Part 21

2.4K 60 5
                                    

~~~~~

"Aku baru tahu jika dua orang pria dewasa itu berdebat yang tercipta itu bukan ketegangan tapi kekonyolan!"desah Andrea menatap pria yang sedang sibuk mengawasi pekerjanya dan detik itu juga perhatian si pria tertuju sepenuhnya ke arah wanita yang secara terang-terangan menyindirnya.
"Yah..terkadang kami pria dewasa juga butuh menghibur diri dengan bertingkah konyol. Sekadar mengingatkan pada dunia saja bahwa kami dulu pernah jadi anak kecil!" ucap pria itu santai.

Tentu saja ucapan itu hanya ada di bibirnya saja karena sedikitpun hatinya tidak menyetujui apa yang baru saja diucapkannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi kenapa kau dan Austin bersikap konyol tadi?" selidik gadis itu menatap manik hijau terang milik Adams. "entahlah!" ucap pria itu mengangkat bahunya acuh tak acuh.
" Yang aku tahu Pria itu sedang melarangku membawamu dari sini. Dia pikir dia siapa?" kesal pria itu yang lagi yang memancing tawa dari bibir Andrea.

"Andreaa..jujur padaku?? Apa yang dikatakan pria itu benar? Kalian pernah...ber..ciuman...saaangat PANAS?" selidik pria itu memicingkan sebelah matanya ke arah wanita yang sedang diselidikinya.
"A..Adams..pertanyaan a..paan itu?" ucap gadis itu yang sedang berusaha menutupi kegugupannya. dan hal itu semakin menarik perhatian pria itu dan semakin memicingkan matanya pada Andrea.

"JANGAN MENATAPKU SEPERTI ITU!!"umpat gadis itu sebal.

"Kami tidak pernah berciuman, dia yang menciumku!!" bela gadis iu dan menatap manik hijau itu menantang namun tetap saja ada kobaran keraguan pada manik coklatnya.
"Bahkan kau sendiri tidak yakin dengan jawabanmu, sayang!" kekeh pria itu semakin menyudutkan Andrea.
"Adams berhenti menginterogasiku. Aku dan pria itu tidak pernah berciuman dia yang menciumku!" bela Andrea menantang Adams dan tentu saja Adams hanya bisa tertawa.
"Lalu apa bedanya?" lirih Adams tanpa menghilangkan tatapan penuh selidiknya dari Andrea.
"Te...Tentu saja berbeda. Berciuman itu dilakukan oleh dua belah pihak kalau mencium itu hanya 1 pihak saja. Dan yang dilakukan pria mesum itu hanya 1 pihak. Hal dasar seperti itu saja kau masih bertanya padaku? Bagaimana bisa kau mengurus perusahan besar kalau itu saja kau tak tau!"umpat Andrea pada Adams yang dibalas dengan tawa dari pria itu. Tawa yangbseolah-olah sedang mengejeknya karena merasa tidak yakin dengan ucapannya sendiri.
"Terus tadi kenapa kau mengaku-ngaku kalau kau sering menciumku?" kini giliran Andrea yang memicingkan mata pada pria itu.
"Aku tidak mengaku-ngaku. Apa kau berharap ciuman dengannya adalah ciuman pertamamu? Jika itu benar maka maaf kalau keinginanmu tak terkabulkan!" ucap pria itu dengan santai.

"Siapa yang mengharapkan itu? Jadi kenapa kau bilang begitu?" desak Andrea tak sabar mendengar jawaban dari Adams.
"Kau lupa? Dulu dari kau kecil aku selalu mencium bibirmu sebagai ucapan selamat datang, selamat malam. Ahh..ternyata bukan cuma aku saja dad juga!" jawab pria itu menerawang yang seolah-olah sedang membayangkan moment itu dan tentu saja jawab itu mengundang api kesal di manik coklat Andrea.
"Apa kau sedang bercanda? kau melakukannya saat aku bayi dan saat aku masih kecil dan kau menyebutnya ciuman?" keluh Andrea yang merasa aneh dengan sikap kakak angkatnya itu.
"Lalu itu kau sebut apa? sentuhan dari bibir ke bibir itu terlepas dari usia dan kondisi apapun itu namanya ciuman, sayang!" jelas pria itu mengetuk-ngetuk kepala Andrea masih tetap tersenyum jahil.
"Baiklah..terserah kau saja berkesimpulan bagaimana tuan Adams!" pasrah Andrea  mengalah pada kekeraskepalaan pria di seberangnya itu yang dibalas dengan senyuman manis dari pria itu."Ya Tuhan..kenapa aku harus dihadapkan dengan orang-orang keras kepala  seperti mereka ini! Pertama Kent, Sam, lanjut ke Austin dan sekarang Adamspun terdeteksi mengikuti jejak ketiga makhluk menyebalkan itu." sungut Andrea dalam hatinya seraya memijat-mijat keningnya.

Austin POV

Aku tidak pernah merasa sekesal ini sebelumnya.  Pria itu berhasilkan membangunkan iblis dalam diriku. Astagaa!! Apa yang aku lakukan dengan ruangan ini?" batinku kaget menyadari bentuk ruangan yang sedari tadi kujadikan sebagai pelampiasan kekesalanku. "hahaha..kau benar-benar sudah kehilangan akalmu Austin! Ini bukan dirimu!" ucap Austin memperingati dirinya sendiri dan memulai merapikan ruangan itu. Yah walaupun bergelimangan harta dan sibuk pria itu selalu merapikan kamarnya sendiri. Kenapa? Karena menurut dia kamar dan ruangan yang saat ini di tempatinya adalah wilayah privacynya jadi dia tidak akan pernah mengizinkan siapapun menyentuh apapun yang ada di dalam sana. OB kantor hanya membersihkan hingga ruangan kantornya namun untuk bilik di dalam ruangan itu dia tidak pernah memberikan izin pada siapapun untuk masuk di batas teritorialnya begitu juga di rumah maupun di penthouse. 15 menit berkutat dengan barang-barang yang berserakan di kamar itu Austin selesai mengembalikan kamar itu ke bentuk semulanya. Ternyata pekerjaan itu cukup membantunya untuk mengurangi kekesalannya. Aku melangkahkan kakiku kembali ke ruangan kerjaku. Sepertinya sangat tdak keren apabila saya terlalu berlarut-larut dengan kejadian menyebalkan tadi pagi. Whatever..terserah wanita itu mau kemana. Itu bukan urusanku. Tapi jangan kira aku telah melupakan niat utamaku padanya. bahkan dia di ujung duniapun aku akan tetap mengejarnya hanya untuk menidurinya. Kalimat itu terpatri dalam benak pria itu yang tanpa sadar kini menciptakan smirk nakal di wajah itu.

Ketukan di pintu ruangannya menarik fokus pria itu dan menunggu wujud yang akan muncul dari balik pintu itu. Namun setelah mengetahui pemilik tubuh orang yang dibalik pintunya dia kembali memusatkan perhatiannya pada kertas yang sedari tadi ditekuninya.
"Permisi Pak, pimpinan dari ELC sudah tiba di ruang rapat!"ucap Claire kepada pria yang menatap kertas di hadapannya. Dan tanpa menjawab apa-apa lagi Austin bangkit dan melangkahkan kakinya ke arah ruang rapat yang diikuti oleh Claire di belakangnya.

Decitan pintu masuk menarik perhatian semua penghuni ruangan luas itu. Dan sebelum orang yang di balik pintu tersebut menunjukkan wajahnya seluruh orang yang ada di ruangan itu kini berdiri menyambut orang penting dipertemuan ini. 

Austin berjalan dengan angkuhnya menuju tempat duduk yang disediakan khususnya. Tanpa menatap wajah yang telah menunggunya sedari tadi dia langsung berucap," Maaf untuk keterlam...!" Kalimat itu tak berlanjut lagi setelah mengetahui orang yang akan bekerja dengan perusahaannya. dan orang yang ditatapnya dengan tajam hanya memasang wajah datar tampak tak kaget sedikitpun dengan calon koleganya itu.
"Anthonie...batalkan rapat ini. Dan batalkan rencana kerja sama perusahaan kita dengan ELC corporation!" ucap pria itu dingin masih menatap pria di seberangnya. yahh...dia adalah pria yang sedari tadi pagi mengusik ketentramannya, membawa Andrea, dan dengan tak tahu malunya belum genap 24 jam dia bertingakah dia berani menunjukkan wajah buruk rupanya itu dihadapanku? Jangan kira dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan!

"Tapi, Tuan..
"Aku bosnya, Anthonie! Jangan membantah!! Jika aku bilang batalkan, kau harus menurut. Bubarkan pertemuan ini detik ini juga!" ucap pria itu dingin yang hanya dibalas oleh kediaman dari seluruh penghuni ruangan. Setelah mengucapkan kalimat itu, Austin bangkit dari kursinya dan sebelum tangannya membuka pintu decakan dari pria yang dimusuhinya mengusik ketenangannya (lagi).

"Cihhh..kekanakan sekali! Aku benar-benar tidak tahu bahwa pemimpin dari perusahaan sebesar ini adalah seorang yang sangat tidak profesional. Jika seperti ini aku bisa jamin dalam sekejap mata perusahaan ini akan hancur!" ucap pria bermata hijau itu dengan nada meremehkan andalannya.
"Terimakasih sudah ikut serta memikirkan perusahaan kami, Tuan..Ahh..tuan siapa anda?" ucap Austin seraya membolak-balikkan business plan yang ada ditangannya. Aaron Smith?? Cliffton Adams?? Whatever..aku tidak peduli apapun itu. Yang jelas perusahaanku tidak akan bangkrut hanya karena perusahaanmu itu, Tuan. jadi hentikan kekhawatiranmu itu karena itu tidak akan pernah terjadi!" 

Siapapun yang mendengar kalimat itu tentu tau bahwa pria yang baru saja mengatakan kalimat itu terlalu percaya diri. percaya diri atau angkuh? Hanya kedua hal itulah yang tersisa saat ini dibenak setiap orang disana. dan Austin?? Dia bahkan tidak ingin memperpanjang waktunya menatap wajah itu jadi setelah mengucapkan kalimat dia kembali ke ruangannya.

"Maafkan kami, Tuan atas ketidaknyamanan ini. Kami tidak dapat melakukan apa-apa!" ucap Anthonie membungkukkan tubuhnya ke arah Cliffto.
"Tidak masalah Mr. Anthone. baiklah..saya rasa kami harus kembali ke perusahaan kami!"
"Apa kau dan putra tunggal keluarga Casalegno terlibat dalam suatu masalah? Kenapa dia begitu antipati melihatmu?" Ucap pria yang dari tadi berada di samping Cliffton.
"Tak ada alasan lain untuk pria berkelahi kecuali masalah wanita!" ucap Cliffton santai diikuti smirknya. Sementara sipenanya hanya menggeleng kepalanya berkali-kali seolah memberi tanda bahwa dia benar-benar tidak habis pikir dengan alasan konyol tersebut.
Namun seketika dia tersadar,"Sejak kapan  Cliffton dekat dengan wanita? Wanita yang ada kaitannya dengan Austin Casalegno lagi. Bukankah itu sedikit mustahil??" Namun tentu saja pertamyaam itu hanya dibiarkannya berteriak di dalam pikirannya saja. Masih banyak waktu untuk menanyakan hal sepribadi itu. Dan tentu saja tidak saat ini  saat jam kerja masih belum usai.

~~~~

To be continued.....

My Glorious AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang