Aku melangkahkan kakiku keluar dari mobil mewah hitam yang dari tadi kami tumpangi. Austin kini berada di sampingku dan tanpa permisi pria itu menarik tangan kananku dan menautkannya di lengan kirinya.
"Apapun yang terjadi jangan lepaskan tanganmu dari tanganku!"ucapnya penuh peringatan seraya menuntunku berjalan memasuki lift di gedung tersebut.
"Kok gitu?" Ucapku menatapnya dengan tatapan protes.
"Kau lupa peranmu disini sebagai partnerku? Dan satu lagi orang kaya itu punya hobby yang menjijikkan, terkadang untuk mencapai sebuah kesepakatanpun orang kaya harus melakukan hal-hal menjijikkan. Jadi jangan sampai kau terjebak di permainan mereka. Tetap di sampingku, kau aman! MENGERTI!!" Ucap pria itu yang membuatku bergidik ngeri namun langsung menganggukkan kepalaku.Jika orang kaya seperti itu, apakah itu artinya Austin juga melakukannya? Pemikiran itu mau tidak mau membuatku menatap pria itu curiga.
"Kenapa menatapku seperti itu?"ucap pria itu menaikkan sebelah alisnya.
"Apakah kau juga melakukan hal yang sama?" Ucapku yang dibalas dengan tatapan bingung darinya. Mau tak mau akupun memperjelas makna kalimatku.
"Tadi kau bilang orang kaya punya hobby menjijikkan bahkan untuk mencapai sebuah kesepakatan sekalipun. Kau juga melakukan hal seperti itu?"ucapku lagi yang sontak membuat pria itu tersenyum kecil lalu menjentikkan tangannya di keningku.
"Ahhh...kenapa kau malah menyentilku??" Ucapku tak terima.
"Aku perlu melakukan itu, agar kau berhenti berpikiran kotor tentangku!"ucap Austin namun tetap tertawa. Sementara Andrea masih sibuk mengelus dahinya yang kelihatan sedikit memerah."Aku kan hanya bertanya!"ucapku sembari mengerucutkan bibirku tidak terima. Pria itu terkekeh lagi lalu tanpa peringatan Austin kembali menarik tangan Andrea dan meletakkannya di tempat semula, bertautan dengan lengannya. Austin tidak dapat menahan senyum puasnya saat mendapati kedua lengan mereka kembali saling bertautan lagi. Sementara aku menatap heran pada Austin.
"Sejak kapan dia begitu murah hati mengumbar senyumnya?" Ucapku sembari menggrlrngkan kepala.Langkah kaki Austin begitu bersemangat memasuki ruangan, bahkan aku merasa kewalahan hanya untuk mensejajarkan langkah kakiku dengan pria itu.
"Austin.. !!"ucapku menahan lengannya yang membuat pria itu berhenti dan menatapku bingung.
"Kenapa?"
"Kau berniat membuat kakiku patah?" Ucapku penuh sarkas namun kemudian menatapnya penuh iba .
"Uppss..sorry!"ucap pria. Namun tak ada sedikitpun jejak penyesalan di raut wajahnya itu. Namun itu bukan masalah, karena setelahnya pria itu memilih untuk menyesuaikan langkahnya dengan langkah kakiku.
*********************************
Aku menyapukan pandanganku ke seluruh penjuru bangunan. Sesekali aku melihat orang-orang mencuri pandang ke arah kedatangan kami. Dan tak sedikit aku menangkap pandangan jengkel yang tertuju kepadaku. Orang-orang yang hadir di acara ini dapat kupastikan adalah orang yang setara dengan Austin. Terlihat jelas dengan pakaian serta aksesoris yang mereka kenakan.
"Lihat Austin sama siapa? Jangan bilang itu pacarnya?"
Seruan itu membuatku mengedarkan pandanganku ke arah sumber suara. Aku ingin tau tampang wanita yang mengatakan hal semustahil itu.
"Tidak mungkin! Austin mana mungkin pacaran dengan wanita senorak itu! Lihatlah gaunnya, sangat tidak berkelas. Aku bisa jamin Austin merasa malu dengan selera fashion wanita itu!" Ucap salah satu di antara mereka yang membuar moodku terjun bebas. Di dalam hati aku merutuki Austin yang memaksaku untuk memakai gaun aneh ini di acara semewah ini. Aku memang bukan dari kalangan orang kaya, tapi aku sangat tau cara menyesuaikan pakaian dengan jenis acaranya. Namun, kali ini keahlian fashionku benar-benar mengecewakan dan itu semua karena Austin.
"Tidak usah didengarkan, kau jauh lebih cantik dari mereka!" Ucap Austin tiba-tiba, dan kubalas dengan tatapan sinis andalanku. Tentu saja aku tidak percaya dengan kalimat bualan pria itu.
"Pembual!" Ucapku tajam menjawab komentar pria itu. Sementara Austin mengedikkan bahunya mendengar ucapan tajam dari partner disebelahnya.Tak jauh dari depan kami, segerombolan pria seumuran Austin terlihat melambaikan tangannya ke arah kami.
"Woww...gandengan baru. Kau ketemu gadis secantik ini dari mana?" Ucap salah satu dari mereka dan mendekat ke arahku.
"Jangan menyentuhnya!"ucap Austin tajam sebelum sang pria mendaratkan tangannya di bahuku.
Sekilas aku menangkap ada tatapan kaget dari si pria yang hanya berjarak beberapa centi dariku namun dengan profesional menghilangkannya dalam hitungan detik.
"Duduk!" Ucap Austin menarik kursi di sebelahnya untukku.
"Austin aku pergi sebentar!"ucapku akhirnya saat melihat aksi tatap-tatapan dari segerombolan pria di meja kami.
"Mau kemana?" Ucap pria itu menatapku penuh selidik.
"Aku haus!" Ycapku tanpa berbohong sama sekali.
"Minum ini saja!" Ucap pria di sebelah kiriku menyerahkan segelas cairan berwarna putih ke depanku yang disingkirkan Austin begitu saja dan menatap tajam ke arah temannya. Tentu saja tatapan itu sangat disadari oleh ketiga pria yang berada di meja ini sebelumnya.
Saat Austin sednag sibuk berbicara dengan pelayan yang baru saja dipanggilnya ketiga orang di swkitar kami saling melempar kode. Aku hanya menatap geli ke arah mereka bertiga yang kelihatan begitu tertekan batin dnegan perilaku dominan Austin.
"Kau tidak berniat mengenalkannya pada kami?" Ucap pria ketiga setelah sang pelayan pergi meninggalkan meja kami.
"Andrea ini ketiga temanku, yang di sebelahmu namanya Logan, di sebelahnya ada Jason, dan yang ini Leon! Dan ini Andrea ..hmmm...ke...kekasihku!"ucap Austin santai yang membuatku syok namun lagi dan lagi aku tak bisa melakukan apa-apa selain melempar senyum ramah pada 3 kepala di depanku. Untuk saat ini kau ku maafkan!"ucapku dalam hati.
Pelayan menghampiri kami dengan 2 gelas cairan berwarna kuning dan putih di nampannya.
Aku menatap tak percaya kepada pria di sebelahku yang meneguk kedua minuman itu sesaat setelah sang pelayan meletakkannya.
"Itu minumannya bukannya buat aku, yang ngeluh haus kan aku!" Ucapku dalam hati.
"Aman..!" Ucap pria itu dan menggeser kedua gelas berwarna kuning dan putih itu kenhadapnku yang menbuatku bingung. Bukan hanya aku, bahkan ketiga pria disutupun menatap Austin heran. Seakan menyadari tatapan penuh tanya dariku pria itu menjawab dengan santai.
"Ini air mineral, dan yang ini jus jeruk!" Ucap pria itu menunjuk satu persatu gelas. "Aku hanya memastikan, minuman itu aman dari alkohol. Kau masih terlalu kecil untuk berkenalan dnegan alkohol!" Lanjut Austin lagi tidak ambil pusing dwngan tatapan penuh tanya dari ketiga pria di sekitarnya.
"Ohhh...terimakasih!" Ucapku paham lalu meminum air mineral di hadapanku. Dan setelah itu keempat pria itu terlihat sangat sibuk membicarakan hal-hal tak ku mengerti. Dari berbicara soal bisnis, club hingga wanita. Aku hanya memilih diam melihat keempat pria itu berbica dan sesekali tertawa.Sepertinya wujudku saat ini berubah menjadi tak kasat mata di antara ke empat pria itu!
"Andrea..kau bekerja dimana? Apakah di kantor Austin?" Ucap pria yang aku ingat namanya adalah Jason.
"Aku tidak bekerja, aku masih kuliah!"
"Wahhh...seorang pelajar hehh?? Ucap ketiga pria itu kelihatan terkejut.
"Lalu kau kenal Austin darimana?"ucap Jason lagi penasaran.
"Dia bos dri ayahku!" Ucapku sesingkat mungkin.
"Wahh...seorang putri bawahan yang mau merangkak naik ke kehidupan sosialita majikannya!" Ucap Leon menatapku remeh.
Ucapan itu membuatku tak dapat menghemtikan tatapan tajamku dari pria berkulit putih dan berambut perak itu.
"Jangan mulai Leon!" Ucap Austin penuh peringatan yang begitu paham dengan otak sahabat sekaligus rekan kerjanya itu.
"Ohh come on Austin, kau jangan bodoh. Kau mau saja dibodohi putri pelayanmu sendiri. Semua orang tau jelas apa yang dia inginkan!" Ucap Leon lagi dengan sinis.
"Wanita seperti ini tidak...!"
BYURRR...
Segelas jus jeruk yang sedari tadi digenggamanku kini telah berpindah ke wajah pria berambut perak itu. Ketiga pria di sekitarku terkejut melihat aksi live yang baru saja terjadi. Ohh sepertinya salah..bukan 3 tapi berempat. Karena wajah si pria berambut perak itupun tak kalah kaget sesaat setelah air jeruk itu berhasil mendarat di wajah dan rambutnya.
Hening...aksiku berhasil membuat obrolan di meja kami menjadi hening.
"KAUUU...!!" ucap Leon geram. Aku sama sekali tak ambil pusing dnegan geraman pria itu. Salah sendiri kenapa mulutnya begitu kotor.
"Aku masih punya air mineral, barangkali kau butuh untuk membersihkan noda jeruk di bajumu!" Ucapku pada pria itu dan pria itu menatapku tak percaya.
Sementara ketiga pria di sekitar kami malah tak melakukan apa-apa. Apakah mereka akan tetap seacuh itu apabila kami bertengkar disini? Kenapa tak ada tanda-tanda dari emreka bertiga untuk menengahi pertengkaran kami yang terlihat lebih memanas ini."Sialan acara bahkan belum dimulai, bajuku sudah tak karuan seperti ini!" Ucap pria itu menggeram lalu menatap tak percaya pada gadis di sebrangnya.
"Apa? Kau mau kusiram lagi?" Balas Andrea memegang gelas yang di depannya. Namun detik itu Austin langsung menjauhkan gelas itu dari gengaaman Andrea dan membuat tatapan Amdrea kini berpindah pada pria di sebelahnya.
"Kau salah pegang, ini minumanku. Jika kau ingin menyiramnya, pake itu saja, lebih banyak!"ucap Austin Santai menunjukkan gelas besar berisi cairan berwana merah di dalamnya. Jason yang sebelumnya kelihatan bersusah payah menahan tawanya kini menyerah setelah melihat aksi tatap-tatapan Andrea dan Austin yang berujung dengan saran mengagetkan dari temannya itu.
"SIALAN!!"Ucap Leon kesal saat mendengar Austin tak berniat menenangkan gadis itu, dan juga mendengar tawa ejekan dari kedua sahabatnya.
"Kalian benar-benar sialan! APALAGI KAU!!" ucapnya lagi menatap Andrea tajam.*
*
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Glorious Angel
Romance"Kenapa?? Apakah kau akan menciumku lagi?" Kata Andrea menatap tajam ke arah pria itu. Namun pria itu hanya tersenyum sinis. " Dengar ya Tuan Austin mesum yang terhormat, jangan kira anda bisa menyentuhku lagi!! Tidakkk dalam satu kesempatanpun!! Uc...