Vote and Comment
.
.
.
.Sebab setiap pagi
Aku menemukanmu.
Aku takut hari dimana
aku tak bisa.
.
.
.
.
.27 Desember 2010
Taehyung datang ke kelasnya dengan setelan jaket cokelat muda di balik seragam, membuatnya dibubuhkan dugaan "Jaket baru?" Dari Jimin yang menyenggol sisi pinggul.
"Bukan."
Taehyung tak berbohong, meski ia memang tak memiliki jaket cokelat itu sebelumnya, apalagi memampangkannya ke muka umum, benda itu bukan miliknya—tidak baru juga;
Jungkook.
Jungkook memasangkannya tepat sebelum Taehyung meraih gagang pintu untuk berangkat sekolah, hendak meninggalkan si raven yang memutuskan untuk cuti dan beristirahat dengan keadaan setengah pusing.
"Aku tahu Sunbae suka musim dingin, tetapi Sunbae bisa sakit nanti."
Kalimat familiar membuatnya tersenyum, suara serak Jungkook dengan mata setengah mengantuk yang dipaksakan terbuka itu sedikit mengocok perut.
Apalagi saat jaket cokelat yang terlalu terang untuk lelaki penyuka warna serba hitam telah apik melekat pada tubuhnya; hangat, wanginya pun menghangatkan-wangi Jungkook.
"Aku membeli ini di online shop, padahal-"
"kau memesan yang hitam tapi malah dikirimkan yang warna cokelat muda ini."
Sudut bibir raven terangkat begitupun alis tebalnya, pergerakkan tangannya terhenti ditandai pula dengan resleting yang sudah menjulur hingga keatas. "Bagaimana Sunbae tahu?"
Jelas Taehyung tahu, ia tahu juga bagaimana jaket itu lambat laun akan menjadi pakaian favoritnya, dibawanya kemanapun. Dari pertamakali ia memasuki perguruan tinggi sampai pertamakali membangun pameran foto.
Hingga aroma si pemilik asli semakin memudar-
"Tae, bawa lem tidak?"
Pertanyaan si pirang memecah pemikiran bersarang, dengan cepat ia rogoh bagian depan tas, memampangkan sebotol lem cair, menyebabkan temannya sumringah setelah mengucapkan terimakasih.
"Kau sedang apa?"
Jimin melirik kertas guntingannya yang diraih Taehyung untuk diperhatikan detail, "Seperti biasa, mading." Jawabnya, menempelkan hiasan pada sudut kanan mading yang kini mulai terisi penuh.
"Kulihat-lihat belakangan ini kau sudah tak menggerutu tentang Jungkook."
Beberapa saat kemudian bibirnya terbuka lagi, memandang jam dinding yang masih menunjukkan 15 menit untuk bel masuk berbunyi. "Kenapa? Kau sudah tidak diganggu lagi?" Bertanya lagi karena Taehyung tak membalas.
"Pertanyaan macam apa itu?"
"Ya aneh saja, biasanya kan kau selalu datang padaku dengan wajah kesal lalu memaki-maki anak itu."
"Mana ada." Elak si surai cokelat, menegakkan badannya setelah membiarkan pernak-pernik mading Jimin terlepas dari jemari.
"Atau kau mulai suka padanya juga?!" Jimin bertanya cepat, matanya menggoda hingga sahabatnya tergagap dengan tuduhan tiba-tiba.
"A-apasih? Kau bercanda, mana mu-mungkin!"
Jimin memincing, Taehyung meneguk ludah dengan wajah yang dibuat meyakinkan. Hingga yang lebih tua dua bulan mengangguk setuju. "Iyasih, mana mungkin kau suka pada Jungkook."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back Time (KOOKV) || END
FantasyKim Taehyung diberi kesempatan menjelajah waktu. Memutar tangan kanan jam ke 10 tahun lalu, masa sekolah menengah atasnya. "Sunbae cantik." "Diam dasar dungu!" Membawa Taehyung kembali bertemu laki-laki Raven yang terkenang dalam musim dinginnya...