Part 16

2.4K 60 2
                                    


J

angan lupa vote and comments
Semoga suka dengan cerita ini

Happy reading all...

Author Pov

Pria bersetelan hitam itu berdiri bersandar di meja kerjanya. Dengan kedua tangan di dalam kantong celananya sembari mencermati apa yang dikatakan pria yang berada 3 langkah di hadapannya.

"Seperti yang anda duga, Tuan, wanita itu putri dari Mr. Sylvester!"
"Sekarang mereka  tinggal dimana?"

"Setelah kami mengikuti jejak Miss Sylvester tadi, sepertinya dia tinggal bersama dengan Mr. Austin Casalegno. Dan setelah saya cari tahu ternyata Mr. Marco Sylvester sudah meninggal dunia, tuan. Dan kematiannya berkaitan dengan keluarga Casalegno makanya keluarga Casalegno merawat Miss Sylvester." Raut wajah pria itu menggelap mendengar penjelasan dari pria dihapannya.

"Dimana mereka tinggal?"
"Mereka tinggal di hotel milik keluarga Casalegno dan kami tidak bisa tau di lantai ataupun kamar berapa yang ditempati oleh Miss Sylvester karena anda tahu sendiri keamanan hotel ini tidak bisa dibobol, tuan. Dan mereka juga tidak mau diperkenankan memberitahukan  kepada orang lain.
"Baiklah, Terimakasih Dylan.Kau boleh pergi sekarang!"
Sepeninggal Dylan pria itu kembali duduk di kursi kebesaraannya seraya memegang bingkai foto yang terpajang di meja kerjanya.

"Andrea, I'm finally  found you!"

~~~

Andrea POV

Setelah mengakhiri perdebatanku dengan Austin aku kembali ke kamarku, sepertinya aku tidak boleh terlena dengan perdebatanku dengan pria itu karena pagi ini aku telah berjanji pada Samantha akan mengantarnya ke airport. yah pagi ini gadis itu akan kembali ke New York. Tanpa menghiraukan Austin yang sedang duduk santai di ruang tamu aku melenggang pergi. Setelah tiba di lantai dasar dan pemandangan tak lazim tersuguh di hadapanku. Pria tadi malam yang mendekatiku di club ada di depan pintu penthouse ini dan dia sedang berdiri di mobilnya.Sebelum pria itu menyadari keberadaanku akupun kembali masuk dan kembali ke penthouse.

"Ahhh..apa yang harus ku lakukan? Minta tolong pada Austin lagi? Ahhh..apa tidak ada pilihan lain? Lagian kenapa sih pria itu ada disini? Tunggu darimana dia tahu aku tinggal disini? Atau aku terlalu percaya diri dia kesini menemuiku? Tapi  tidak ada salahnyakan aku sedikit khawatir dengan keselamatanku sendiri mengingat baru tadi malam pria ini mendekatiku hingga mengikutiku ke toilet. Jadi sekarang aku harus bagaimana??" ucapku menggigit jari.
Lamunanku terhenti dengan bunyi lift yang menandakan aku tiba di lantai yang aku inginkan. " Andrea..sepertinya kau tidak ada pilihan lain lagi, kau harus jadi pengemis lagi untuk pria ini. Doakan saja pria ini mau berbaik hati padamu." ucap batinku sambil menatap pria yang masih duduk santai di ruang tamu.
"Apa yang kau lakukan disitu?" ucapan itu berhasil menarikku dari alam bawah sadarku.
"Ahh..ii..iitu..sepertinya aku butuh bantuanmu....lagi!" ucapku dengan paksa. Knapa aku selalu bersikap se-menyedihkan ini di depan pria ini? ini benar-benar tidak adil!" protes dewi batinku.
"Setelah mengganggu istirahatku, mengataiku bodoh, kau masih berani meminta bantuanku? Bahkan kau belim mengucapkan terimakasih padaku untuk bantuanku tadi malam dan memilih mendebatku yang berakhir dengan kau mengataiku bodoh. Dan sekarang sepeeti tak ada apa-apa kai datang meminta pertolongan lagi? Come on Andrea, bahkan orang jahat sekalipun tau cara membalas kebaikan dari orang lain" ucap pria itu dengan pandangan mengejeknya. "Ya Tuhan..kenapa dia harus memiliki tatapan semenyebalkan itu!" ucap dewi batinku lagi. Tapi tak dapat kupungkiri yang dia katalan sedikit menyentil nuraniku.

"Aku tau aku salah, tapi ini sangat urgent Austin. Kau ingat pria tadi malam?? Ahh..si penguntit! Kau ingatkan?? Sekarang dia ada di depan. Bagaimana kalau nanti dia menculikku? Atau melakukan sesuatu yang aneh padaku."
"Itu bukan urusanku Andrea. Hak dia melakukan apapun untukmu bukan masalah yang penting untukku." ucap pria itu acuh tak acuh.
"Come on, Austin. Apa kau lupa pesan Dad padamu. Kau harus menjagaku. Bagaimana kau bisa menjaga kepercyaaan Dad sementara kau sama sekali tidak mau membantuku lepas dari pria penguntit itu!" ucapku memelas.
"Dad?? Wahh..kau sangat luar biasa, Andrea. Aku tidak pernah mengingat aku dan kau memiliki ayah yang sama! " ucap Austin dengan tatapan penuh ejekan.

"Setelah beberapa jam yang lalu kau menganggap dirimu sebagai wanitaku dan temanku, sekarang kau malah bertingkah seolah kau anak kedua dari ayahku?" Lanjut Austin lagi dan ucapannya itu berhasil membuatku menegang. Come on siapa yang tidak kesal dengan kalimat itu, apa dia pikir aku sangat menginginkan diriku jadi bagian dari keluarga Casalegno? Kalau bukan karena ayahnya yang memohon aku tinggal bersamanya aku tidak akan sudi, dan kalau bukan karena ayahnya juga yang memaksaku untuk memanggilnya Dad aku juga tidak ingin memanggilnya begitu.

Dengan tatapan penuh kekesalan dan tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi aku langsung berbalik keluar dari penthouse. Persetan dengan pria di belakangku yang masih memanggilku, dan persetan juga dengan pria penguntit yang ada di pintu utama bangunan ini.

" Okey Andrea..mungkin saatnya kau menunjukkan kemampuan beladirimu!" Ucapku pelan untuk menghibur diriku sendiri.
Sesaat sebelum pintu lift tertutup sebuah tangan terulur dan tak lama kemudian si pemilik tangan masuk. Tak peelu bertanya siapa pelakunya. Tentu saja si pemilik tangan adalah pria yang sedari tadi memanggilku, Austin. Kehadiran pria di sebelahku membuatku terdiam dan sama sekali tidak mau mengucapkan sepatah katapun. Aku sudah cukup lelah berdebat dengan pria itu sepagi ini. Walau aku melihat sesekali pria itu menoleh ke arahku, namun tak sepatah katapun kata terucap dari pria itu. Hening...hingga bunyi pertanda lift telah tiba di lantai tujuan kami telah datang.

Seperti yang ada dalam bayanganku pria itu masih setia  berdiri di depan mobilnya hal itu membuatku yakin bahwa akulah orang yang ditunggunya. Setelah pintu otomatis terbuka pria itu mengangkat wajahnya dan tersenyum ke arahku. Nah..nah..kalian lihat? Dia memang menungguku kenapa dia tersenyum padaku? Akupun berlalu begitu saja dan berusaha menjauh secepat yang aku bisa, aku berusaha untuk berpura-pura tidak terpengaruh pada kehadiran pria itu dan pria yang baru saja melewatiku.

"Annie...!" teriak pria baru 2 langkah aku lewati.
Panggilan itu membuatku saraf dalam tubuhku berhenti bekerja dan mematung. Jantungku berpacu lebih cepat hanya dengan 1 kata yang diucapkan pria di belakangku. Saat aku hendak memutar tubuhku sebuah tangan menarik tubuhku dan memaksaku masuk ke dalam mobil yang membuatku terkejut setengah mati.

"Kau mau kemana? Aku akan mengantarmu." Ucap pria itu yang kemudian menyadarkanku bahwa mobil telah bergerak. Aku menatap pria di sampingku tak percaya.

"Kenapa menatapku seperti itu?"
"Aku merasa kalau baru saja aku jadi korban penculikan!"ucapku menatapnya kesal.
"Aku tak sebodoh itu menculikmu sayang. Menculik orang seperyimu terlalu merepotkan!"ucap pria sembari terkekeh. Andrea tak mampu menahan untuk tidak mendengus saat mendengar jawaban dan tawa ejekan dari Austin. Namin dengusan itu hanya berlangsung sesaat saja, karena selanjutnya Andrea tampak bingung merangkai kejadian yang baru saja dialaminya.

"Siapa pria itu? Apa dia mengenaliku? Kenapa dia tau nama kecilku? pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalaku seraya mengingat-ingat memori masa laluku. Dan terkutuklah aku yang terlahir begitu payah dalam mengingat nama dan wajah orang lain. Hingga saat kejadian seperti ini terjadi, aku sama sekali tak memiliki petunjuk apa-apa tentang identitas pria itu. Khayalanku terhenti seiring dengan teriakan pria di sebelahku.
"Hahh...ada apa?" ucapku menatap pria itu datar.

"Aku dari tadi bertanya kau mau kemana? aku akan mengantarkanmu!"
"Ahhh..tidak perlu Austin. Turunkan aku di depan saja. Aku akan naik taksi!"
"Berhenti membantah Andrea? Aku tidak suka kau selalu saja membantah setiap ucapanku. Sepertinya tadi kau benar, aku tidak mengecewakan Dad hanya perkara keselamatanmu . jadi Cepat katakan kau mau kemana?"
"Aku mau ke bandara. Sahabatku akan berangkat ke New York sejam lagi!"

Austin POV

Aku benar-benar tidak menyukai diriku yang sekarang ini. entah kenapa diriku yang sekarang terlalu mengurusi urusan wanita ini. Dan bahkan sekarang dengan sadar aku menawarkan diriku sendirir sebagai pengawal merangkap supir buat wanita ini. Ini benar-benar bukan diriku. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku kalau aku tidak menyukai ada pria yang mendekatinya apalagi pria yang sangat mengancam keselamatannya. Walaupun wanita ini bar-bar tetap saja dia seorang wanita. Taukan sebar-bar apapun wanita tetap saja dia kalah kuat dengan tenaga seorang pria dewasa. Jadi saat ini aku sangat bingung apakah hal ini wajar atau tidak  untuk aku lakukan. Meskipun sebagian dari hatiku berteriak ini snagat tidak wajar, tapi tetap saja aku ingin melakukan ini untuk gadis di sebelahku. Dan memastikan gadis itu aman.

To be continued.....

My Glorious AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang