu akan membiarkan aku menunggunya seharian? sudah 1 jam aku menunggunya dan tak ada tanda-tanda dia akan keluar. Aku melangkahkan kakiku kembali mrmasuki penthouse menunu ke arah kamar wanita itu dan..
Tok...tok...tok..
Andrea..apa kamu akan di dalam sepanjang hari? Aku menunggumu dari tadi." Tetap tak ada jawaban dari wanita itu. Aku mengangkat tangan kananku berniat mengetuk pintu itu namun sebelum niatku ku lakukan wanita itu terlebih dulu membukakan pintu.
#abaikan backgroundnya
Untuk sesaat aku terpana melihat wanita di hadapanku. Satu hal yang kulihat walaupun dia barbar tetap saja dia cantik bahkan tanpa bantuan make up sekalipun.Sebelum wanita itu menyadari ekspresiku akupun berbalik dan berjalan dalam diam membiarkan wanita itu mengikutiku.
"Apa yang kau lakukan?" kataku menatap wanita itu tajam.
"Bukankah kau mengajakku ke Universitas?" ucap wanita itu bingung.
aku menaikkan sebelah alisku menatap dia penuh selidik sudahlah aku tahu dia tidak aku mengerti maksudku. "kau pikir aku supirmu? kenapa kamu duduk di belakang? Cepat pindah ke depan!!" Ucapku geram. Tanpa babibu lagi wanita itu kembali turun dari mobil dan pindah ke depan dan aku tak bisa menahan diriku untuk tidak tersenyum. Tersenyum puas karena gadis itu melakukan perintahku tanpa protes sedikitpun
Kini kami berada di dalam mobil entah mengapa kediaman gadis membuatku sedikit merasa kehilangannya. Hanya sedikit...
Aku benar-benar tidak menyukai keadaan ini. Akupun mencari topik yang bisa memancing kekesalan wanita ini."Kenapa kau tetap menggunakan kacamatamu di mobil ini?" ucapku mengusik lamunan wanita itu.
"Bukan urusanmu!" ketusnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela mobil di sebelahnya.
"Aku melihatmu gadis barbar! Berhenti berpura-pura. Aku sangat tau apa yang kau sembunyikan dibalik kacamatamu itu." kataku tersenyum penuh kemenangan.
"Jika kau sudah mengetahui kenapa bertanya? ucap wanita itu menatapku. Aku yakin pasti mata coklat terangnya kini menatapku penuh kebencian tapi kacamata itu menutupi semuanya. Entah kenapa membayangkan dia menatapku dengan mata menyala nembuatku ingin melepas kacamata sialan itu.
"Aku hanya bingung nona Andrea, kenapa kau repot-repot menutupi mata sembapmu, di mobil ini hanya ada kita berdua. Kau tidak perlu malu nona aku bahkan tau bahwa airmatamu tidak akan mengubah keindahan bola matamu." shitt..apa yang baru saja ku ucapkan? rungutku dalam hati merutuki kebodohanku.
"Terimakasih untuk pujianmu, Tuan Austin yang terhormat! berhentilah mengomentari hidupku. Jika kau memang berniat menyupiriku, jadilah supir yang baik dengan cara fokuslah menyetir , aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi hanya karena mulut menjengkelkanmu itu tak berhenti berkicau ! " ucap wanita itu acuh tak acuh.
WHAT?? Apa dia baru saja menyamakan levelku dengan seorang supir? saat itu juga aku merasa kemarahanku hinggap ke ubun-ubun kepalaku. Namun, aku hanya melampiaskannya ke stir mobil yang sedang ku kendarai saat ini.
Andrea POV
Aku benar-benar bingung harus melakukan apa. Aku tau pria yang sedang menyetir di sebelahku ini melihatku menangis. Tapi yang aku bingungkan kenapa dia diam saja? Kenapa dia tidak bertanya alasanku? Apa yang kau pikirkan Andrea, jangan bersikap bodoh lagi. harusnya kau senang dia tidak bertanya sedikitpun, karena kalau dia mengungkit bisa dipastikan dia akan mengejekmu sepuasnya.
"Kenapa kau menggunakan kacamatamu di dalam mobil?" suara bass itu membuyarkan lamunanku dan seketika itu juga alarm bahaya muncul di otakku. Pria itu akan mengejekku. Pastikan kau bersikap dingin Andrea, jangan berikan celah sekecil apapun untuk pria ini memperalukan dirimu.
"Bukan urusanmu!" ucapku tanpa berniat mengalihkan pandanganku karena aku tau aku tidak akan bisa bersikap dingin jika sudah melihat wajah tampan menyebalkannya itu.
"Aku melihatmu gadis barbar! Berhenti berpura-pura. Aku sangat tau apa yang kau sembunyikan dibalik kacamatamu itu." nada sinis di suara bass itu sangat terdengar di inderaku dan itu sangatlah menjengkelkan dan mendorong sesuatu dalam diriku untuk memangsa pria menyebalkan ini.
"Jika kau sudah mengetahui kenapa bertanya? bukan jawaban ini yang ingin ku katakan, ingin rasanya aku mengumpat pada pria ini, tapi aku tidak akan lepas kontrol.
"Aku hanya bingung nona Andrea, kenapa kau repot-repot menutupi mata sembapmu, di mobil ini hanya ada kita berdua. Kau tidak perlu malu nona aku bahkan tau bahwa airmatamu tidak akan mengubah keindahan bola matamu." untuk sesaat mataku mengerjap mendengar penuturan pria itu. Dia baru saja memuji bola mataku. sesaat itu juga aku merasakan sesuatu menggelitiki perutku. Dan aku merasakan perlahan bibirku terangkat namun sebelum itu terjadi otakku mengambil alih. Tidak Andrea..pria itu sedang mengejekmu. Jangan terpana.
"Terimakasih untuk pujianmu, Tuan Austin yang terhormat! berhentilah mengomentari hidupku. Jika kau memang berniat menyupiriku, jadilah supir yang baik dengan cara fokuslah menyetir , aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi hanya karena mulut menjengkelkanmu itu tak berhenti berkicau ! " ucap wanita itu acuh tak acuh.
akhirnya aku putuskan untuk mengucapkan kalimat itu dan pemandangan selanjutnya membuatku kaget. Austin kelihatan sangat marah. rahang pria itu mengeras dan tangannya mencengkram stir mobil dengan kasar. Yah.. terlihat jelas pria itu marah. Bahkan aku dapat melihat telapak tangannya yang memutih serta urat tangan yang meninjol akibat si pemilik tangan menggenggam setir terlalu kuat.
Apakah aku keterlaluan dengan ucapanku? Sebagian dari hatiku mengatakan aku keterlaluan namun tidak dengan otakku. Dan sepertinya untuk saat ini lagi-lagi otakku memenangkan perseteruan batin ini.
Dan pada akhirnya aku memilih mendiamkan kemarahan pria, yang berujung dengan kediaman pria itu dari perseteruan kami hingga saat dia mengantarku kembali ke penthouse.
Tanpa pamit dan bicara pria itu langsung memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi sesaat setelah aku keluar dari dalam sana.
Aku hanya menatap kepergian pria itu dengan perasaan tidak enak,"Beneran marah! Lagian salah sendiri, bersikap menyebalkan nggak tau waktu dan tempat" Ucapku berusaha mencari pembenaran untuk sikapku dan kemudian masuk ke penthouse.~~~~~~~~~
End of part 9
Need your vote and comment!!
See ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Glorious Angel
Romance"Kenapa?? Apakah kau akan menciumku lagi?" Kata Andrea menatap tajam ke arah pria itu. Namun pria itu hanya tersenyum sinis. " Dengar ya Tuan Austin mesum yang terhormat, jangan kira anda bisa menyentuhku lagi!! Tidakkk dalam satu kesempatanpun!! Uc...