Part 20

2.1K 74 2
                                    

Austin POV

Aku melangkahkan kakiku secepat yang bisa. Shit!! Untuk pertama kalinya aku terlambat ke kantor, 10 menit lagi rapat akan dimulai dan aku masih disibukkan dengan memilih setelan yang akan aku pakai.

Dengan kecepatan semaksimal yang aku bisa, aku mengenakan setelan, dasi serta jam tangan secepat yang aku bisa. San dengan seyengah berlari aku keluar dari penthouse, sesekali aku tak dapat menahan diriku untuk tidak menatap jam tangan di tanganku memastikan aku masih bisa sampai di kantor seblum rapat benar-benar dimulai.

  Sesaat sebelum aku membuka pintu mobilku sebuah suara menghentikan aktivitasku. Bukan karena suara itu memangilku atau mencibirku. 

Tanpa berpikir panjang , aku langsung merogoh handphoneku  menghubungi sesorang "Anthonie, gantikan aku di pertemuan, aku ada urusan penting lainnya!" ucapku dengan 1 tarikan nafas memastikan pria itu mendengarmya. Setelah menyelesaikan satu kalimat itu aku bergegas mengejar pemilik suara yang beberapa menit lalu menghentikan aktivitasku. Aku harus memastikan apa yang aku dengar tadi.

Setelah berhasil menemukan pria itu aku langsung melangkah mendekatinya yang sedang sibuk berbicara dengan resepsionis. "Apa yang anda lakukan disini? Dan kau, apa kau tau peraturan disini? Kau tidak boleh sembarangan memberikan informasi kepada orang asing! Mau kupecat?" ucapku tajam kepada resepsionis dan dibalas dengan tundukan kepala darinya.
"Maaf, Tuan. Tapi nona Andrea yang menyuruh saya untuk memberikan akses ke penthousenya."
"Andrea? " Sialan apa ini yang dilakukan gadis itu saat aku pergi? Membawa pria ke penthouseku?" Ucapku dalam hati. Pemikiran itu secara otomatis membangkitkan anarah dalam diriku. Demi Tuhan au tidak bisa membayangkan selama aku di kantor ternyata penthouse ku didatangi pria asing.

"Kenapa Anda masih disini? Apa aku harus memanggil security untuk melemparmu dari bangunan ini?" ucapku tajam kepada pria disebelahku berusaha mengintimidasi dirinya. Okey..tak seperti biasanya kali ini aku sangat bangga dengan diriku sendiri yang menyadari aku lebih tinggi dari pria ini.
"Tidakkah anda terlalu ikut campur masalah Andrea, Tuan Casalegno yang terhormat? Saya kesini hanya untuk mengambil apa yang jadi milikku." kekehan dari pria itu terkesan sangat menjengkalkan di telingaku.
"Milikmu kau bilang? Tak ada satupun milikmu disini. Jadi pergilah!! ucapku mengibaskan tanganku berkali-kali memberikan kode agar pria itu segera pergi. namun, bukannya menurut lelaki itu tertawa sinis dan berkata," Saya rasa anda mengerti maksud saya, dan anda mengerti juga milik saya yang saya maksud tadi. Andrea. Andrea milik saya, dan saya akan mengambilnya sekarang juga. Aku sudah menjelaskannya, jadi saya mohon dengan sangat jangan mempersulit suasana Andrea akan tinggal bersama saya!" nada suara pria itu terkesan menajam dan mata hijau terangnya kelihatan berkilat, tapi tentu saja itu bukan sesuatu yang harus aku takutkan sekarang. dia pikir dia siapa mengambil Andrea sesuka hatinya dari genggamanku.

"Mengambil Andrea dariku? Jangan bermimpi, Tuan. kau bahkan tidak punya hak untuk melakukan itu."

"Kau berani bicara hak di hadapanku. Dibandingkan siapapun saya jauh lebih berhak atas Andrea. karena apa?? Karena aku calon suaminya. Jadi jangan merasa kau berhak atas Andrea tuan Casalegno. semenjak saya datang kembali kau telah kehilangan hak dan tanggung jawabmu. Aku akan mengambilnya kembali." ucap pria itu masih dengan tatapan angkuhnya." Calon suami?" sialan apa Andrea sudah punya calon suami.

Andrea POV

Yaampun kemana kak Adams sekarang? Kenapa dia sangat lama.Bukankah tadi dia bilang sudah sampai?  Sejak kapan waktu dari lantai bawah ke penthouse jadi selama ini. atau dia berbohong sudah sampai disini. Tapi tidak mungin, Cathrine bahkan sudah memberi tahuku bahwa pria itu sudah sampai. Apa ada masalah di bawah? Aku harus menyusulnya. aku langsung keluar dari lift dan mencari kak Adams.

  "Mengambil Andrea dariku? Jangan bermimpi, Tuan. kau bahkan tidak punya hak untuk melakukan itu

 "Kau berani bicara hak di hadapanku. Dibandingkan siapapun saya jauh lebih berhak atas Andrea. karena apa?? Karena aku calon suaminya. jadi jangan merasa kau berhak atas Andrea tuan Casalegno. semenjak saya datang kembali kau telah kehilangan hak dan tanggung jawabmu. Aku akan mengambilnya kembali."   

sayup-sayup suara itu terdengar sangat jelas di telingaku dan tentu saja kedua pria itu juga sudah aku temukan. Apa ku bilang pasti ada masalah. 
"Adams!!" kedua pria yang itu menoleh ke arahku di waktu yang bersamaan. 
"Annie sayang! Maafkan aku terlalu lama!" ucap pria itu mendekatiku dan mencium pipiku dan seketika itu juga aku syok apa-apaan dia? Apa dia sedang mencoba mencari masalah, atau ini caranya untuk meyakinkan pria di ujung sana. Dan yah benar, dia melakukan itu untuk meyakinkan pria disana atas pernyataan terakhirnya karena setelah mencium pipiku dia menatap Austin dengan tatapan meremehkan. Dan Austin kelihatan emosi.
"Jangan menyombongkan ciuman di pipi yang kau lakukan itu, Tuan. Bahkan kami pernah melakukan yang lebih. Kau bisa memberikan ciuman di pipi kepada setiap wanita yang kau temui, ciuman di pipi itu hal yang sangat lumrah di dunia ini. Bahkan anak kecil sekalipun melakukannya kepada temannya, kakaknya, ayahnya dan siapapun juga. Jangan menganggap kau luar biasa hanya dengan ciuman itu. Aku akan memberitahukan hal lebih apa yang sudah aku lakukan dengan Andrea. Aku dan Andrea pernah terlibat dalam ciuman yang panas. Sangat PANAS!!" ucap pria itu tersenyum penuh kemenangan. Dan saat ini juga aku ingin membunuh pria itu. Apa dia bilang ciuman panas! Tuan mesum sialan!" ucapku tertahan di ujung lidahku sementara Adams menatapku penuh selidik yang membuatku salah tingkah. Demi Tuhan haruskannkedua pria ini membahas ciuman di lobby seperti ini?
"Bukan cuma itu aku bahkan orang yang sudah mencuri ciuman petama dan kedua gadis itu!" tambah Austin lagi dengan penuh keangkuhan. Seolah dia telah memenangkan sebuah lotre berhadiah besar.
"Ya Tuhan..ada apa dengan pria ini? Keenapa dia begitu senang mempermainkanku?" rutukku dalam hati. Dan aku hanya bisa menatap pria itu kesal, mungkin jika saja tatapanku mengeluarkan peluru, pria itu akan mati tertembak detik ini juga.

"Kau terlalu naif, Tuan! Apa kau begitu yakin itu ciuman pertama dan kedua Andrea? Aku bahkan sudah melakukannya berkali-kali. Ahh..tunggu ku hitung!" ucap Adams berpura-pura mengingat dan menghitung.

"Jangan berpura-pura. aku tahu itu ciuman pertama Andrea! Kau pikir Andrea perempuan murahan ?" balas Austin lagi dengan seringaian kesalnya namun terdapat sesikit kemarahan di dalamnya.

"Sudah ku bilang jangan terlalu naif. 17 tahun dengan ciuman pertama apa itu normal bagimu?" ucap Adams lagi.

Kenapa mereka berdua jadi meributkan masalah ciuman pertamaku. Apa aku sekarang tidak terlihat di mata mereka berdua, kenapa mereka begitu asyik membicarakan orang yang jelas-jelas ada di hadapan mereka!" rutukku dalam hati.

"Mungkin kalau ku hitung ciuman darimu itu ciuman ke 24? 24 atau 26 ya? Aku tidak yakin. Tapi bisa aku pastikan lebih dari angka 24!"lanjut Adams lagi dengan raut kebingungan. Dan jawaban itu membuat Austin menggeram kesal. Sebelum pria itu mengeluarkan kalimat selanjutnya akupun berteriak, STOPPPP!! Kalian berdua apa-apaan membicarakan aku di depanku sendiri? Kalian pikir aku patung? Kalian sungguh kekanak-kanakan. Apa kalian tahu umur kalian lebih tua dariku dan kalian malah berdebat hal tak penting seperti itu?? Oh my God!!  kau Austin cepatlah pergi ke kantor dan kau Adams bantu aku mengambil barangku!" ucapan bossyku tidak langsung mendapat respon baik dari kedua pria itu. Aku bisa melihat jelas  tatapan aneh dari kedua pria itu seolah berkata," Kau siapa? Berani-beraninya kau memerintahku?".

Apa aku baru saja berakting bagaikan boss untuk kedua pria ini?" ucapku kemudian dalam hati. Setelah merenungkan kembali kalimatku akupun membekap mulutku sendiri dengan tanganku. "Andreaa..kau sungguh bodoh!" ucapku lagi dalam hatiku. tamatlah riwayatmu, Andrea?? ringisku.
Detik itu juga aku merasakan tanganku ditarik siapa lagi ini? Oh..Adams! Cepat tunjukkan penthouse tempatmu tinggal kita harus cepat minggat dari tempat terkutuk ini!" 
"Apa kau bilang, tempat terkutuk! kau yang terkutuk, sialan!" sayup-sayup suara itu hilang diterpa angin seiring dengan menjauhnya aku dan Adams.

To be continued.....



My Glorious AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang