Part 28

25 2 0
                                    

Sudah hampir lima menit kami  duduk disini, namun tak sepatah katapun terucap dari Logan. Aku  bangkit dari tempat dudukku dan berpindah ke balkon dan menatap pemandangan kota dari ketinggian. Aku menangkap pergerakan pria itu mendekat ke arahku.

"Apa Austin yang memberi tahumu?" Ucap  Logan membuka diskusi.

"Austin? Apa kau pikir pria seperti Austin akan membongkar kelemahan temannya pada orang yang tak ada urusannya sama sekali denganmu?"

"Lalu kau tau darimana? Kau nggak mungkin tau hanya dengan tatapan mata saja dan ini masih pertemuan pertama kita?". Aku bisa melihat jelas tatapan curiga dari pria itu.

"Kata orang hal termudah untuk mengetahui isi hati orang lain adalah dengan menatap matanya. Makanya mata itu sering disebut sebagai jendela dari hati!"ucapku terjeda sesaat.

"Kau mau dengar fakta menarik?" Ucapku pada Logan yang mendapatkan perhatian sepenihnya daei pria itu.

"Diantara semua orang yang kutemui sejauh ini, sorotan matamu paling lain dan mudah terbaca. Kau tertawa, tersenyum, dan bercerita layaknya orang lain tapi tidak dengan matamu."

"Maka dari itu tadi kau menatapku dengan intens?" Ucapnya lagi yang kubalas dengan anggukan. 

"Kalau begitu kau pasti sudah tau kan alasan kenapa aku seperti ini?"ucap Logan menatapku dengan senyum. Senyum penuh luka. 

"Aku hanya bisa menilai suasana hati manusia, bukan membaca pikiran. Jadi kalau kau tanya aku tau atau tidak. Tentu saja jawabannya tidak!"

"Logan..aku tidak mengharapkanmu untuk bercerita padaku. Karena aku tau membuka luka itu sangat sulit dan berat!" Ucapku emnatap Logan sekilas dan kemudian mengembalikan pandanganku ke arah gemerlap kota Chicago dari bangunan tertinggi di Chicago saat ini.

"Kata orang luka jika dibagi pada orang lain, maka sang luka akan berkurang sebesar kau membagikannya pada orang. Itu memang benar, tapi tidak berlaku untuk semua. Kau akan mengalami bebanmu semakin ringan saat kau bercerita ke tempat yang tepat. Dan ada kalanya saat kau bercerita pada orang yang salah lukamu akan semakin bertambah. Jadi kau harus benar-benar selektif. Tak semua orang bisa diajak berbagi luka!"ucapku saat melihat pria itu masih terdiam.

"Kau benar-benar terdengar sangat dewasa untuk usiamu yang aku yakin masih belasan!"ucap Logan menyandarkan tubuhnya di pagar pembatas balkon.

"Mmm...keadaan memaksaku untuk dewasa. Kau tau, saat aku tau kepekaanku terhadap ornag lain jauh di atas rata-rata orang normal aku mulai membaca buku motivasi  quotes-quotes menarik. Karena kata Ayah, disaat terpuruk  bahkan hanya satu katapun bisa menyelamatkan nyawa manusia. Jadi aku berusaha membekali dariku dnegan kalimat-kalimat indah yang tertulis snagat banyak di google dan buku karena aku tidak tau orang seperti apa yang akan aku temui setiap harinya.

"Apa aku bisa berbagi denganmu?" Ucap Logan menatapku lagi.
"Kau percaya padaku?"ucapku pada pria itu yang diangguki pria itu.

"Waktu itu aku masih berusia 8 tahun. Malam itu seperti biasanya setelah menyelesaikan pekerjaan rumahku aku akan ke kamar untuk tidur. Tapi malam itu berbeda saat pria itu masuk ke kamar dan tidur di sebelahku. Awalnya aku merasa biasa saja tapi perlahan-lahan pria itu menyentuh tubuhku dimana-mana. Aku benar-benar takut  dan kesakitan saat itu tapi disatu sisi aku merasa pria yang merupakan ayahku tidak mungkin berbuat jahat padaku!" Aku bisa menangkap getar dalam tiap kalimat yang di ucapkan pria itu.

" Saat itu aku berpikir mungkin hal itu adalah hal yang normal terjadi antara seorang anak dan ayah. Namun aku tidak bisa bertahan, tubuhku benar-benar sakit saat itu. Aku bahkan tak tahu kapan dia berhenti pada saat itu. Karena keesokan harinya aku setelah bangun aku emndapati diriku susah bergerak, dan merasakan sakit yang amat sangat menyiksa. Bahkan untuk terbangunpun rasanya sangat susah!"ucap pria itu yang kelihatan begitu bersusah payah menyusun dan merangkai tiap kalimat yang berhasil keluar dari bibirnya.

My Glorious AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang