Maaf untuk segala Typo
Andrea POVSaat ini aku dan ketiga pengawal utusan Austin berada di lift. Tak sampai 1 menit pintu lift terbuka menandakan bahwa lantai tujuan kami sudah tiba.
" Silahkan Miss Andrea. Ini akses masuk anda dan ini kamar anda! Jika anda membutuhkan sesuatu anda bisa menekan angka 2 nanti pelayan khusus rumah ini akan datang. Dan jika ada sesuatu yang terjadi anda tinggal menekan angka 1. Itu angka untu memanggil saya. Apakah anda mengerti Miss?" ucap Anthonie dengan tegas tanpa menghilangkan aksen ramahnya.
Aku hanya menganggukkan kepalaku menjawab pertanyaan dari Anthonie.
"Jika anda keluar anda bisa menekan angka 9 dan driver akan menunggu anda di depan. Dan satu lagi Miss anda bisa masuk kemana saja tapi jangan memasuki kamar di sebelah anda, karena itu kamar khusus untuk Mr. Casalegno."
Aku hanya mengangguk mengerti mendengar penjelasan dari Anthonie. " baiklah Miss, kami harus kembali ke kantor. Permisi, Miss." Kata pria itu sopan
"Terimakasih, Anthonie". teriakku tersenyum sembari mengakhiri penjelajahan mataku ke sudut ruangan ini.
Sepeninggal Anthonie aku memutuskan untuk berkelana mengelilingi penthouse ini. Ya sangat wajar, berhubung saya akan tinggal disini. Aku mulai melangkahkan kakiku. Penthouse ini benar-benar luar biasa.
Author POV
Gadis cantik itu mengelilingi penthouse itu dengan semangat dan tak jarang juga gadis itu berdecak kagum melihat furniture-furniture yang memanjakan matanya. Yah..Andrea adalah wanita yang sangat menyukai keindahan. Namun, tanpa diduga Andrea berhenti dan memerhatikan foto di depannya. Dia memperhatikan gambar itu dalam diam. Sesaat setelah melihat foto tersebut, punggung Andrea bergetar menandakan bahwa gadis itu sekarang menangis, menangisi foto yang disana.
"Dad...inikah harga untuk kepergianmu? Kenapa kau begitu tega dad meninggalkan Andrea? dad taukan dad adalah satu-satunya keluarga Andrea? Dad kenapa dad mau menukar nyawa dad dengan harta sialan ini? Aku tidak membutuhkan ini semua dad, aku tidak butuh naik jet pribadi, aku tidak butuh tinggal di penthouse mewah ini asalkan dad kembali. Apakah dad melakukan itu karna Andrea? Apakah dad tidak menyayangiku lagi? Atau apakah ini semua karena ucapan Andrea? Dad..maafin Andrea..Andrea bersalah..aku mohon kembalilah dad, maafkan Andrea dad. Kembalilah dad..Andrea mohon...!"
Andrea menangis histeris di hadapan figura itu sembari memegang dadanya seakan menahan rasa sesak di dadanya.
TING!!
Suara lift menghetikan aktifitas wanita itu dengan kasar wanita mengusap kedua matanya dengan punggung tangannya dan menggigit bibirnya menahan tangisan yang terpaksa harus dihentikan Andrea.
Andrea berbalik memutuskan pergi ke kamarnya namun saat Andrea melangkah sepasang sepatu telah berrdiri dihadapannya. Wanita itu menahan diri untuk tidak menatap ke wajah pemilik sepatu itu.
Austin POV
Hari ini aku ke kantor hanya untuk sekedar memperkenalkan diriku sebagai direktur utama. Sebenarnya aku tidak masalah jika harus langsung bekerja saat ini juga tapi dad menyuruhku untuk membawa Andrea mengelilingi universitasnya. Astaga..apakah aku dimanfaatkan dadku sendiri sebagai pengasuh bayi besar ini? Dengan berat hati aku pulang ke penthouse bisa kubayangkan pasti dia sedang bersenang-senang disana. Kalian masih ingat bukan gimana tingkahnya bila tuan rumah tidak ada? Mengangkat kedua kakinya di meja, tangan kiri memegang remote dan tangan kanannya memegang makanan. Nah itulah Andrea. Jarak kantorku ke penthouse sangatlah dekat, hanya dibutuhkan waktu 15 menit jika kalian jalan kaki dan jika naik mobil seperti mobilku tidak sampai 5 menit kamu sudah bisa sampai di penthouse.
TING!!
Akhirnya sampai di penthouseku juga. Kenapa penthouse ini sepi? Sementara ada gadis barbar disini? Aku terus berjalan memasuki penthouse. Yapp..itu dia si wanita barbar. Apa yang dia lakukan kenapa dia duduk di lantai. Keanehan apa lagi yang dilakukan gadis ini? Wanita itu bangkit dari posisinya sementara aku mendekat. 3 langkah sebelum aku sejajar dengan gadis itu aku berhenti dengan apa yang kulihat . Gadis itu menangis.Aku yakin gadis itu menangis lihat saja punggungnya bergetar. Tapi menagisi apa?
Dia berbalik namun kemudian terdiam. Aku yakin dia menyadari kedatanganku. Aku benar-benar bingung sekarang. Apa yang harus kulakukan sekarang? Ingin rasanya merengkuh tubuhnya ke dalam dekapanku tapi itu bukan gayaku sama sekali. Itu sama saja dengan menjatuhkan harga diriku dan menjatuhkan pamorku sebagai pria dingin nan keren.
Wanita itu sama sekali tidak mau mengangkat wajahnya aku tau dia pasti malu menunjukkan wajahnya. Sudah kuputuskan pa yang akan ku lakukan.
Dengan satu tarikan nafas aku berkata," Andrea..cepatlah bersiap-siap, karena kita akan ke universitasmu. Tanpa menunggu jawaban darinya aku memutar tubuhku dan meninggalkannya. Setidaknya itu yang bisa ku lakukan sekarang jika tidak bisa menenangnkan hati wanita itu setidaknya aku tidak membuatnya malu tertangkap basah menangis bak anak kecil di penthouseku. Itulah keputusanku berpura-pura tidak tau bahwa wanita itu menangis. Tapi sampai saat ini aku masih bingung, apa yang ditangisi wanita itu? Hantu??
Demi Tuhan..wanita sebarbar Andrea takut makhluk yang bahkan masih dipertanyakan keberadaannya?
Saat aku melihat gadis itu menjauh dari tempatnya semula aku mendekat dan pada akhirnya aku menyadari alasan gadis itu menangis. Bukan hantu sepeeti yang aku katakan sebelumnya, tapi orang yang figuranya tergantung di dinding ini. Aku bahkan baru sadar ada figura seperti itu di penthouse ini.
Aku tak bisa berbuat apa selain hanya terdiam dan sedikit merasa bersalah pada gadis itu. Namun, detik itu aku menepis perasaan itu.
"Tak ada yang menginginkan kecelakaan itu terjadi, Austin!" Ucapku mengingatkan diriku sendiri agar tidak terlalu emosional dengan kejadian itu. Akupun berjalan menuju pantry, meneguk segelas air secara langsung untuk menghilangkan dahaga yang sebenarnya tak kurasakan sama sekali.End of part 8
KAMU SEDANG MEMBACA
My Glorious Angel
Romance"Kenapa?? Apakah kau akan menciumku lagi?" Kata Andrea menatap tajam ke arah pria itu. Namun pria itu hanya tersenyum sinis. " Dengar ya Tuan Austin mesum yang terhormat, jangan kira anda bisa menyentuhku lagi!! Tidakkk dalam satu kesempatanpun!! Uc...